“Re..”
“Apa?”
“Ikuuut” rengekku sok manja.
“Dih, Apaan sih lo” ucap Rere sambil melempar handuk kecil yang telah dikenakannya padaku.
Oh, No!
Wajah cantik gue . . .
Aku kembali melemparkan handuk kecil tersebut ke arahnya yang semula menempel di wajahku “HEH, GUE INI LAGI SAKIT, WOY” teriakkan pertamaku di pagi hari membahana membuat Rere sempat menutup kedua telinganya.
“Isshh, Gak pake teriak kali” ucap Rere jengkel sambil mengusap-usap telinganya.
“Gak pake timpukin wajah gue pake handuk bekas lo juga..” Aku tak kalah jengkel.
Rere terkekeh kecil “Ya, Sorry. Habisnya geli gue ngeliat lo sok manja-manja gitu. Kayak bukan seorang Ara si cewek batu yang gue kenal” ucapnya menyebalkan sambil kembali menata rambutnya di depan cermin yang sempat tertunda.
What?
Ngeselin kayak Fabian Revangga. Sumpah!
“Heh, Gue gak batu ya” ucapku sewot.
“Ralat deh, Keras kepala. Oke-an dikit kan?” solusi Rere yang malah membuatku makin sewot.
“Sama aja nyet”
“Yee, lo ngatain gue monyet?”
“Dih, apaan? Penyet kali”
“Iyelah”
Suerr..
Maksud gue emang penyet kok..
Rere kembali merapikan rambutnya. Merapikan sedikit seragamnya. Memakai parfum dan segala tetek bengeknya. Dan gue terus perhatiin segala gerak geriknya dari ujung rambut sampai ujung sepatunya siap dengan tatapan memelas.
Huaa..
Gue pengen sekolah..
Gue kangen suasana sekolah..
Gue kangen kelas gue..
Gue Kangen bangku sama meja gue..
Gue kangen Mi ayam mpo Ela..
Gue kangen sama......
“Reee, gue ikuuut” rengekku kali ini bukan sok manja tapi dengan memelas.
“Please deh Ra. Lo udah dengar kan kata dokter tadi? Lo boleh pulangnya nanti siang. Dan itu artinya lo belum bisa masuk sekolah hari ini. oke” Nasehat Rere.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetbreeze
Teen FictionSTATUS: [TAMAT] Hari-hari Ara selalu dipenuhi dengan kesialan semenjak bertemu Bian, si cowok angkuh anak pemilik sekolah. Apa jadinya jika suatu saat ia dikejutkan dengan pernyataan cinta dari Bian? "Gue suka sama lo!" - Bian "Huh? Nembak apa ngaja...