Delapan

3.7K 261 4
                                    

Persamaan adalah jalan untuk menuju perdamaian yang dipaksakan.

***

Pagi itu, Prilly bangun dengan nafas memburu.

Kilasan ingatan itu. Masa lalunya dulu. Ingatannya dulu tentang hubungannya. Dengan Ali.

Prilly tersenyum sambil memandang lurus ke depan, ke seseorang yang sedang mengantri hanya untuk mmebelikannya secorong es krim.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Ali kembali dengan senyum manisnya serta dua corong es krim di tangan kanan dan kirinya.

"Maaf, lama nunggu ya?" tanya Ali lalu ikut duduk di sebelah Prilly.

Prilly menggeleng masih dengan tersenyum memandang ke pria di depannya.

"Kamu kenapa sih? Daritadi ngeliat aku mulu sambil senyum-senyum kayak gitu! Aku takut tau." gerutu Ali yang jengkel dengan kelakuan pacarnya ini.

"Kamu tau gak, kalo kamu tuh lucu kalo lagi kesel kayak gitu." Prilly masih menatap Ali dengan tersenyum. "Kamu dua kali lipat lebih ganteng." jujur Prilly.

Seketika itu juga tawa Ali pecah, "Hahaha... Kamu baru nyadar ya, kalo aku ini udah ganteng. Walaupun lagi marah, sedih, kesel apalagi bahagia pasti aku tetep ganteng." Ali memajukan wajahnya, sombong.

Dan kala itu juga Prilly baru sadar kalo pacar didepannya ini mempunyai tingakat ke-pedean diatas rata-rata. "Ih, apa sih? Nggak jadi deh, bilang kamu itu ganteng." ucap Prilly. "Kamu itu makhluk paling jelek di dunia yang pernah aku liat, tau gak?" ucap Prilly penuh penekanan.

"Tapi walau jelek kamu masih aja mau sama aku?" goda Ali.

Wajah Prilly memerah karena godaan itu. "Yey, jadi kamu mau aku kepincut sama cowok lain? Oke." Prilly beranjak dari duduknya. Namun buru-buru Ali menarik tangannya sehingga membuat ia terduduk lagi.

"Aku gak peduli mau kamu suka sama aku dari segi manapun, tapi aku cuma mau kamu tetep jadi sahabat aku, pendampin aku dan juga belahan jiwaku." ucap Ali tulus.

"Tanpa kamu minta, aku bakal lakuin itu, asal kamu jaga mata, hati dan cinta kita dari para penggoda di luar sana." balas Prilly.

Prilly mengusap wajahnya kasar. Kenapa ini harus terjadi? Bagaimana ia bisa bertemu dengan Ali? Jika akhirnya hanya meninggalkan luka, kenapa takdir begitu tega menaburkan garam di atas luka yang menganga?

Semoga pertemuannya kemarin adalah untuk terakhirnya. Prilly terus berdoa di dalam hati meskipun hatinya ragu untuk kemungkinan tersebut, mengingat Ali kini adalah CEO besar cafènya, tempat ia bekerja. Ditambah akan ada renovasi yang pasti membuat lelaki itu bisa datang kapan saja.

Sekali lagi Prilly mengusap wajahnya kasar disertai dengan hembusan nafas berat.

Kenapa hidup itu begitu sulit? Bahkan disaat seperti ini, bernafas pun terasa menyakitkan.

Prilly menggeleng pelan sambil menyusupkan tangannya ke lehernya yang agak terasa pegal akhir-akhir ini. Mungkin efek kerja lembur, pikirnya.

Setelah itu Prilly beranjak untuk bersiap-siap bekerja. Walaupun rasanya terlampau berat untuk berniat bekerja setelah insiden kemarin itu. Tapi lagi-lagi Prilly menguatkan dirinya lagi, kalau kejadian kemarin itu hanya khayalan yang nyata dan hanya numpang lewat saja di jalan takdirnya.

So short chapter, im sorry... Hanya ini yang bisa aku buatkan.
Belakangan ini aku sibuk kegiatan sekolah, ditambah kuota yang melorot. Sekali lagi maaf. Tapi jangan pindah lapak yah, tetep stay disini.

Minta vote dan commentnya...

Sincerely you,

Wardahstories

My Racer 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang