Seventh: The Changes

259 5 2
                                    

selamat membaca!
***
Rangga POV

Waktu berjalan begitu lambat. Sejak tadi kami berdua berada disini. Di tempat ini. Entah mengapa denting jarum jam berjalan sangat lambat. Hujan yang sedari tadi menghiasi permukaan langit yang kelabu ini masih menemani pemandangan di mataku. Mengapa hari ini terasa membosankan? Andai saja waktu bisa diputar, rasanya gue ingin sekali berada di rumah dan tidak akan menjawab telepon ajakan dari Anton ke tempat ini. Memang sial.

Melihat wajah Jasmine terlihat murung sejak tadi, aku jadi semakin ingin bertanya apa yang terjadi padanya. Mungkin penyebabnya adalah kejadian tadi. Seharusnya dia tahu kalau tadi gue hanya bercanda. Bukankah kami hanya sekedar teman? Apakah itu sudah membuat mood-nya semakin memburuk? Gue malah semakin bingung pada keadaan hati perempuan yang ada di dunia ini. Mungkin ada seribu satu macam keadaan hati perempuan yang tidak akan diketahui oleh laki-laki.

"Jas, lo kenapa?" Tanyaku ingin tahu.

Jasmine hanya diam termenung menatap kebawah dengan muka masih terlihat murung.

"Ditanyain malah enggak dijawab."

Jasmine tidak mengeluarkan sepatah kata apapun dari mulutnya itu. Membuatku semakin ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengannya. Benar-benar ya orang ini.

"Lo sakit?" Tanyaku lagi.

Hanya gelengan kepala yang menjadi jawaban dari pertanyaanku tadi. Membuatku setengah kesal walau aku setengah tidak peduli.

Tin-Tiin

Suara klakson mobil terdengar jelas sekali di telingaku. Firasatku pasti benar. Itu pasti suara klakson dari mobil Anton yang sudah sedari tadi aku nantikan.

Aku berbalik melihat sebuah mobil sudah berada didepan pondok kecil ini. Kini tatapanku beralih ke semula. Cewek itu, Jasmine.

"Jas, mobilnya Anton udah sampe tuh," Kataku padanya yang hanya dibalas tatapan dinginnya kepadaku. Kenapa lagi dengannya sih? Gue gak peduli deh. "berdiri, mau gue gendong sampe ke mobil Anton?" Aku memberikan tangan kananku, ajakan untuk segera masuk ke mobil Anton.

Dia membalas ajakanku dan anehnya dia langsung berdiri naik keatas pundakku. Ternyata dia mendengar omonganku dengan serius ya. Padahal gue hanya bercanda supaya dia cepat berdiri dan lari memasuki mobil Anton.

"Gendong gue," Suruhnya dingin, "cepet." Lanjutnya.

Aku tidak membalas suruhan konyolnya itu. Terasa tidak penting didalam pikiranku. Aku berlari keluar menyusuri titik-titik air hujan yang jatuh diatas kepalaku. Jasmine hanya menunduk menutupi wajahnya supaya tidak terkena air hujan. Aku semakin mempercepat lariku. Cepat-cepat kubuka pintu mobil Anton dengan tangan kananku yang sigap dan kumasukkan Jasmine kedalam mobil. Benar-benar deh, anak ini berat banget. Katanya anak cheerleader tapi nyatanya gue seperti menggendong anak panda yang berumur sepuluh tahun. Udah lah Rang, gak usah lebay deh. Lemah banget jadi cowok.

"Gimana tadi, Rang?" Oh iya, ternyata gue sudah masuk mobilnya Anton. "Kok diem?" Lanjutnya karena aku belum membalas pertanyaan konyolnya itu.

"Lo lama banget ya. Gue kayak nunggu kura-kura jalan dari pantai ke daerah kutub utara tau gak!" Omelku sambil mengernyitkan dahiku dengan tangan kiriku.

"Lebay banget sih lo, Rang!" Balasnya sambil menyetir mobilnya. "gue kan nanya ke lo malah diomelin," Tandasnya.

"Udah deh! Bisa diem gak sih lo berdua? Jasmine kayaknya kurang enak badan tuh. Mending lo nyetir yang bener biar cepet sampe, Ton!" Perintah Amanda yang duduk disamping Anton. "dan Rangga, lo seharusnya tenangin Jasmine kek. Elus elus rambutnya atau apa kek! Dari tadi kayaknya lo berdua diem." Perintahnya lagi kepadaku.

Memang benar ya gosip-gosip yang beredar tentang ciri khas cewek yang satu ini, Amanda memang punya kepribadian bawel. Bayangkan saja jika Anton pacaran dengan cewek bawel seperti ini. Bisa gue perkirakan, hubungan mereka tidak akan pernah berjalan lurus. Anton yang tidak akan mau mengalah saat dirinya ditegur dan Amanda yang bawel banget minta ampun seperti layaknya ayam berkokok.

Kuputar kepalaku ke kanan. Kulihat Jasmine yang sedang tertidur pulas. Kepalanya disandarkan ke jendela mobil. Karena melihat Jasmine lelah seperti itu, tak ada salahnya jika kusandarkan kepalanya diatas pundaku. Aku mendekatkan jarak tempat dudukku dengannya. Kami sekarang sangat dekat. Kusandarkan kepalanya keatas pundakku dengan lembut. Kuelus rambut blonde-nya yang terasa halus di area telapak tanganku.

"Nah gitu dong! Enak kan lihatnya. Betewe, kalian udah jadian nih?" Tanya Amanda dengan senyum candanya itu. Gue tidak menghiraukannya.

"Udah, Man, mereka kan lagi pacaran. Jangan diganggu dong."

Dua semprul ini enggak bisa diem ya? Apa mereka punya keunikan yang sama sejak lahir? Mengganggu orang yang sedang serius aja. Semoga mereka bisa ditakdirkan bersama oleh semesta. Gue harap.

Pandanganku kembali beralih kepada Jasmine yang sejak tadi tertidur pulas merasa beban dihidupnya hilang. Kuelus-elus rambutnya dengan lembut, seperti perlakuanku yang tadi kepadanya. Rang, lo ini kenapa sih? Cara lo menentukan hidup berubah-ubah. Kadang cuek, lembut, perhatian, kasar, dan lain-lain. Lo membuat semua cewek penasaran akan diri lo yang satu ini. Lo membuat kaum hawa mengejar-ngejar lo tanpa lo ajak dan suruh.

Apa ini kharisma gue yang sebenarnya?

***

Malam terasa begitu hangat dengan secangkir teh panas di tanganku. Kami semua berkumpul di lantai tiga; lantai paling atas di penginapan Anton. Duduk berkumpul mengelilingi meja tengah yang lumayan lebar. Suasana yang menambah kehangatan didalam kebersamaan. Berterima kasihlah kepada semesta yang mengizinkan kita semua bersama sekarang. Walau ada yang berbeda hari ini. Ya, Jasmine.

Cewek itu, yang sedang memakai sweater merah dan rok hitam selutut. Suasana disini memang terasa hangat tapi tidak untuk dirinya. Tatapan dingin yang terdapat di wajahnya mengubah setiap cahaya yang dulu ia miliki..

"Guys-guys, kalian tau nggak? sekarang dua teman kita udah ada yang jadian, loh!" Ungkap Amanda yang terdengar seperti menyebar gosip. Keterlaluan banget deh orang ini.

"Wah siapa tuh?" Kemudian ada yang membesar-besarkan, Anton. Benar-benar pertanyaan terbego.

"Itu tuh ..." Amanda melirik kesamping kirinya, Jasmine. Lirikannya itu seperti lirikan penuh kekonyolan. Jasmine hanya memberikan tatapan sebalnya kepada Amanda. Bukannya dia justru merasa senang?

"Jasmine, lo kenapa? Apa ada masalah?" Tanya cewek cheerleader lain, Luna.

"Nggak usah sok peduli deh lo!" Celah Amanda dengan tatapan tidak suka kepada Luna.

Melihat keduanya seperti itu, Jasmine lekas berdiri.

"Argh! Kalian bisa diem gak sih?" Teriaknya berusaha untuk pergi dari sini. "Dan lo Man, jaga mulut lo! Gue dan Rangga enggak pacaran," Jelasnya seraya menunjuk ke arah Amanda. "Kasih gue jalan. Gue mau pergi." Suruhnya dengan raut wajah yang begitu tak bisa dijelaskan. Kemudian Ia lari cepat-cepat ke bawah.

Gue tahu dia marah. Marah, kecewa, sedih terasa menjadi beban di raut wajahnya. Perubahan yang ada di dirinya membuat gue bertanya-tanya, mengapa dia tidak seperti biasanya?

"Rang, tuh anak kenapa? Tadi lo berdua enggak berantem kan? Tell me." Pinta Jojo yang tidak mengerti sama sekali apa yang sebenarnya terjadi. Ia hanya mengernyitkan alisnya, bingung.

Aku diam seribu bahasa. Tidak bisa kujelaskan sekarang. Kenapa? Karena yang harus kulakukan sekarang adalah lari mengejar Jasmine yang meninggalakan tempat ini tanpa sebab.

"Gue pergi dulu." Pamitku singkat.

Sementara orang-orang yang berada disini diam melihat tingkahku dengan heran. Aku bergegas pergi kebawah. Targetku sekarang ialah mencari Jasmine. Ya, mencari sosok cewek misterius itu.

***
vote and comment guys! don't be a silent reader please. maaf ya aku updatenya lama, lagi gak mood soalnya. thx and love u babes x!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 06, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CheerleaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang