2. Oh ya?

54.8K 2.7K 15
                                    

PRAAKK!

Aku menggebrak meja cowok itu dengan keras. Membuat semua penghuni kelas menoleh ke arah kami. Cowok itu yang masih saja bersantai dengan headset ditelinganya kini menatapku dengan mengangkat sebelah alisnya. Aku masih memandanginya dengan kesal menunggu penyumpal di telinganya itu di lepaskan. Dan akhirnya dia pun melepaskannya.

"Apa?" Tanyanya datar.

"DASAR COWOK BRENG---"

"Bian. Nama gue Bian!"

Ugh!

"Serah,"

"So?"

"Minta maaf sama gue!" ucapku to the point.

"Untuk?" Bian balik bertanya dengan tampang yang menurutku sangat memuakkan. Angkuh.

"Lo udah nabrak gue tadi." jelasku dengan sedikit bersabar.

"Oh ya? Kok gue gak inget?" gumamnya lebih ke dirinya sendiri dengan sok polos membuatku ingin mencabik-cabik wajahnya itu sekarang juga.

"LO,"

"Apa?" sahutnya sambil berdiri dari duduknya. Aku mundur dua langkah karena jarak kami yang terlalu dekat.

"Gue cuma mau lo minta maaf."

"Minta maaf? Gak penting." ucapnya dengan senyuman meremehkanku dan berjalan begitu saja melewatiku keluar kelas.

"HEH, GUE BELUM SELESAI NGOMONG!" teriakku padanya sambil berusaha mengejarnya namun Rere menahanku.

"Udahlah Ra, gue saranin. Mending lo gak usah berurusan sama Bian" ucap Rere sambil menarikku lembut untuk duduk di bangku kami.

"Gak. Gak bisa. Gue paling benci sama cowok sombong kayak dia"

"Tapi lo tau kan. Bian itu anak pemilik sekolah. Kita berurusan sama dia sama aja kita harus angkat kaki dari sekolah ini." Jelas Rere.

Ugh!

Angkat kaki?

Gak, gue gak mau..

Gini-gini gue pinter, gapake duit ortu buat bayar sekolah.

Tapi...

"Gue gak janji. Tuh cowok reseh banget soalnya."

"Ya, serah lo. Yang penting gue udah ingetin."

~~~

Sekilas info dari Rere, cowok bernama Bian yang lengkapnya Fabian Revangga itu merupakan pewaris satu-satunya keluarga konglomerat terkaya se-indonesia. Salah satu aset mereka adalah sekolah ini. sekolah gedongan yang mewahnya naudzubillah bisa bikin siapa saja bangga. Jangankan aku yang berhasil mengenyam pendidikan disini tanpa mengeluarkan duit sepersenpun. Pak Satpam pun akan dengan bangga menceritakan pengalamannya saat pulang ke kampung halamannya. Sok tahu gue!

Kenapa aku gak sempat mengenal Bian?

Karena aku memang sama sekali tidak pernah melihatnya di sekolah ini. dan mungkin aku satu-satunya penghuni sekolah yang tidak tahu menahu soal Bian. Sungguh ironi.

SweetbreezeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang