#9-Pacar?

179 11 1
                                    

Pov Isya

Parfum beraroma vanilla kusemprotkan pada tubuhku. Aromanya terasa begitu nyaman. Kurasa pakaianku sudah cocok untuk pergi bersama Vino. Palingan cuma sekedar jalan (kayanya) .

Sambil menunggu Vino ia mendengarkan lagu favoritnya,

Berada dipelukanmu
mengajarkanku apa artinya kenyamanan
Kesempurnaan cinta

Berdua bersamamu
mengajarkanku apa artinya kenyamanan
Kesempurnaan cinta

'Kesempurnaan cinta' Ricky Febian

Lagu itu menggambarkan perasaanku yang sedang berbunga-bunga. Saat sedang asyiknya mendengarkan musik ada yang mengetuk pintu, dengan penuh rasa malas aku membukanya.

"Pagi Isya sayang, jam 12 nanti kita jalan yuk kan udah lama mama gak jalan sama kamu."

Jam dua belas? kalo jadi jalan sama Vino gak mungkinlah kalo cuma dua jam, bayangin cuma 2 JAM. Tapi mau gimana lagi aku juga ga bisa lewatin kesempatan ini karena hari Rabu mama harus balik ke Amsterdam buat ngurusin bisnisnya.

"Hallo? Kok bengong?"

"Haah, ok ma, tapi jam sembilan Isya mau pergi sama temen, boleh kan ma?"

"Boleh, cowok atau cewek?."

Mampus gue mama pake tanya lagi, kalo jawab cewek kan Vino kesini pake motor sportnya, kalo cowok dikirain pacar gue, SERBA SALAH DEH GUE!

"Eemm, cowok ma." aku hanya pasrah dan jawab jujur.

"Cowok? kan bener apa kata mama kamu tu dah punya pacar!" mama mencubit hidungku.

"Aw! Bukan maaa, kalo gak percaya liat aja nanti."

"Ok, siapa takut!" kata mama sambil pura-pura menantangku sambil melipat tangannya didepan dada.

Aku memalingkan badanku dari mama, kesal rasanya saat mama tak percaya pada anaknya sendiri. Mungkin tradisi turun-menurun, karena nenek juga sama tingkahnya dengan mama. Tak percaya dengan anaknya sendiri, padahal anaknya tak pernah membuat dirinya kecewa.

Dan kini pikiranku beralih ke topik yang lain. Vino, kenapa ia mengajakku jalan? padahal belum ada sebulan kita kenal.

Apa jangan-jangan dia. Nggak mungkinlah Isya, ngarep deh lo!

"Weleh weleh, anak mama kok malah bengong?"

"Eh- enggak, yaudah Isya mau siap-siap dulu."

Aku langsung menutup pintu pelan, menghindar dari pertanyaan mama yang mematikan. Dan memandang jendela, ini kebiasaanku dari kecil. Kamarku yang ada dilantai dua, membuatku merasa beruntung karena bisa melihat keadaan diluar dengan leluasa.

Daun pohon yang sedikit mengkilat, karena embun yang mesih menempel. Ada juga anjing peliharaan yang sedang berjalan santai bersama majikannya. Selain itu ada yang membuatku sangat beruntung, adalah dapat melihat keadaan kota saat malam hari. Cahaya kecil bertebaran dimana-mana, danau kecil pun memperindahnya dengan memantulkan cahaya itu.

Saat asyik membayangkan kerlap-kerlip cahaya malam. Tiba-tiba salah satu anjing yang sedang berjalan dengan majikannya menggonggong, dan membuatku terkejut. Hampir saja aku jatuh dari lantai dua, karena saat itu aku sudah ada di pinggir balkon.

***
Buat semua yang vote makasih yaSorry for typos

Cinta Monyet [Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang