Epilogue

4.5K 383 3
                                    

Jadi ini?
Takdir kita?

***

Fadio Alendra.

"I-itu?"

Gadis itu tergagap melihat nama yang tertera di surat itu. Tak sengaja, air mata yang ditahannya, jatuh membasahi kedua pipi tirusnya.

Sudah berapa lama dirinya tidak melihat nama itu dan juga lelaki itu? Berbulan-bulan sudah dilewatinya, tapi cinta untuk lelaki itu tak pernah bisa pudar dari hatinya.

Gadis itu tak pernah mendengar kabar apa pun, sama sekali tentang lelaki itu.

"Atha? Lo nggak apa-apa?"

Sahabat gadis itu, Raven, menatap Atha iba. Bukan maksud dia ingin menyakiti Atha. Sungguh, Raven tak mengira bahwa Atha melihatnya saat membuka surat dari Fadio.

Atha tertawa miris, "Bahkan lo masih tanya nggak apa-apa?"

Raven gelagapan. Namun tak ayal dia membalas, "Maaf, Tha."

"Fadio, ke mana?" tanya Atha dengan wajah basah bekas air matanya.

Raven diam. Tak mungkin dia memberi tahu Atha. Tidak. Tidak untuk selamanya.

"Raven, jawab gue. Fadio ke mana? Tania juga ke mana?" Atha mulai menegaskan suaranya. Namun Raven tak menjawab apa pun.

Tak mendapat apa-apa dari Raven. Atha akhirnya tersenyum lirih, "Kenapa sih? Gue cuman nanya kok. Gue nggak bakal ganggu mereka berdua."

Tapi Raven tetap diam.

Hingga Atha memutuskan untuk mengambil surat yang berada di tangan Raven. Surat dari Fadio.

"Atha! Lo mau ngapain?" Raven panik seketika.

"Kenapa lo takut gue baca surat ini?!" Suara Atha meninggi.

"Karena lo nggak seharusnya baca surat itu," ujar Raven berusaha tenang.

"Kenapa?" tanya Atha yang tak mengerti jalan pikir Raven.

"Gue akan tetap baca," putus Atha lalu mulai membuka surat itu.

Raven hanya bisa diam. Mungkin ini saatnya Atha mengetahui segalanya, termasuk sesuatu yang akan menyakiti gadis itu.

Woi, gila gue nggak jelas banget ya bikin ginian? Wkwkwk, gue juga nggak tau kenapa bikin ginian. Mungkin karena gue nggak bisa ngomong secara langsung kali ya?Gue berasa cowo lekong yang suka nulis surat jadinya.

Langsung aja deh Rav wkwk. Waktu gue nggak lama lagi.

Gue serius kali ini. Waktu gue nggak lama lagi buat hidup di dunia. Gue tau kok gue sering bilang hidup gue nggak lama lagi dan lo malah nganggap itu sebuah gurauan. Tapi gue serius, gue punya penyakit Rav. Lo sering tanya kan kenapa gue nggak pernah main basket lagi? Bukan karena gue udah bosen, tapi gue nggak boleh cape, Rav.

Gue punya penyakit leukimia, fyi.

Kata dokter, hidup gue nggak lama lagi. Jadi, gue memutuskan untuk berhenti sekolah sejak kejadian lo dan Tania yang bawa gue ke rumah sakit. Tania udah tau tentang ini, tenang.

Gue nggak mau ngomong panjang lebar. Intinya, gue tau lo suka Atha. Dan lo tau, Atha suka gue. Tapi takdir nggak pernah nyatuin gue sama Atha. Mungkin takdir lebih mengizinkan lo sama Atha.

Baik-baik ya sama Atha. Gue nitip Atha.

Jaga dia, Rav. Buat gue.

Gue pamit ya. Makasih Raven.

Best regards,
Fadio Alendra.

"Gue nggak ngerti," lirih Atha.

"Mungkin lo akan ngerti."

[a/n]

Maafin gueee, gue random banget ini. HAHAHA, serius, gue bingung gue nulis apa. Intinya gitu lah ya. HAHAHAH.

Jan lupa votes dan comments yeu!

Regards,
Dera

Cinta dan Diam [7/7 End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang