C&D - 1

6.5K 496 1
                                    

Mencintaimu itu sebuah keharusan.

***

Mencintainya itu seperti sebuah keharusan untukku. Aku tak tahu mengapa aku mencintainya, yang aku tahu hanyalah, aku jatuh cinta kepadanya --entah bagaimana caranya. Intinya, aku sangat mencintainya saat itu, bahkan sampai sekarang.

Saat itu, aku menduduki bangku kelas 12. Di mana para guru mulai mengeluarkan taringnya agar kita disiplin dalam hal belajar --terpenting untuk UN. Mungkin kalau dihitung-hitung masih ada tiga bulan untuk mempersiapkan UN. Dan seperti remaja biasanya, aku takkan berlatih soal UN. Aku lebih memilih untuk berlatih menjadi pengagum rahasia yang baik. Dimana aku hanya perlu duduk rapi di bangkuku atau berdiri rapi di mana pun itu hanya untuk melihatnya.

Ya, dia, Fadio Alendra.

Aku menyukainya oh atau mungkin mencintainya sejak kami pertama kali bertemu. Tepatnya, saat MOS untuk masuk ke kelas 10.

Saat MOS kelas 10 merupakan sesuatu yang memalukan bagiku. Dengan rambut diikat empat, gaya yang seperti cabe-cabean, dan parahnya, aku dijemur di bawah teriknya sinar matahari. Bukan, bukan karena aku melanggar peraturan. Tapi hanya karena aku ingin menolong seseorang yang jatuh karena didorong oleh senior.

Lupakan itu. Aku tak ingin mengingat hal itu. Yang aku ingin ingat, saat pertama kali hatiku mencair. Saat hatiku kembali menemukan rumah yang selama ini dicari. Saat itu, dia datang dengan rambutnya yang acak-acakkan. Dia merupakan anak MOS, sama sepertiku. Namun ada yang berbeda, jika aku adalah orang yang kaku, maka dia tidak.

Buktinya saja, saat itu, dia sedang tertawa dengan beberapa kakak senior. Seringkali senior itu mengeluarkan lawakkan dan membuat Fadio tertawa keras. Saat itu, hatiku berdegub kencang. Dan aku sadar, aku telah jatuh.

Balik lagi, aku terus menatapnya, memperhatikannya. Hingga pandangan kami bertabrakan. Mata coklatnya menatapku dalam. Setelah itu, dia tersenyum kecil. Lalu memutar kepalanya kepada senior yang berada dihadapannya. Dia berbicara --entah apa. Tak lama, dia berjalan menjauhi beberapa senior itu, menghampiriku.

Fadio menghampiriku. Indah bukan?

"Lo kenapa dijemur?" tanya Fadio terkekeh melihatku.

Saat itu aku terdiam beberapa saat. Mataku menatapnya seakan-akan dia adalah Shawn Mendes yang datang menjemputku. Saat itu, aku seperti orang bodoh yang terdiam. Hingga dia kembali berbicara, "Hello, are you okay?" tanyanya.

Aku terkejut, tentu. Namun tak ayal juga, aku tersenyum. Senyum bodoh, aku yakin.

"Ma-maaf, ada apa ya?"

Saat itu, aku memang bodoh dengan bertanya seperti itu. Harusnya aku tidak bertanya seperti itu. Tapi aku tidak tau mengapa dan kenapa, yang aku tahu hanyalah, saat itu aku mengalami salah tingkah.

Dia tertawa kecil, "Lo lucu juga ya."

Dengan begitu, pipiku memerah. Sudah panas ditambah dengan dirinya yang membuat pipiku bertambah merah.

"Tadi gue tanya, lo kenapa dijemur?" tanya Fadio mengulangin pertanyaannya.

Aku tersenyum kikuk, "O-oh itu, hmm, karena aku nolongin satu cewek yang jatuh didorong senior," jawabku sejujurnya.

Fadio mengerutkan keningnya, "Loh, terus kenapa lo dijemur? Emang lo salah?"

Aku mengangkat bahuku, lalu menggeleng.

"Aku juga nggak tau," jawabku seadanya.

Tiba-tiba, dia tertawa kecil. Suara tawa yang merdu. Lalu dia berdiri di sebelahku dengan pandangan lurus ke depan.

"Kamu ngapain?" tanyaku bingung saat melihat dirinya berdiri di sebelahku.

Dia menoleh, jarak wajah kami cukup dekat mengingat dia berada tepat di sebelahku. Lalu dia tersenyum, menampakkan lesung pipitnya.

"Dihukum suruh berjemur karena udah ngobrol sama orang yang lagi dijemur," jawab Fadio santai.

Dan satu hal yang hanyaku tahu saat itu adalah,

Hatiku sudah mengunci namanya rapat-rapat di dalamnya.

[a/n]

Part 1 selesai yeeuu! Jangan lupa votes dan comments!

Regards,
Dera

Cinta dan Diam [7/7 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang