You And I

266 14 1
                                    


Adira membuka pintu mobil dan keluar menuju masjid. Aku memandanginya dari dalam mobil sampai bayangnya pun sudah tak terlihat lagi kala adira sudah masuk ke dalam tempat wudhu wanita.

Setelah dira selesai shalat kami melanjutkan perjalanan ke kampus adira, aku merasa kampus dira hari ini tiga kali lebih jauh dari biasanya. Entah karena faktor apa tapi yang aku tahu dan yang aku rasakan ini seperti perjalanan jakarta-bandung.

"Waalaikumsalam..., iya pak, baik pak, iya nanti saya sampaikan kepada teman-teman. sama-sama pak"

"telepon dari siapa dir?"

"dari dosen mata kuliah siang ini kak" dira terlihat unmood setelah menerima telepon barusan

"ada apa ra?"

"dosennya gak masuk kak, kebetulan aku PJ nya jadi aku yang dihubungi oleh beliau."

"yaudah gausah unmood gitu."

"dari kemarin di php-in dosen terus kak, kemarin juga begini. Hm"

"ahaha..., yaudah jangan unmood gitu, kita makan aja deh gak usah ke kampus"

Tanpa meminta persetujuan adira aku berbalik arah dan mencari tempat makan yang enak untuk kami berdua, sebenarnya badanku masih lelah karena dari semalem belum istirahat, belum lagi nanti malam aku masih harus jaga di UGD. Tetapi entah kenapa, melihat perempuan yang kini duduk disebelahku saja penat dan rasa lelahku semua terbayar. Terakhir kali kita seperti ini sepertinya hampir setahun yang lalu, aku yang lebih memilih lebih baik kita jangan terlalu seriing untuk bertemu.

***

"naah, kamu mau pesan apa ra?" aku mengulurkan menu kehadapan adira

"samain aja kak."

"Saya pesan 2 tenderloin steak dan 2 lemon tea"

Waitress itu hanya mengangguk dan mengambil kembali daftar menu yang tadi diberikan kepadaku.

"lama yah gak gini?"

"kakak yang kemana aja?"

"kakak ada, selalu ada disini. Kamu aja yang gak lihat"

"bukan aku yang gak lihat kakak, tapi takdir yang belum mengijinkan kita untuk saling melihat."

Seketika aku terdiam mendengar ucapan dira. 'takdir yang belum mengijinkan kita saling melihat' mungkin ada benarnya. Kini belum lah saatnya untuk kami saling melihat. Biar sang Maha membolak balikkan hati yang berbicara perihal takdir kita. Aku dan adira.

Selang beberapa menit datang dua orang waitress yang membawakan makanan kami berdua, aku dan adira menikmati makan siang hari ini tanpa ada yang memulai bicara lagi sedikitpun.

***

"Mau langsung pulang?" setelah aku dan adira berada didalam mobil, aku bertanya pada adira sambil memasang seatbelt

"Iya kayanya, kakak ada urusan lain?"

"Kayanya langsung ke rumah sakit setelah antar kamu sampai rumah."

"Loh bukannya tadi pagi baru pulang yah?"

"Iya. Kakak masih menggantikan tugas dokter bambang ra di UGD. Sudah jam segini, kalau pun pulang sampai rumah sudah pergi lagi." Aku menjawab pertanyaan dira sambil memarkirkan mobil untuk keluar dari tempat parkir di restaurant steak tadi.

"Yaah..., aku jadi ga enak loh kak. Gara-gara aku, kakak jadi gak bisa istirahat." Wajah adira memperlihatkan ia menyesali dirinya, seperti orang yang sedang merasa bersalah, terlihat lucu dan menggemaskan dengan pipi chubbynya.

"Engga ra, sama sekali engga. Kaka malah seneng kok. Kan udah lama banget kita ga ketemu"

"Yaudah, kalo gitu turunin aku di bengkel aja kak. Mobil aku kan masih disana."

"Emang yakin udah selesai?"

"Yaa engga apa-apa kak, biar aku tunggu."

"Kakak antar sampai rumah aja yah. Diluar juga hujan, dan belum tentu mobil kamu sudah selesai."

"Yah, kan aku ngerepotin kaka lagi."

"Sssst..., jangan bilang begitu."

Adira hanya tersenyum dan kemudian menoleh ke arah jendela, memerhatikan setiap tetes hujan yang jatuh, bak rentetan rindu yang tiada henti.

*Adira POV*

Entah bagaimana kini cara aku menjelaskan perihal perasaanku saat ini, bahagia sudah tentu, bingung sudah pasti tapi aku menikmatinya, duduk disamping laki-laki yang bertubuh tegap, berpendirian tegas, dan seseorang pemegang prinsip yang kuat.

Ternyata, sudah lumayan lama aku melamun memikirkan laki-laki yang kini berada disampingku, laki-laki yang hati kecilku selalu berharap bahwa ia lah takdir yang telah digariskan Allah untukku. Alunan musik menyadarkanku dari lamunan. Lagu kesukaan kak akhdan sudah tentu, dan sejak saat itu, dua tahun yang lalu aku pun menyukainya.

You fix your make up, just so
Guess you don't know, that you're beautiful
Try on every dress that you own
You were fine in my eyes a half hour ago

And if your mirror won't make it any clearer I'll
Be the one to let you know

Out of all of the girls
You're my one and only girl
Ain't nobody in the world tonight

All of the stars, you make them shine like they were ours
Ain't nobody in the world but you and I
You and I
Ain't nobody in the world but you

You stop the room when we walk in
Spotlight's on everybody's staring
Tell all of these boys they're wasting their time
Stop standing in line, 'cause you're all mine

And this evening I won't let the feeling die
I never wanna leave your side

Out of all of the girls
You're my one and only girl
Ain't nobody in the world tonight

All of the stars you make them shine like they were ours
Ain't nobody in the world but you and I
You and I
Ain't nobody in the world

You keep wondering if you're what I'm wanting
You don't even have to try

You don't have to try
Don't try
Don't try
You don't have to try

Out of all of the girls
You're my one and only girl
Ain't nobody in the world tonight

All of the stars, they don't shine brighter than you are
Ain't nobody in the world but you and I
You and I
You and I
Nobody in the world tonight
Ain't nobody in the world but you and I

- John Legend You and I (No Body in the World)-

"Ain't nobody in the world but you and I"

"Ain't nobody in the world but you and I"

Secara tak sengaja aku dan kak akhdan menyanyikan lagu dibagian akhir secara bersamaan. Dengan reflex aku menoleh ke arahnya, pun ia. Mata kami bertemu pada satu titik, tanpa sepatah kata apapun ka akhdan langsung memalingkan wajahnya dari wajahku dan kembali memerhatikan jalanan.

Sejak wajah kami bersitatapkan ia berubah menjadi dingin. Bahkan ia takmemulai pembicaraan lagi. Sesampainya dirumah ia memutuskan untuk langsungkembali ke rumah sakit, dan tidak banyak basa-basi, ia langsung pergi. Sepertidua tahun lalu, entah apa alasannya.


.

.

.

.

Minal Aidin wal Faidzin pembaca tersayang... Maafkan aku yang slow update. hehehe

Selamat membaca yaa ({})

Sempurnakan AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang