Dua

4.5K 319 4
                                    

Harum segar khas seorang pria langsung menyerbak ketika seorang pria bertubuh kokoh memasuki sebuah ruangan di toko-toko di pinggir jalan. Banyak sekali pasang mata perempuan yang melihatnya penuh minat, meskipun tak pernah Ali lihat ataupun lirik.

Dengan memakai baju stelan resmi, ia berjalan menuju sebuah meja yang memang sudah ia booking sebelumnya. Disana sudah ada seorang pria paruh baya yang sudah duduk memegang beberapa dokumen yang terlihat penting. Ali melangkah berjalan semakin dekat ke arah meja itu, lalu duduk di kursi yang berlawanan dengan pria tadi.

"Selamat pagi, Tuan." sapa pria tadi, di barengi senyuman.

"Selamat pagi. Maaf apakah anda sudah menunggu saya lama?" Ali merasa tidak enak karena sudah membuatnya menunggu hampir 5 menit. Ya, walaupun 5 menit tak akan membuatnya mati tetapi pepatah pernah mengatakan 'time is money'. Waktu adalah uang, jadi waktu sama berharganya dengan uang jika kau mengahamburkan waktu itu sama dengan kau menghamburkan uang.

Tetapi, keterlambatannya ini bukan karena tanpa sebab. Ia telat karena insiden tadi pagi saat ia bertemu seorang gadis tomboy tetapi bisa di bilang cantik dan feminim.

Bukkk!

"Maaf..." Ali berdiri sembari membantu orang yang telah ia tabrak tanpa sengaja.

"Tidak apa-apa, it's oke!" gadis itu mendongak, lalu tatapannya seolah terhipnotis pada mahkluk sempurna di depannya. Mata hitam legamnya seolah membawanya terbang ke langit ke tujuh, membuatnya ingin memejamian mata merasakan jantung yang tiba-tiba berdegup kencang.

Ali mengernyit memerhatikan gadis di depannya hanya diam dengan mulut sedikit ternganga, kagum. Lalu ia melambai-lambaikan tangannya di depan wajah gadis itu, "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ali mengernyit.

Lalu gadis itu menggeleng seolah mendapatkan kembali kesadarannya. "Y-y-ya, aku baik." sedetik kemudian keheningan mengarungi mereka.

Lalu Ali tersadar ada janji yang harus ia tepati. "Baiklah, aku harus pergi. Sekali lagi aku minta maaf, aku tak sengaja." ujarnya dengan nada terburu-buru.

"Ya, tak apa." gadis di depannya tersenyum. Senyum dengan arti yang Ali tau, tentunya.

"Maaf, aku sedang terburu-buru. Senang bertemu denganmu." lalu Ali melenggang pergi tanpa menengok ke belakang lagi tanpa peduli gadis yang ia tabrak tadi.

Sementara di belakangnya, si gadis tadi masih ternganga kagum. Ia masih menatap intens punggung Ali yang kokoh.

"Tuan... Tuan..." suara Pak Soejodhono mengitrupsi dari ingatannya tentang insiden pagi tadi.

"Ah, ya... Maaf, apa yang anda katakan tadi?" Ali gelagapan karena begitu bodoh di hadapan klien pentingnya.

"Kenapa? Apakah Tuan sedang ada pikiran?" Pak Soejodhono bertanya heran. "Jika Tuan sedang ada masalah ataupun itu kita bisa melanjutkan meeting ini di lain waktu."

"Ah, tidak. Aku hanya sedang berpikir karena begitu bodoh telah datang terlambat," Ali hanya menjawab masam. "Maaf, bisa anda ulang lagi?"

"Ya, ternyata cabang cafe yang saya pegang belakangan ini begitu ramai pengunjung. Bahkan, setiap hari ada sekitar 100 sampai 250 orang yang datang." terangnya. "Saya menyarankan, bagaimana kalau cabang cafe ini di perbesar? Saya yakin keadaan ini akan terus menerus, mengingat ada perusahaan asing yang baru di bangun di depan cafe."

Ali mengelus-ngelus dagunya seolah ia sedang berpikir, "Baiklah, aku akan menambah anggaran untuk memperbesar cabang cafe. Dan sebelum itu mungkin besok atau lusa aku akan mengunjungi cafe."

"Baiklah, kalau begitu. Saya rasa meeting hari ini sampai di sini saja." setelah itu mereka berjabat tangan saling menjanjikan satu sama lain.

Yep, setelah empat tahun ini Ali banyak berubah. Semenjak hari itu, ia tak pernah lagi keluar malam, kecuali balapan liar. Walaupun sudah menjadi orang sukses ia tetap tak pernah melewatkan kebiasaannya balapan liar. Walaupun itu sangat berpengaruh terhadap perusahaannya yang sekarang berkempang pesat, tetapi hal itu tidak memotivasinya sedikitpun untuk berhenti balapan.

Walaupun kebiasaan itu sulit untuk ia hilangkan, tapi ia tetap akan berjanji, bahwa suatu saat ia pasti akan berhenti balapan. Pasti!

Wswsws.... Slow update. Bagaimana, ini part ter-formal yang pernah aku tulis di MR. Tapi aku suka, tapi aku gak tau sama kalian.

Ini imajinasiku yang sudah aku tulis walaupun keliatannya tak se-perfect cerita lain yang jauh dari ceritaku.

Aku minta saran dan vote nya. Makasihhhh.....

Oh iya aku mohonnn buat kali ini tolong tingkatkan commentnya.

My Racer 2
'ketika cinta bertemu di Racing Line'

My Racer 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang