"Ngapain lo?" tanya Diayu saat membuka pintu apartment-nya dan menemukan Ello sedang berdiri di sana.
"Lo yang ngapain? Kenapa lo? Lagi hibernasi?" balas lelaki itu sambil melangkah melewati pintu.
"Gue udah bilang, gue lagi males ke mana-mana, El."
"Sampe kapan? Milan udah lahiran tadi siang. Lo nggak mau nengokin ponakan lo?"
"Nanti aja deh, gue besuknya kalau mereka udah balik ke rumah aja. Biar lebih puas ketemu baby-nya."
"Biar lebih puas ketemu baby atau biar nggak ketemu Egar?"
Diayu membeku. Lidahnya terlalu kaku untuk menjawab pertanyaan Ello.
Laki-laki itu pun mendengus kasar saat tidak mendapati jawaban Diayu. Dia mengambil tempat di samping gadis itu yang sedang duduk di atas sofa bed kecil sambil menikmati rokok kesekian yang sudah dia isap seharian ini.
"Kenapa harus Egar sih, Di? Jadinya gini, kan. Hubungan lo sama dia nggak berhasil, hubungan lo sama Milan dan Ligar juga ikut ancur."
Diayu kembali mengisap rokoknya. Menghirup asapnya kuat-kuat dan mengembuskan tepat di depan wajah Ello. "Emang gue bisa ngatur sama siapa gue jatuh cinta, El? Kalau bisa milih, dengan senang hati gue lebih milih jatuh cinta sama Chris Evans, biar dia bisa ngelindungin gue kayak dia ngelindungi banyak orang waktu jadi Captain America."
Ello bangkit berdiri, merebut rokok di tangan Diayu, kemudian mematikannya di dalam asbak. Lelaki itu mendengus melihat banyaknya sisa puntung rokok di dalam tempat itu.
"Gila ni bocah! Niat mau bunuh diri lo? Puntung rokok sampai segini banyaknya. Buruan siap-siap. Cabut ke rumah sakit sekarang."
Walaupun sambil mengomel, tapi Diayu tetap mengikuti ajakan Ello. Mereka menjemput Anggun di rumahnya terlebih dahulu sebelum berangkat menuju rumah sakit.
Beruntung, keadaan kamar rawat Milan sedang sepi saat mereka tiba. Hanya ada Ligar di sana. Tidak ada keluarga lain yang menemaninya, dan juga... tidak ada Egar.
"Selamat ya, Beib. Ya ampun, ponakan gue lucu banget, sih! Sini, gendong aunty sini." Anggun mengambil alih bayi mungil itu dari gendongan sang ayah.
Diayu ikut menghampiri Anggun, mengelus-elus pipi Mima dengan lembut. "Gun, bawa pulang, Gun. Minta diculik banget ini mah! Lucunya kebangetan!" seru Diayu gemas.
"Iyalah lucu. Lo nggak liat bokapnya aja ganteng begini!"
Diayu memperhatikan Ligar yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit samping Milan. Melihat bagaimana posesifnya cara Ligar memeluk Milan dari samping. Bagaimana perhatiannya Ligar ketika membantu Milan yang ingin buang air kecil hingga menemaninnya di dalam toilet. Satu moment yang tidak akan pernah dia rasakan bersama Egar.
Tiba-tiba, pintu kamar perawatan terbuka. Diayu membeku sedetik, melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan.
Inilah pertama kalinya mereka bertemu kembali setelah lima bulan sejak berakhirnya hubungan mereka. Diayu sengaja menghindari acara apa pun yang sekiranya akan mempertemukannya dengan Egar. Dan ternyata nasib baik sedang tidak berpihak padanya saat ini. Terutama, ketika dia melihat ada orang lain yang mengikuti Egar di belakangnya. Seorang perempuan cantik dengan hijab panjang yang menutupi seluruh tubuhnya.
Tak jauh berbeda dengan Diayu, Egar pun tampak terkejut melihat kehadiran teman-teman Ligar di dalam ruangan. Terlebih ketika matanya menangkap sosok perempuan yang berhasil membuatnya patah hati sejak lima bulan lalu.
"Eh, ada Egar. Dateng sama siapa tuh?" suara Ello menyadarkan keduanya dari keterkejutan.
"Oh, iya!" seru Egar baru tersadar, dia menengok ke belakang. "Masuk, Mi. Ngapain kamu diem depan pintu?" ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tomorrow
Short Story"Kamu ingat, dulu aku pernah bilang sama kamu, aku nggak akan pergi walau seburuk apa pun keadaannya nanti. Aku tetep di sini, nggak akan pernah tinggalin kamu" -Egar Arkana Karena satu hal mudharat, membawa mereka menuju sekarat. Karena ketika seka...