Bertemu Senja

176 10 3
                                    

***

"Ra, pokoknya kalau ada laki-laki yang deketin kamu, kamu harus bilang sama abang, siapapun dia, yaa seenggaknya abang bisa nilai gimana dia." Tiba-tiba bang fathan nyeletuk ditengah tengah antrian mobil dan motor akibat lampu merah.

"Apaan si bang."

"abang serius ra, tau gak tadi kenapa abang ngelarang kamu biar gak bilang kalo abang ini kaka kandung kamu?"

Aku hanya menggelengkan kepala, sebagai jawaban atas pertanyaan bang fathan.

"Gini, kalo dia tau abang ini kaka kandung kamu, dia bakalan bersikap manis didepan abang, dan nutup-nutupin keburukannya. Abang cuma mau tau gimana sifat asli orang-orang yang ngedeketin kamu. Abang Cuma mau yang terbaik buat adik abang yang semata wayang ini. Jangan kegeeran ra, itu udah tugas abang."

Aku hanya mengernyitkan dahi dan mengangguk tanda setuju dengan pernyataan yang bang fathan katakan.

***

Sudah hampir satu bulan kak akhdan tak pernah menghubungiku, tak mengirim paket seperti biasanya. Ini aneh, apa aku yang sedang rindu. Pikir positifku mungkin dia sedang sibuk di rumah sakit. Aku hanya sedang rindu. Aku mengambil handphone ku diatas nakas, membuka pesan line dan mengetikkan sebuah rangkaian kata yang akan aku kirimkan pada ka akhdan

Jika Rindu adalah sebuah kata, maka entah butuh berapa jilid kamus untuk mengartikan perbendaharaan katanya.

Ah rasanya ada yang kurang, akhirnya ku tekan delete untuk menghapus kalimat yang sudah kurangkai dan menulis ulang kembali

Setiap kata dapat mewakili setiap pertemuan, tetapi setiap kata tidak bisa menggantikan pertemuan oleh sebab sebuah kerinduan.

Lagi dan lagi, untuk yang kesekian kalinya setiap kata yang telah kurangkai dengan sempurna berakhir dengan kata 'delete'. Aku tak memiliki keberanian, padahal apa susahnya menekan 'send' beres sudah semua perkara kerinduan. Tapi perihal perasaan tidak semudah itu. semua butuh waktu.

*Line!!!*

-Muhammad Akhdan Ziyyad-

Senja akan selalu hangat meski malam akan mengambil keberadaannya. Senja akan selalu ada, meski hujan menutupi warnanya. Seperti ia yang akan selalu ada, meski raga tak lagi berdiri disisi.

Deg. Jantungku seakan pindah dari tempatnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba. pesan yang ku tunggu-tunggu, eh salah, maksudnya pesan dari orang yang ku tunggu-tunggu akhirnya muncul di layar smartphone 4 inchi ini. Aku harus berpikir ekstra untuk memahami setiap kata yang dikirim Mr.Poet ini. Seketika aku berpikir akan sesuatu. Ada makna yang berat dari setiap kata didalmnya, disana ada pesan bahwa ia akan pergi. Apa pemahaman ku salah? Aku berharap pemahaman aku salah. Semoga Tuhan meng-iya-kan.

-Adira Azzahra-

Raga boleh saja tak disisi, asal rumah dari segala perasaan tetap sama, menyimpan satu nama. Kini, nanti, dan selamanya. Semoga Illahi Meridhoi.

-Muhammad Akhdan Ziyyad-

Hati adalah rumah ternyaman teruntuk satu nama yang akan tersimpan, rapi, dan tak akan hilang. Pemiliknya hanya bisa menyimpan, tetapi Sang Penciptanya yang menentukan, akan tetap tersimpan atau sebaliknya.

-Adira Azzahra-

Sang Pencipta selalu mengikuti prasangka hambanya, baik atau buruk, itu yang akan terjadi.

-Muhammad Akhdan Ziyyad-

Semoga Sang Pencipta selalu berpihak pada orang-orang yang mau bersabar, mempertemukan ia yang selalu menjaga perasaannya demi perasaan yang lebih haqiqi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sempurnakan AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang