Sore ini hujan kembali mengguyur jalanan ibukota. Aku melepas jashujanku diteras rumahku. Kuletakkan diatas sepedaku yang sudah terlebih dahulu terguyur hujan. Kutuangkan segelas teh panas dalam mug favoritku yang dulu pernah kubuat sebegitu sama dengan mug yang kini mungkin tak pernah kau pakai lagi. Aku duduk dikursi teras sambil sesekali melihat langit yang sedang menangis. Kurasakan semilir angin yang tidak biasa, entah kenapa aku menganggap angin ini sebagai angin kerinduan dari hujan yang akan kusampaikan padamu lewat angin.
Dulu kau pernah mengantarku pulang dari bimbel disekolah lamaku. Saat itu rintikan hujan datang secara berganti, aku takut menunggumu sendiri. Saat itu kau menjemputku sangt lama dan disitu aku telah berdiri sambil terus mencoba menghubungimu ponselmu. 25menit setelah itu kau datang dengan memakai jaket biru yang sudah menutupi pakaianmu. Aku menatapmu dengan kesal, lalu kau berkata "sorry lama, hujan tibatiba dateng. Nekat nggak? Apa nunggu hujan reda dulu?". Aku hanya diam melihatmu yang sibuk dengan sebatang rokok yang kini sedang kau hisap. Lantas kau berkata lagi, "udah nekat aja, keburu sore". Lalu aku menjawab dengan anggukan saja. Tiba-tiba kau melepas jaket biru yang sejak tadi sudah menutupi pakaianmu, "nih pake" katamu sambil memberikan jaket itu padaku. Tanganku dengan cepat menolak jaket yang sedang kau berikan. "Pake aja, nanti kamu kedinginan" jawabku. Kau malah menatapku sinis, aku menunduk dan dengan lambat kuraih jaket itu. Sambil sesekali kau menghisap rokok, kau mengambil botol bekas lalu bagian bawah botol kau lubangi dengan ujuh rokokmu yang masih menyala, setelah itu kau masukkan rokok itu dibagian tengah yang sudah kau lubangi sampai hanya tersisa ujung rokok yang akan kau hisap. Kau memang lucu.
"Emang kalo kayak gitu apa fungsinya?" aku menanyakan hal itu padamu.
"Biar rokoknya nggak mati kena hujan, bawel" jawabmu sambil melihat kearahku.
Kini aku duduk tepat dibelakangmu dan kau sibuk menyetir sambil sesekali melirikku dari kaca spion sepeda motormu. Aku dan kau kini berada dibawah hujan yang cukup deras. Jaket birumu kurasa sudah tak mampu melindungi tubuhku dari hujan. Kau berheni didepan toko yang ada di bawah pohon besar kala itu.
"Ngapain berhenti?" tanyaku.
"Sayang, ini hujan deras banget. Kita neduh disini dulu" katamu sambil meraih tanganku.
Posisiku sekarang sudah duduk diatas sepeda milikmu, dan kau berdiri didepanku sambil memegang tanganku. Kau memainkan rambutku yang kau bilang seperti Dora. Aku hanya menertawakanmu, melihat lengkungan senyum di bibirmu. Secara diam-diam aku melirik bola mata coklat milikmu yang selalu kau gunakan untuk menatapmu. Mata itu sungguh indah, mata itu membuatku selalu terfokus pada satu titik dan titik itu kau.
"Terus aja kayak gini, aku nggak mau pisah sama kamu" ucapmu dengan suara manismu.
"Haha apaan sih, kamu lebay banget" jawabku sambil menertawakanmu yang sedari tadi menatapku.
"Sedikit reda, yuk. Keburu maghrib" ajakmu.
Aku kembali duduk dibelakangmu. Kuposisikan kakiku diatas pijakan sepeda motormu. Masih sama dan selalu sama, kau selalu melirikku dari kaca spion dan selalu kulihat setelah itu kau tersenyum samar-samar kepadaku. Selang beberapa menit kau sudah berhenti didepan pagar rumahku. Aku bergegas turun, kulepas jaketmu dan kuberikan padamu tetapi kau menolaknya dan memilih menyuruh aku untuk membawa jaket itu dulu. Namun, kupaksa kau untuk memakai jaket itu karna hujan masih saja mengguyur jalanan walaupun tidak terlalu deras. Tetapi kau tetap saja menolaknya, kau malah menghidupkan kembali mesin motormu.
"I love you" ucapmu.
Setelah itu kau langsung pergi dan aku menatapmu sampai kau hilang karena belokan gang di rumahku.
Tak terasa kini air mataku menetes lagi setelah mengingatnya. Kini aku harus membiasakan dibawah hujan tanpanya, berteduh didepan toko sendiri untuk menunggu hujan reda, sesekali melirik kaca spoin motorku yang tak kulihat lagi lengkungan senyum samar darinya. Aku sangat mencintai hujan karna hujan pernah menahanya lebih lama bersamaku. Tapi itu dulu, sebelum dia memilih pergi dariku dan membiarkanku sendiri tanpanya. Sejak 16bulan yang lalu, tak kulihat lagi pria yang selalu memungut botol bekas untuk melindungi sebatang rokok yang sedang dihisapnya. Tak kutemui lagi pria yang senang membanding-bandingkan aku dengan tokok kartun salah satu stasiun di Indonesia. Tak pernah kudapatkan lagi ucapanya yang selalu mengingatkanku untuk jangan pergi darinya. Oh kau, kini keadaan telah berbalik. Yang dulu mengingatkanku untuk tidak pergi darinya kini malah pergi dariku.
"Aku rindu tertawa bersama diantara derasnya hujan, aku rindu dengan pemilik jaket biru itu, aku rindu kau membandingkanku dengan dora, aku rindu saat berteduh bersamamu, aku rindu saat menunggumu lama menjemputku. Sekali lagi, aku rindu kau dan hujan"Halooo. Gimana kabar kalian? Jangan bosen-bosen untuk baca part demi part yang aku buat ya hehe. Jangan nyesel kalo udah baca di part ini. Oh ya btw sempetin untuk kasih vote dan saran ya hehe. Terimakasih.
Feb,2016
see u readers.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Aku; Tentangmu
Short StoryCatatan tentang kau yang tak berniat untuk kembali.