Prolog

12.5K 467 28
                                    

Kesibukan Rumah Sakit Fatmawati pagi ini dimulai, seperti hari–hari kemarin. Cleaning service mulai menyapu lorong antarbangsal, beberapa diantara mereka membereskan sampah medis di ruang UGD dan tiap–tiap bangsal, memasukkan ke dalam kantung plsatik berwarna merah tahan sobek dengan tulisan 'potential hazard'.

Petugas gizi mulai sibuk di dapur, mendata menu diet masing-masing pasien bangsal dan membawakan kudapan pagi untuk konferensi dokter serta jatah sarapan untuk dokter dan perawat jaga tadi malam. Beberapa diantara mereka menyiapkan troli besar untuk mengedarkan sarapan pagi pada pasien. Petugas apotek mulai sibuk menata obat dan mengecek persedian display obat di apotek.

"Han, ciprofloksasin tablet habis, tolong ambil di gudang ya." Komando ibu Tika, kepala Apotek pada Hana, asisten apoteknya.

"Baik bu." Jawab Hana dan bergegas menuju gudang depan apotek, lalu dengan culunnya berbalik ke ruang obat. "Eh, berapa dos bu?"

Bu Tika geleng – geleng kepala.

"Kamu itu asal iya aja."

Hana terkekeh.

"Ambil lima dos, yang 500 miligram." lanjut Bu Tika.

"Siap Maamm..." Hana segera berlari ke gudang obat di depan apotek, mengambil obat yang diminta Bu Tika. Tampak kepayahan sekali dia membawa lima dos yang bertumpuk-tumpuk membuat penglihatan ke depan jadi terhalang. Dan tiba-tiba...

GUBRAK!

"Ouch... Aduh Hana, aku gak liat kamu, aku buru-buru ini, terlambat pula dateng konferensi. Maaf ya. Nanti ku traktir makan di kantin sebagai permintaan maaf ku yaaaaa..." Igo yang sempat limbung segera mengambil tas dan jas putihnya yang jatuh dan bergegas menyusuri lorong menuju ruang konferensi, meninggalkan Hana yang jatuh terduduk dengan dos obat berserakan di sekitarnya.

"Dasar dokter Igo Andrano Lingga!! Untung ganteng, coba nggak. Nggak bakal aku maafin." rutuk Hana jengkel.

Bu Tika keluar dari apotek demi mendengar keributan itu. Melihat Hana duduk di lantai, ia menggeleng-geleng kesal.

"Hana... kamu malah duduk!? itu dos obat dibuang-buang lagi!!"

Hana kaget mendengar teguran Bu Tika.

"Eeee... bukan salah saya Bu. Itu tadi dokter Igo lewat nyamber saya.." terangnya gagap sambil menunjuk arah perginya Igo, sayangnya Igo sudah hilang dari pandangan.

Bu Tika Kesal.

"Sudah, nggak usah banyak alasan, ayo bangun!! Dibereskan itu obat!! Sebentar lagi kita briefing pagi!!" ujarnya lalu membalikkan badan.

Hana menjulurkan lidah di balik punggung Bu Tika, jengkel pada Bu Tika dan dokter Igo, lalu bergegas bangkit untuk membereskan obat-obat yang berserakan.

****

Igo sampai di depan runga konferensi, bersamaan dengan petugas instalasi gizi yang mau masuk mengantarkan kudapan pagi untuk para dokter. Igo mengendap-endap, mengintip di sela-sela gorden biru yang menutup ruang konferensi. Dari dalam terdengar suara Boggi, teman sejawatnya sesama dokter umum yang sedang mempresentasikan kasus sulit selama dia dinas UGD tadi malam.

Rupanya tentang appendisitis akut (radang usus buntu akut) yang dioperasi cito (segera) di UGD. Di liriknya jam tangan yang melingkar di tangannya. Ups.. Igo sudah terlambat setengah jam.

Konferensi pagi dimulai setengah tujuh dan sekarang sudah jam tujuh. Igo garuk-garuk kepala, bakal kena marah Profesor Dahlan lagi Igo, seperti kemarin-kemarin. Profesor Dahlan memang terkenal disiplin. Beliau Kepala Instalasi Unit Gawat Darurat, dokter spesialis bedah senior.

PITA MERAH DALAM SEBUAH CERITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang