"Saya Alena Abriana, guru matematika baru kalian." Ujarku memperkenalkan diri di depan kelas.
Murid laki-laki di kelas itu memandangku dengan pandangan aneh. Ada apa?
"Yakin lo udah lulus kuliah?" celetuk salah satu murid yang pakaian seragamnya terlihat brutal.
Aku menatapnya bingung. "Maaf, bisa kamu ulangi pertanyaan kamu?"
"Lo yakin udah lulus kuliah? Budeg ya?" tanyanya yang membuatku geram.
"Kamu tidak pernah diajari sopan santun?" tanyaku balik.
Ia mengangkat kakinya di atas meja.
"Gue nggak punya stok sopan santun. Lo jual?"
Aku mengangkat alisku. Bisa juga ini dibuat permainan.
"Saya jual. Kamu mau beli?" tanyaku sambil memberi tatapan sinis padanya.
Ia tersenyum miring. "Lo banyak bacot, bu."
"Saya guru kamu. Kamu murid saya." ujarku penuh penekanan.
Ia tersenyum miring lagi. "Belagu banget. Lo tuh masih bocah, nggak usah sok-sokan ngajar gue. Umur lo berapa sih?"
Aku menghela nafas, berusaha sesabar mungkin. "Dua puluh satu tahun."
Ia melipat tangannya di dada. "Gue dua puluh dua tahun." ujarnya lalu tersenyum penuh kemenangan.
***
lagi iseng bikin cerita baru. maafin yaaa kalo ngga jelas.
btw, ini cerita ke 3 setelah komidi putar sama am-pm yang kemaren baru tamat.
vote comment boleh laaah(((((:
KAMU SEDANG MEMBACA
Alen.
Short StoryAlen. Bagaimana jika nama tersebut ada pada dua orang yang sangat bertolak belakang? Ini tentang Alena Abriana, guru muda yang baru sehari jadi guru matematika di SMA Bina Bangsa. Dan juga tentang Alen Aditama, murid badung yang berkali-kali tidak n...