Aku melihat kemejaku yang mulai basah karena rintikan air hujan.
Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari dan masuk ke dalam mobil Alen.
"Akhirnya masuk juga. Makasih hujan." Ujar Alen lalu tertawa.
"Kamu itu aneh, tadi waktu awal saya masuk marah-marah nggak jelas, sekarang baik-baikin saya, mau kamu apa?"
Alen menatapku. "Mau gue, lo jadi motivasi belajar gue, boleh?"
Aku berdecak. "Kamu yang bocorin ban sepeda saya kan?"
"Kok lo nggak nyambung sih, Bu? Gue kan ngomongin masalah motivasi, lo kok ngomongin ban bocor lo sih?" Ujar Alen lalu memberhentikan mobilnya.
"Omongan kamu nggak penting, Alen." Jawabku ketus.
"Berhubung tadi ibu nggak mau dianter saya pulang dan ibu tiba-tiba masuk mobil saya, gimana kalo ibu kasih sesuatu ke saya?"
Aku mengerutkan kening. "Apa maksud kamu?"
"Saya udah baik lho bu, udah ubah bahasa saya, enakan pake saya atau gue ya bu?"
Aku geleng-geleng, pusing dengan kelakuannya.
"Saya mau ibu jadi guru les privat saya setiap hari."
Aku melotot ke arahnya. "Nggak."
"Ibu mau saya nggak lulus lagi tahun ini? Nanti, saya bakal bilang kalo ibu penyebab saya nggak lulus."
Aku menghembuskan nafas kasar. "Terserah kamu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Alen.
Короткий рассказAlen. Bagaimana jika nama tersebut ada pada dua orang yang sangat bertolak belakang? Ini tentang Alena Abriana, guru muda yang baru sehari jadi guru matematika di SMA Bina Bangsa. Dan juga tentang Alen Aditama, murid badung yang berkali-kali tidak n...