Being a Model

487 17 0
                                    

"Ao, tolong terima permintaan Sato." Untuk pertama kalinya Rei menampakkan raut seriusnya namun aku hanya menaikkan sebelah alisku.

"Aku dan dia satu sekolah saat smp dan dia anak yang baik... Aku... mencintainya..." Lanjut Rei cukup membuatku terkejut. Jadi kalau soal pencintaannya, dia akan serius...

"Dia cinta pertamaku. Kami juga tidak terlalu dekat. Tapi aku ingin selalu mengabulkan keingginannya." Lanjutnya.

"Dia tertarik padaku." Entah mengapa mendengar pernyataan cinta Rei membuatku ingin mastikannya. Kiraminami-san memang benar-benar tertarik padaku dan itu terlihat jelas dimukanya. Tertarik dalam arti yang lebih dalam.

"Ya... Aku sadar tentang itu. Saat upacara, dia terus melihatmu." Dapat kulihat raut menyakitkan dan putus asanya.

"Itu hanya sekedar cinta pada fisik. Dia bukan tipeku dan aku tak akan pernah menaruh perasaanku padanya. Aku juga akan menerima permintaannya tapi ini demi kamu dan jika dia tanya kenapa aku terima maka aku akan bilang dengan jujur. Aku tak akan menyampaikan perasaanmu. Kau harus mengakuinya sendiri." Ini kata-kata terpanjang pertama kali yang kuucapkan setelah kematian Rii-nee.

"Ini pertama kalinya kau bicara sepanjang ini denganku. Sangkyu, tomo." Rei memberikanku senyum yabg tulus namun hanya kubalas tatapan datar. Entah mengapa disaat ini seharusnya aku membalasnya dengan senyuman namun bibirku terasa akan pecah jika bibirku mengukir sebuah senyuman disana.

♀⇨♂

Sepulang sekolah, aku dibelakang gedung sekolah bersama Kiraminami-san.

Saat Kiraminami-san ingin menanyaiku trntang permintaannya, aku langsung menghentikannya sebelum dia membuka mulut dengan menanikkan sebelah tanganku.

"Aku terima."

"A-arigato... tapi, apa yang membuatmu berubah pendapat" Sudah kuduga dia akan menanyakkannya.

"Ini semua demi Rei."

"Rei... aku tarik permintaanku." Entah mengapa muka Sato langsung terlihat seperti sedang flaskback.

"Hubunganmu dengannya buruk?" Entah mengapa aku jadi penasaran.

"Aku menyukainya tapi dia menjauh dariku saat menyadari perasaanku."

"Oh..." Akupun berjalan pergi meninggalkan Kiraminami-san yang masih termenung.

♀⇨♂

"Tataima." Aku sedang melepaskan sepatu, tiba-tiba kaa-san datang sambil berteriak.

"Ao-chan! Jadi model yuk!" Aku menatap kaa-san dengan tatapan jijik.

"Tidak sopan!" Kaa-san menjitak keningku.

"Tidak." Balasku dan berjalan menuju kamar tapi ditahan Kaa-san.

"Ayolah! Demi Kaa-san!"

"Kenapa?" 'Kenapa tiba-tiba jadi model' lanjutku dalam hati dan Kaa-san mengerti pertanyaanku.

"Tadi kaa-san bertemu dengan teman dan ternyata dia sedang mencari model majalah. Terus kaa-san menawarkan Ao-can."

"Tidak."

"Kaa-san... pingin punya anak yang terkenal didunia hiburan. Sekali ini saja! Bantu dia sampai punya pengganti Ao-chan!" Ugh! Aku menyerah... tapi...

"Kita belum tahu sampai kapan aku jafi cowok. Kalau tiba-tiba aku kembali jadi cewek gimana?"

"Kaa-san akan mengurus semua itu." Hahhh...

"Baiklah..."

"Kalau begitu sekarang mandi dan ganti baju! Kaa-san antar Ao-chan ketempatnya!" Tadi itu dia aktingkan? Iyakan?!

Selesai mandi, aku dan kaa-san langsung menuju tempat temannya.

"Naa-chan! Ini dia, gantengkan?"

"Lebih ganteng dari pada difoto! Bagaimana Kami-sama menciptakan ciptaan seindah ini?" Jijik dengarnya!

"Langsung mulai saja." Ujarku.

"Dia semangat sekali! Ayo! Ao-chan ikuti onee-chan ini ya!" Akupun disuruh ganti baju dan dihias. Tak jarang juga banyak pekerja cewek yang menatapku dengan pandangan memuja apalagi setelah ganti baju dan dihias. Ngiler plus mimisan. Pujian juga terua kudengar. Sesi pemrotetanpun berjalan dengan baik.

Sebelum kami pulang, dapat kudengar penbicaraan kaa-san dengan temannya yang sedang membicarakan bakatku dalam bidang ini dan aku hanya berpura-pura tidak mendengar apapun.

Keesokkan harinya saat aku sedang berjalan dikoridor menuju kelas, aku merasa aneh terhapad sekitarku. Mereka semua menatapku dengan tatapan memuja bahkan para siswa juga.

"Yo Model-san!" Sial! Rei tiba-tiba muncul dan memukul bahu kananku.

Aku hanya menaikkan sebelah alisku sambil mengusap bahu kiriku.

"Kenapa kau tidak bilang padaku!" Aku hanya menatapnya bingung. Apa yang dibicarakannya?

"Mata-mata... jangan pura-pura tidak tahu! Ini buktinya!" Reipun menunjukkan foto-fotoku kemarin.

"Semua majalah juga iklan ditv sampai gedung dan toko-toko ada fotomu!" 'Tadi pas perjalan kesekolah aku tidak melihat apapun...'

"Model sementara." Ujarku.

"Yakin?"

"Hn."

"Wah pada kecewa ntar fansmu!" Aku hanya dengedikkan bahuku.

♀⇨♂

"Teng...Teng..."

"Ao! Aku bari sadar kalau di foto ini dan ini kau tersenyum!" Ujar Rei yang tiba-tiba saja sudah disampingku padahal tempat duduk Rei tidak didekatku.

"Hn."

"Senyum bisnis ya! Good-good!" 'Terserah...'

"Panggilan terhadap Kyoutaro Ao untuk menghadap Ketua Osis. Sekali lagi panggilan terhadap Kyoutaro Ao untuk menghadai Kaichou."

"Dipanggil tuh!" Aku langsing berjalan menuju ruang osis yang terdapat dilantai 4. Aku seudah menghapal tiap letak semua ruangan berkat kemarin.

Sesampai diruang osis, aku mengetuk tapi tidak ada jawaban, jadi aku langsung masuk. Saat masuk, entah mengapa tubuhku tiba-tiba terasa panas. Aku mencoba mencari tahu alasannya.

AC? Hidup.

Udara ruangan ini? Ada sedikit angin karena gordennya bergerak.

Ada orang? Tidak, aku sendirian diruangan ini.

Tapi... Bau. Ada bau disini. Bau yang tidak kusuka. Tapi aku lupa nama bau ini.

Gawat! Tubuhku semakin panas membuat aku tidak dapat berpikir apapun. Mencari sesuatu yang dapat mendinginkan badanku.

Aku keluar dari ruangan osis dan berlari ketoilet laki-laki.

Tubuhku seperti ingin meledak.

"AKHHHH!" Teriakku.

......
.....
....
...
..
.

"A-apa...ini?" Terkejut? Syok? 111% jawabannya iya!

Aku... berubah kembali!

YESSS!

Tapi muncul masalah baru lagi. Pakaianku! Celanaku terlalu kebesaran dan sekarang melorot kebawah. Tinggal boxerku. Bajuku sudah longgar tapi masih bertahan. Bisa gawat kalau ketemu orang lain dengan penampilan begini... Blazerku miring sebelah. Seragam putihku kebesaran. Dasi masih terpasang tapi melorot dan menunjukkan belahan dadaku. Celana sudah tidak terpasang dikakiku menampakkan pahaku yang mulus. Seragam putihku hanya mampu menutupi setengah bahaku tapi sepertinya tidak sampai setengah. Jika aku jongkok saja maka boxerku akan kelihatan.

Shit!

Akupun melipat celanaku dan memeluknya. Melihat-lihat keluar sebentar. Setelah merasa tidak ada orang, aku langsung berjalan keluar (sedikit berlari) tapi tiba-tiba, kepalaku seperti terbentur tembok.

"Dare?" Suara ini! Aku kenal sekali!

"Kyou...-chan..."

Gawat!

Kimyōna hōhō de mitsukatta ai!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang