Aku mengernyit, lalu mengerjapkan mata perlahan. Aku merasakan atmosfer yang berbeda di sekelilingku. Seolah ada yang aneh dan ganjil. Seketika aku memaksa tubuhku untuk bangkit duduk. Aku mengucek mataku beberapa kali untuk mengusir kantuk. Pemandangan pertama yang kulihat adalah tirai putih yang tampak terang karena sinar matahari. Lalu dengan cepat aku menyisir ruangan tempat aku tidur. Ada lemari hitam berdiri di ujung tempat tidur. Lalu koperku yang masih tergeletak tak berdaya di sisi tempat tidur. Astaga! Ini kamar Alvo!
"Kok gue bisa ada di sini?" tanyaku kebingungan. Aku masih ingat sekali jika tadi malam aku tidur di sofa.
Lalu tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Kulihat Alvo berjalan keluar dengan hanya memakai handuk putih yang melilit pinggangnya. Aku masih sempat melihat dada bidangnya serta perutnya yang tampak kencang dan berotot sebelum aku menunduk untuk menghindari pemandangan indah itu. Aku bahkan tak tahu kenapa aku menganggap itu pemandangan indah!
"Kok lo ada di sini?" tanyaku kesal masih menundukkan kepala, menolak godaan untuk memandang Alvo.
"Kamar gue, apartemen gue."
Benar.
"Kok, gue ada di sini?" tanyaku kepadanya.
"Nah, itu yang mau gue tanyain juga, kok, lo ada di sini?"
"Nggak tau!" jawabku. Aku, kan, mengharapkan jawaban darinya, kenapa malah balik bertanya, sih?
Cepat-cepat aku turun dari kasur dan berlari ke arah pintu. Tapi, karena aku berlari dengan menundukkan kepala, jadinya kepalaku terantuk pintu. Aku meringis dan mengusap kepalaku yang sedikit nyeri.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Alvo.
"Nggak," jawabku cepat seraya membuka pintu dan keluar dari kamarnya.
Nggak sakit, kok, nggak. Malunya itu loh!
***
"Wah, pengantin baru udah masuk aja, nih," seru suara dari arah pintu. Di sana kudapati Timi, teman satu kelasku tengah berjalan memasuki kelas dengan senyum secerah langit pagi ini. "Ngomong-ngomong selamat, ya, Zita!" Timi yang sekarang sudah berada di sampingku langsung memeluk tubuhku. "Sori, gue sama Tama nggak bisa datang ke acara nikahan lo." Timi melepaskan pelukannya dan memandangku dengan tatapan tak enak.
Aku mendesah. "Nggak apa-apa, lagian nggak ada yang istimewa," balasku.
"Nggak ada yang istimewa gimana? Kan hari pernikahan lo, Zita. Itu hari istimewa buat lo."
Aku hanya tersenyum lemah, menanggapi perkataan Timi. Sebenarnya Timi pun sudah tahu bahwa aku menikah karena dijodohkan. Dia pun tahu bahwa aku tak mencintai Alvo. Tapi, bagi Timi, tak ada cinta tak jadi masalah selama 'calon suamiku' tampan dan mampan. Ya, Alvo memang memiliki kedua hal itu. Tapi, bagiku tetap saja masalah.
"Gimana rasanya jadi istri?" Timi menyenggol bahuku, menggodaku.
Aku kembali mendesah. Aku bahkan tak tahu definisi seorang istri itu bagaimana. Yang kurasakan setelah menjadi 'istri' seorang Alvo adalah siksaan. Memang, dia tidak menyiksaku secara fisik, tapi secara emosional batinku terkoyak. Contohnya pagi tadi, dia dengan seenaknya pergi ke kantor tanpa memberiku tumpangan. Padahal dia sendiri yang melarangku untuk membawa mobilku ke apartemennya. Kukira, dia akan mengantarku ke mana-mana. Tapi, tidak, dong, dia malah menyuruhku untuk naik bus atau kendaraan umum lainnya. Mana dia tidak memberiku satu rupiah pun. Aku tak tahu suamiku sepelit itu. Belum lagi kebiasaannya melepas baju seenaknya. Gara-gara perbuatannya itu aku jadi dihantui punggung dan dada telanjangnya yang cukup berotot. Apa itu tidak keterlaluan?
"Udah sih, nggak usah bahas kehidupan rumah tangga gue," gerutuku. "Itu si Tama mana? Lo nggak berangkat bareng kembaran lo?"
"Dia ke kantin, cari makan." Timi menyisir ruang kelas ini. Hanya ada beberapa anak yang duduk di baris tengah. Aku dan Timi duduk di baris belakang. "Kok masih sepi? Bukannya kelas dimulai jam 07.20?" Timi menunduk menatap jam di pergelangan tangannya. "Ini udah jam tujuh lewat tiga puluh lima menit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Disaster
RomanceZita terpaksa menikah dengan Alvo-anak dari teman mamanya-membuatnya menjadi bahan gunjingan karena umur Alvo yang terpaut jarak tujuh tahun. Ketika skenario cerai adalah jalan keluar yang diinginkan, apakah ketulusan Alvo dapat mengubah keputusan Z...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir