Sixth: The Puzzle

268 6 0
                                    

terimakasih sudah vote & comment di part sebelumnya! selamat membaca! x.
****
Jasmine POV

Jantungku berdebar kencang. Dia menunduk melihatku yang sedang duduk di lantai. Jarak kami bisa dibilang berdekatan.

Dia kemudian berjongkok didepanku. Aku menatapnya heran. Memang sih, aku senang duduk berhadapan dengannya. Apalagi jarak kita sangat dekat walau kita tidak berpelukan.

Ia meraba kantong belakang celananya. Kulihat dia dengan terheran-heran.

Rangga cari apa, sih?

Ah, ternyata bungkus rokok! Aku tak percaya Ia adalah seorang perokok. Padahal, Rangga seperti anak alim. Ternyata tidak. Ia sama seperti mantan pacarku, Russel.

Tidak apa-apa aku sudah terbiasa dengan rokok. Waktu dulu, aku sering sekali menemani Russel merokok di gudang sekolah. Kurasa hampir setiap hari aku menemaninya. Hampir.

Gudang sekolah memang tempat tongkrongan favorit geng Russel. Tidak ada guru yang bisa melarangnya. Sekalipun ada, pasti Russel akan memberikan uang sogokan kepada mereka. Benar-benar deh mental dia tuh berani banget.

"Hoi!" Teriak cowok itu sambil mengeluarkan asap rokoknya. Ternyata Rangga sudah mengeluarkan batang rokoknya dari tadi.

Memang sih, dia terlihat keren jika sedang merokok tetapi dia lebih terlihat keren kalau tidak merokok. Memang iya 'kan?

"Lo ngerokok?"

"Ya. Pasti lo kaget." Jawabnya sambil menghembuskan asap rokoknya.

Kurasa Ia sudah lama berteman dengan rokok. Apa alasan dia merokok ya? Ah, aku tidak boleh mengurus kehidupannya! Tetapi aku juga punya rasa khawatir sih walau aku bukan pacarnya. Rokok akan membahayakan kesehatannya juga.

Aku semakin mendekatkan wajahku dengan wajahnya, kupegang bagian tengah batang rokok yang tertancap di mulutnya itu dengan tanganku. Seketika dia memberikan reaksi mata melotot ke wajahku.

"Merokok itu gunanya untuk apa, sih? Apa enaknya merokok?" Tanyaku dengan wajah datar.

Wajahnya seketika mulai menjauhi wajahku. Wajahnya mulai memerah, merah merona. Ah, Ia terlihat lucu sekali dengan tampangnya seperti itu!

"Kenapa lo menjauh? Gue kan lagi nanya," Ketusku padanya. Ia hanya membuang muka dariku, aku pura-pura memasang tampang wajah kesal.

Ia hanya terdiam sambil mengeluarkan hembusan dari rokok di mulutnya itu.

"Lo ga risih gue deket-deket sama lo dengan keadaan kayak gini?" Tanyanya.

"Gue udah terbiasa kok, hidup dengan perokok seperti lo." Ungkapku.

"Hahaha lo gila ya." Baru kali ini dia tertawa walau seperti dipaksa.

"Ini serius." Jelasku.

"Iya iya, gue tau."

Keheningan kembali menyelimuti kami berdua yang saling beradu pandang dengan jarak yang cukup dekat. Mata hitam lekat miliknya semakin membuatku terpesona akan semua tentang dirinya.

Keinginanku untuk dekat dengannya semakin memaksaku.
Dia melihatku dengan tatapan dinginnya itu seperti hari pertama aku memberikan cokelat padanya saat hari Valentine. Oh God, jangan ulang lagi kejadian itu.

Tanganku tiba-tiba saja memegang pipinya. Kuelus-elus pipinya dengan lembut. Aw, tekstur pipinya terasa sangat halus.

Aku semakin mendekatkan diri padanya sambil terus mengelus pipinya dengan halus. Kuluruskan kakinya agar aku bisa duduk diatas pahanya. Posisiku sekarang sedang dipangku berhadapan diatas paha Rangga.

Aku semakin cepat mengelus pipinya dengan jarak sangat dekat. Ia membalasku dengan tatapan sekaligus senyuman ala-ala bad boy. Kurasakan ada dua tangan yang sedang memegang punggungku.

Ah, apa kami akan melakukan ciuman pertama? Kami berdua sama sekali belum resmi pacaran.

Aku menutup kedua mataku, berharap agar hal yang kuinginkan terjadi. Seperti yang kalian tahu. Kurasakan jarak antara wajah kami semakin dekat. Aku bisa merasakannya karena hembusan nafas Rangga semakin dekat dengan mulutku. Dan kami semakin dekat. Dekat. Dekat.

"Hoi."

Kubuka segera mataku. Mataku melotot melihat sekeliling wajahnya dengan sangat dekat. Mukaku seketika memerah. Bukan merah merona tetapi merah menahan rasa malu. Malu banget ini sumpah.

"Lo gila ya, belum pacaran, udah main cium aja hahaha." Tawanya datar.

Aku segera turun dari pangkuannya, sehingga aku duduk di lantai sekarang. Lo bayangin aja, malunya gimana. Rangga memang nyebelin!

"Ini ga bercanda tau!" Teriakku menahan malu.

Kututup wajahku rapat-rapat dengan kedua tanganku. Kenapa kita ga ciuman aja, sih?! Kalau begini, kan, jadi malu.

"Gue ga bercanda juga."

Aku membuka kedua tanganku dari wajahku. Kulihat Rangga sedang menunggu derasnya hujan yang dari tadi belum reda juga. Wajahnya terlihat datar seperti biasanya. Tak lama setelah itu, Rangga menoleh padaku.

"Kita udah lama disini. Gimana kalo gue telepon Anton suruh jemput kita?" Pintanya.

Sebenarnya gue senang sih, bisa berduaan sama Rangga, tapi lihat mukanya yang sepertinya udah bosan, jadi kasihan juga.

"Ya udah." Jawabku singkat seraya memasang wajah cemberut.

Rangga tahu bahwa aku tidak mau meninggalkan tempat ini tetapi dia dengan polosnya mengambil ponselnya dari kantong celananya. Sungguh menyebalkan.

Tak lama kemudian, suara Rangga terdengar yang sedang menelepon seseorang.

"Woi, jemput kita ye, kita lagi di pondok kecil deket toko es krim. Lo tau, kan? -- Ah iya, iya, kita tunggu ya disini. Bye." Tutupnya mengakhiri panggilan telepon dengan Anton.

Singkat. Padat. Jelas.

Ia menoleh ke belakang dan berjalan menghampiriku. Ia duduk melipatkan kakinya didepanku.

"Kita tunggu Anton datang ya." Ucapnya singkat kepadaku yang dibalas anggukan olehku. Ekspresinya selalu datar, gue ga pernah liat dia tersenyum. Dia memang irit senyum.

Jam menunjukkan pukul lima sore. Anton masih belum menunjukkan batang hidungnya sampai sekarang. Rangga ngomel-ngomel sendiri sambil mencoba menelepon Anton yang belum mengangkat telepon darinya. Hujan pun masih menyelimuti sekeliling lingkungan ini.

"Anton belum jawab-jawab?" Tanyaku heran. Rangga hanya mondar-mandir sambil mengomel karena Anton tidak menjawab telepon darinya. Memang sih, ini udah keterlaluan, masa kita harus tunggu dia! Apa dia nggak tau alamatnya?

***
bagaimana kisah mereka selanjutnya? apakah Rangga akan semakin dekat dengan Jasmine? vote & commentnya sangat dibutuhkan! terimakasih udah baca cerita ini. kritik & saran dibutuhkan juga.

tinggalkan jejak, guys!💙

CheerleaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang