part 1

596 10 2
                                    

“adaww!” perempuan manis berambut kecoklat-coklatan itu –bisa dibilang brunette sih, berteriak frustasi.

“lo kenapa sih?! Teriak teriak mulu daritadi ganggu gue tidur tau ga!”

“engga” si perempuan masih sempatnya membalas perkataan konyol kakak lelaki satu-satunya dia miliki. Masih sibuk dengan perlengkapan mosnya, yang rambutnya dikepang dua padahal jelas-jelas dia tidak bisa mengepang rambutnya sendiri. Belum lagi kaos kaki beda warnanya.

“aelah barusan mos sma udah teriak teriak kaya monyet gadapet pisang sehari aja”

“kak seriusan gue ga bisa ngepang rambut!”

Laki laki yang dipanggil dengan sebutan kakak itu mengambil nafas kesal, dengan malas berjalan mendekati adek perempuannya yang sedang menatapnya melas.

“sini gue benerin,”

Walaupun kakaknya berjenis kelamin laki-laki tetapi jika hanya mengepang rambut pun dia masih bisa. Adeknya aja yang terlalu bodoh, rambut sendiri masa tidak bisa dikepang. Tetapi memang dari dulu melly jarang sekali mengepang rambutnya alasan satu-satunya adalah karena mamanya yang sama sekali tidak pernah mengajarinya mengepang rambut, tidak seperti anak perempuan lainnya.

“kak?”

“hm?”

“mama sama papa—“

“gausah tanya ke gue” belum selesai perkataan melly, raga –kakaknya sudah memotong terlebih dulu.

“nih udah selesai” setelah mengatakannya, raga berjalankeluar dari kamar melly padahal melly belum sempat mengucap terimakasih ah, sudahlah tidak penting juga.

“MELLY SEBELUM BERANGKAT SARAPAN DULU, AWAS KALO LO GASARAPAN ENTAR GUE TANYA KE MBOK JA” teriak kakaknya, membuat melly bergumam kesal. Daridulu kakanya memang selalu begitu.

Oh! Dia hampir lupa menanyakan sesuatu.

Melly membereskan barang-barang mosnya dan dimasukan kedalam tas punggung tangan yang terbuat dari karung beras, lalu berjalan kearah kamar kakaknya.

“kak gue sapa yang anter dong kalo lo molor?”

“ish! Pake mobil— tunggu gue 6 menit lagi”

Melly tersenyum menang, kakaknya masih ingat hari-hari mos dilarang membawa kendaraan sendiri. Dia segera menurun tangga rumah besarnya, rumah boleh besar tetapi hanya dia, mbo ja, rega yang menempati. Orangtuanya? Jangan ditanya lagi. saking sibuknya sampai lupa kalau punya rumah di indonesia.

“mbok ja aku ga lapar,”

Melly melihat meja makan yang ukurannya sangat besar itu dengan malas, kenapa orangtuanya harus mengeluarkan duit hanya untuk membeli rumah besar yang ujung-ujungnya cuman ditempati 3 orang?

“tapi kata mas r—“

“MELLY GUE BILANG SARAPAN SEKARANG KALO GA LO JALAN KAKI KE SKOLAH”

“IYA IYA” balasnya, lalu meraih kursi dihadapannya. Mengambil selembar roti dan diolesi dengan selai nanas dengan perasaan kesal.

****

“entar pulang jam berapa?” tanya raga menatap adeknya yang sedang sibuk mengaca di kaca mobil milik raga.

Melly melempar pandangan kearah raga, “gatau”

“ndeh?” raga benar benar kesal dengan sikap melly yang seraba ditanya selalu ‘gatau’ “entar gue jemput lo gimana bloon! Kalo apa apa seraba gatau!”

“ish iyaiya palingan jam 12” raga mangut-mangut menginjak rem tepat digerbang sekolah melly.

“udah buruan turun”

mellryWhere stories live. Discover now