Mencintaimu itu seperti mencintai musik.
***
Mencintainya itu seperti mencintai sebuah alunan lagu yang mengindahkan, seperti musik. Aku selalu menyukai musik, sama seperti aku menyukai dirinya. Musik itu indah, sama seperti dirinya. Tanpa musik, dunia akan monoton. Dan tanpa dirinya, kisah cintaku akan monoton.
Saat itu kenaikan kelas 10, di mana aku akan duduk di bangku kelas 11. Setahun belakangan, semua berjalan seperti biasa. Kami --aku dan Fadio-- berteman. Dan senior yang sempat bercanda dengan Fadio itu tidak naik kelas, alhasil, aku dan senior Fadio yang bernama Raven itu sekelas.
Fadio? Dia beda kelas denganku.
Hari pertama sekolah merupakan hal yang membosankan. Belum masuk pelajaran, lebih condong ke perkenalan lagi. Rasanya aku ingin bolos sekolah, hingga bel tanda istirahat berbunyi.
Dia disitu. Fadio, disitu. Di depan kelasku melambaikan tangannya ke diriku. Setelah guru mata pelajaraku keluar, Fadio pun masuk. Tidak, dia tidak menghampiriku. Dia hanya menyapaku selayaknya teman. Tapi tidak, dia tidak pernah menghampiriku melainkan Raven.
"Bosen gue, perkenalan lagi. Pake segala disindir lagi," ujar Raven tak suka. Memang sih, berkali-kali guru itu menyindir Raven yang tidak naik kelas.
Fadio tertawa kecil, "Makanya jadi orang jangan bego."
Raven melotot, "Kantin yuk."
Akhirnya, mereka berdua berjalan keluar kelas menuju kantin. Aku? Aku hanya diam di kelas.
Setelah itu, tak ada yang spesial dalam hari ini. Hingga bel pulang sekolah berbunyi. Tentu, semua murid langsung memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, bersiap untuk pulang. Begitu pula aku.
Aku pun memasukkan segala peralatanku, hingga mataku tak sengaja menangkap seorang lelaki yang sedang bermain ponsel di depan kelas.
Lagi-lagi itu Fadio.
Fadio, nama yang indah.
But you're perfect to me
Mataku memperhatikan gerak-geriknya. Hingga dia mengangkat kepalanya dan pandangan kami bertabrakan. Aku kaku, dia tersenyum kecil --menyapaku ramah. Yang aku bisa balas hanyalah senyum kikuk yang sangat amat bodoh.
Setelah itu, Raven menghampirinya.
"Jadi nggak ke kafe sama anak-anak yang lain?" tanya Raven merangkul tasnya.
Fadio yang tadinya tersenyum kecil ke arahku, pun menoleh dengan tenangnya ke arah Raven.
"Ayo, nanti keburu hujan," ujar Fadio lalu mulai beranjak keluar kelas. Namun sebelum dia benar-benar keluar kelas, Fadio menoleh ke arahku dan tersenyum kecil
Sejak itu, kenyataan menamparku.
Aku tak bisa apa-apa. Selain memperhatikannya dari jauh, tanpa bisaku gapai.
I've just let this little things slip out of my mouth. Cause it's you, they add up too and I'm in love with you.
[a/n]
Gimana part ini? Gue masukkin lagu ini karena pas banget pas bikin ini, gue lagi dengerin lagu Little Things. Hehehe!
Dah ah, bhay.
Jan lupa votes dan comments!
Regards,
Dera
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta dan Diam [7/7 End]
Fiksi RemajaKamu akan tahu bagian paling brengsek dari mencintai dalam diam: ketika orang yang kamu cintai ternyata mencintaimu, namun dia telah lama berhenti sedangkan kamu masih mencintainya seperti takkan berakhir. "Kalau kamu tahu cintamu takkan berbalas, m...