Buukkk !!!
“aw”desisku sambil terpelanting ke tanah begitu menabrak sesuatu disaatku tengah berlari seperti orang gila. Aku meringis sambil mengusap-usap lututku yang sedikit nyeri. Kualihkan pandanganku ke arah sesuatu yang tadi baru saja ku tabrak. TEMPAT SAMPAH! Benda mati setinggi pinggangku itu berdiri kokoh di sudut koridor. Penutupnya bahkan sudah terlempar beberapa meter.
“Argh!!! Sial banget sih gue. Dasar tempat sampah sialan” Aku kembali berdiri sambil menggerutu. Mengibaskan sedikit debu yang menempel dibagian belakang rok seragamku.
“APA LIAT-LIAT?” bentakku pada seluruh mata yang memandangku geli seketika mencibir dan melanjutkan langkah mereka. Ada beberapa yang memandangku prihatin. Hey, gue gak butuh dikasihani.
Mataku melebar begitu melihat sosok Bian yang sedang berjalan tak jauh di belakangku. Ia tak melihatku karena sedang fokus dengan hapenya. Dengan secepat kilat, aku melanjutkan lariku yang sempat tertunda. Mencoba menjauh dari cowok aneh, gila, rese, dan menyebalkan itu.
Sejujurnya..
Dengan mengingat namanya saja sudah membuatku mengumpat kesal.
Tapi kali ini, dari sekian banyak perbuatan dan tindakan yang Ia lakukan diluar batas kewajaran seorang manusia. Huh, oke itu lebay. Aku mengumpat entah sudah berapa ratus kali padanya. Kalau diingat-ingat, sejak kejadian dia menyatakan rasa sukanya padaku. Kalau tidak salah, dua..tiga.. ah mungkin sudah seminggu yang lalu kurasa. YA, SEMINGGU! Dan selama itu pula aku tersiksa bathin maupun psikis. Bian.. Dia itu.. Menyeramkan!!
Bagaimana tidak?
Sikapnya yang telah berubah –walau tak sepenuhnya kurasa, mendadak menjadi orang yang sengaja ataupun tidak berhasil membuatku merinding ngeri. Cowok sombong dan angkuh itu bersikap “perhatian” padaku dibalik sifat cueknya itu. Ya.. aku tahu dia pernah mengantarku ke rumah sakit, menyuapiku, mengirimku sms, bahkan memelukku –Yang terakhir abaikan. Tapi setelah aku tahu dia menyukaiku –aku tak kegeeran, INGAT! DIA YANG MENGATAKANNYA SENDIRI– rasa perhatiannya itu sungguh sangat menyeramkan.
Sebenarnya Ia sudah tak mengungkit ataupun membahas mengenai rasa sukanya lagi padaku. Jadi ku pikir dia hanya bercanda saja dan kalian tahu? ITU MEMBUATKU LEGA. Tapi tetap saja, lebih baik Bian mengerjaiku dengan segala ide liciknya yang muncul disaat tak pernah terpikirkan olehku. Daripada bersikap yang.. euh baiklah cukup penjelasannya.
Aku berhenti dengan napas terengah-engah dengan posisi ruku’. Ya, ampun. Aku berlari memang seperti orang gila. Kembali ku tegakkan tubuhku dan menyender ditiang halte.
“Huft, untung aja dia gak ngeliat gue” aku mengelus dada.
“siapa?”
PLAAKK..
Suara datar tepat disampingku membuatku menoleh dan langsung terlonjak kaget.
“Lo? Ngapain disini?” Tanyaku setengah shock.
Bener-bener dah..
Kecepatan lari gue udah kayak vampir malah ke susul juga sama cowok aneh ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetbreeze
Teen FictionSTATUS: [TAMAT] Hari-hari Ara selalu dipenuhi dengan kesialan semenjak bertemu Bian, si cowok angkuh anak pemilik sekolah. Apa jadinya jika suatu saat ia dikejutkan dengan pernyataan cinta dari Bian? "Gue suka sama lo!" - Bian "Huh? Nembak apa ngaja...