Music electro house yang dimainkan Diayu saat ini mampu membangunkan ambience party yang benar-benar fun.
Sedikit improvisasi dengan menggerakan naik dan turun pitch slider yang terletak di sebelah kanan CDJ dan mengejar speedhunting dalam mixing, ternyata berhasil menghidupkan suasana menjadi semakin ramai dan sangat mampu membuat crowd bergoyang.
Dua jam sudah Diayu menghentakkan The Ultimate. Sebuah club elite kelas atas yang terletak di sebelah selatan kota Jakarta. Siapa sangka, hal yang dulunya hanya sebatas hobi selingan dan pengisi waktu kosong, kini menjadi profesi yang mampu menutupi biaya hidupnya yang cukup tinggi.
Sudah lebih dari satu tahun Diayu menjadi DJ regular di Ultimate. Dulunya Diayu adalah member di sana, dan siapa yang mengira bahwa hal itu sangat menguntungkan untuknya sekarang. Tentu saja alasannya karena dengan menjadi member di sana, membuat Diayu mengenal beberapa orang yang akhirnya dapat membantu jalannya untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang DJ.
Setelah turun dari stage tempat di Diayu menggelar live set-nya malam ini, gadis itu melangkahkan kaki menghampiri bar counter yang terletak di tengah ruangan.
"Minum apaan, Di?" tanya Rian—salah satu bartender—begitu Diayu mengambil tempat duduk di depan bar.
"Blue lagoon dong, Ri."
Sambil menunggu bartender meracik minuman untuknya, Diayu mengeluarkan sebatang rokok black menthol dari dalam kotak dan mulai menikmati setiap isapan nikotin yang menjarahi seluruh tubuhnya. Membuat rileks saraf-saraf yang tegang karena begitu padatnya rutinitas yang dia jalani.
"Tambah keren aja teknik mixing lo, Di!" puji Rian ketika meracik coctail pesanan Diayu. Detik berikutnya, laki-laki usia pertengahan dua puluh tahunan itu mulai unjuk kebolehan juggling yang dia kuasai.
"It's all about skill, Ri. Gue bukan DJ yang hanya menampilkan sensualitas tanpa bener-bener memiliki skill seorang DJ," ujar Diayu sarkastik. "Kalau cuma mencet tombol sync tanpa improvisasi sedikit pun dan hanya mix dari lagu ke lagu, sama aja operator kan kalau gitu?" Lanjutnya lagi, mengundang tawa keras Rian.
"Bener banget, Di. Sekarang itu, lagi banyak banget DJ-DJ cewek karbitan yang nggak bener-bener punya skill untuk jadi seorang DJ. Cuma modal pake baju seksi, sampe toket luber ke mana-mana!"
Kini, giliran Diayu tertawa mendengar perkataan Rian. Namun dalam hatinya Diayu membenarkan apa yang Rian ucapkan. Pikirnya, memang sekarang ini sudah banyak DJ yang kerjanya hanya memutar lagu yang sudah diedit sebelumnya, hanya tinggal play dan tanpa repot harus speedhunting ketika perform.
"Bro, bagi chivas dong!"
Dengan refleks, Diayu menoleh ke arah asal suara yang amat sangat dikenalnya. Terlihat keberadaan seorang cowok sedang mengeluarkan kotak rokok dari dalam saku celananya.
"Sial, rokok gue abis lagi!" Cowok itu meremas bungkusan yang sudah kosong, kemudian melemparkan ke tempat sampah yang terletak tak jauh dari tempatnya duduk.
Gadis itu pun mengasongkan satu bungkus rokok berwarna hijau dan hitam ke arahnya. "Ambil aja punya gue. Tapi rokok gue mentol. Cowok kan biasanya nggak doyan rokok mentol," ucapnya.
Cowok itu mengalihkan pandangan matanya pada Diayu, menatapnya cukup lama. "Gue asbak, rokok apaan aja masuk asal bukan cimeng. Thank you by the way." Dia bicara, lalu menarik satu batang rokok dari bungkus yang diasongkan Diayu.
"Gimana kabar lo?" tanyanya kemudian.
"Not bad,"
Terdengar tawa mengejek dari bibirnya. "Definisi not bad menurut lo seperti ini? Balik lagi sama dunia lama lo. Clubbing, smoking, drinking. Itu arti kata not bad menurut lo?"
Gadis itu pun berdecak. "It's my life. None of your fucking business!"
"Gue tau, lo pasti kecewa sama sikap gue yang lembek ini. Tapi seperti yang gue bilang sebelumnya, Di. Please, kasih gue waktu."
"Ini bukan tentang lo, Egar. Ini semua tentang gue. Tentang gimana rasanya jadi orang yang selalu diremehkan. Gue paham, gue bukan cewek baik-baik seperti kata Tante lo itu. Gue bukan cewek selembut Milan, yang bisa lo banggain di depan keluarga besar lo. Gue cuma Diayu. Cewek ofensif yang nggak tau tata krama. Gue sadar sama hal itu. Karena itu, gue milih mundur sebelum kita semakin jauh. Karena gue nggak mau semakin terluka ketika gue udah sepenuhnya cinta sama lo. Jalan kita nggak akan pernah ketemu, Gar. You know what? Because I'm a bitch. And i have an attitude problem."
Egar kembali berdecak. Ia menggapai satu tangan Diayu dan menggenggamnya erat. "Persetan tentang siapa diri lo sebenarnya, Di. Gue nggak peduli. Yang gue tau, gue udah terlanjur cinta sama lo."
"Gue juga, Gar. Gue juga cinta sama lo. But sometimes, love is not enough. Kita butuh satu alasan yang lebih kuat untuk bertahan. Dan sayangnya, gue belum ketemu dengan satu alasan itu untuk saat ini."
Egar terdiam. Dia kehabisan akal untuk dapat meyakinkan gadis di sampingnya kini. Yang dia tahu, dirinya mencintai gadis itu. Namun apa yang dikatakan Diayu benar. Terlalu banyak perbedaan di antara mereka. Jalan untuk mereka bersatu tidak akan semulus perjalanan cinta Ligar dan Milan.
Egar berpikir jika gadis itu terlalu jauh untuk digapai. Seperti kupu-kupu, Diayu terlalu lincah untuk ditangkap. Pilihan terakhirnya adalah harus mengikuti pilihan Diayu. Merelakannya, agar tidak jatuh semakin jauh.
"Satu hal yang harus lo tau, ketulusan cinta dan kasih sayang itu tidak dapat dilihat ataupun didengar, tapi hanya bisa dirasakan dengan hati. Dan harapan gue, semoga lo bisa merasakan ketulusan yang gue simpan buat lo, hingga lo akhirnya sadar seberapa besar perasaan itu. Sekarang gue lepasin lo untuk pergi. Tapi ketika nanti lo mulai merasa lelah dan putus asa, balik lagi sama gue, Di. Pintu hati gue akan selalu terbuka tanpa perlu lo ketuk dulu."
*Tomorrow*
Nihhh... Yang nagih-nagih cerita papa mamanya Mas Bilal. Sudah tak repost yoo... Nextnya mungkin mau aku private, soalnya kata Fatma kalau ceritanya diprivate nggak akan bisa didownload, tapi si Al bilang, dia bisa download ceritanya dia yang private. Entah lah aku pusing mikirin masalah ini. Karena sebagai penulis abal-abal, jelas aku ngerasain banget susahnya nulis. Banyak hal yang aku korbankan untuk bikin satu cerita, termasuk setrikaan yang selalu diabaikan. Wkwkwk.
Jadi aku nggak ikhlas banget kalau ceritaku dicopy dan tersebar nggak jelas. Mudah-mudahan pembacaku semuanya baik-baik yaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow
Short Story"Kamu ingat, dulu aku pernah bilang sama kamu, aku nggak akan pergi walau seburuk apa pun keadaannya nanti. Aku tetep di sini, nggak akan pernah tinggalin kamu" -Egar Arkana Karena satu hal mudharat, membawa mereka menuju sekarat. Karena ketika seka...