Third: Our Whole Life

263 9 0
                                    

hai, gue kembali lagi sesuai janji yang gue bilang waktu itu! terimakasih juga yang sudah vomment di part sebelumnya. selamat membaca! x

***

Hari sabtu memang bagaikan hari termalas bagi Rangga. Rangga memanfaatkan hari Sabtu hanya untuk bermain game di playstation miliknya seharian. Ia selalu berada di dalam kamarnya. Kalau Ia keluar dari pintu kamarnya, itu berarti itu suatu keajaiban. Jika Ia ingin makan, Rangga akan memanggil salah satu pembantunya agar Rangga diambilkan makanannya oleh pembantunya.

Rangga memang anak tunggal. Suasana di rumahnya sangat sepi. Kedua orang tuanya memang sudah bercerai tiga tahun yang lalu, tepat saat Rangga sedang menduduki bangku kelas delapan SMP. Alasan orang tuanya bercerai adalah karena mereka berdua terlalu sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Sampai akhirnya Ayah Rangga menikah lagi dengan wanita lain. Sementara, Ibunya tinggal di sebuah rumah mewah di Bali. Rumah itu adalah hasil jerih payah Ibunya sendiri.

Kini, hanya lima pembantunya yang mengisi setiap kehidupan Rangga di rumah ini. Jika Rangga merasa bosan, Ia akan pergi ke luar sampai malam atau mengajak teman-temannya menginap di rumahnya.

Ibu Rangga adalah seorang dokter yang sangat sibuk. Ibunya pasti sudah lupa dengan suara Rangga apalagi wajahnya. Ia lebih banyak mempergunakkan waktunya hanya untuk para pasien-pasiennya. Menurutnya, kesehatan pasiennya yang paling penting. Ibunya memiliki garis keturunan BaliーAustralia. Oleh sebab itu, Rangga sedikit memiliki raut wajah blasteran.

Sedangkan, Ayahnya adalah seorang pengusahawan yang sudah cukup sukses. Setiap bulan, ayahnya menstransfer uang jajan bulanan untuk Rangga. Tetapi, bukan uang yang Rangga minta, hanya kasih sayang kedua orangtuanyalah yang Ia dambakan sejak dulu. Ayahnya adalah orang berkebangsaan asli Indonesia.

Ibunya bernama Matilda Putri Collete. Kakek Rangga ialah orang yang asli berkebangsaan Australia. Sedangkan, neneknya adalah seorang yang berketurunan Bali. Sementara, ayah Rangga memiliki keturunan darah Jawa. Oleh sebab itu, Rangga memiliki wajah sedikit berbeda dengan orang Indonesia lain, tetapi dia memiliki sedikit wajah Asia, bukan?

Kriing kriing kring, telepon dari bawah berbunyi.

"Halo, ini temannya Rangga. Pasti ini pembantunya, kan. Tolong panggilin Rangganya, dong, saya pengen bicara sama dia." Ucap Anton dengan nada menyuruh.

Pembantunya tidak menjawab, Ia langsung membawa telepon itu keatas menuju kamar Rangga. Karena jika Ia menyuruh Rangga ke bawah, pasti Rangga akan berbuat kebalikannya. Ia yang akan menyuruh pembantunya kembali ke bawah lagi untuk mengambil teleponnya. Itu sudah menjadi suatu kebiasaan.

Pintu kamar Rangga terbuka. Rangga terlihat sedang bermain playstation di kamarnya.

"Mas Rangga, ini ada panggilan telepon dari teman Mas Rangga." Ucap si pembantu sambil berjalan mendekatkan teleponnya ke arah Rangga.

Rangga langsung berhenti bermain. Ia langsung menoleh ke arah pembantu itu dan mengambil teleponnya. Kemudian, Ia menggerakkan tangannya dari bawah ke atas kepada pembantu itu seolah-olah seperti mengusirnya dari kamarnya.

"Kenapa, sih? Ganggu aja orang lagi main ps. Ini siapa? Anton, ye?" Tanya Rangga dengan nada kesal.

"Yoii! Ini gue Anton. Gue udah sms lo, tapi ga dibales-bales. Makanya, gue telepon lo!" Anton membalas omelannya.

"Ya udah, sekarang, lo mau ngomong apa? Kalo kelamaan gue tutup." Omel Rangga lagi dengan tidak sabar.

"Gini, bro, hari ini kita segang mau pergi jalan-jalan ke puncak bareng anak-anak cheerleader. Tenang, semua pembayaran, gue yang bakal talangin." Ajak Anton.

CheerleaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang