Lima

3.6K 253 0
                                    

Jangan pernah mengharapkan sesuatu yang sudah pergi datang kembali lagi, karena sesuatu yang sudah pergi takkan sama lagi meskipun ia kembali.

***

Prilly bangun ketika mendengar suara alarm nyaris berbunyi. Tangannya menggapai-gapai alarm bising itu untuk mematikannya. Walaupun dengan mata masih terpejam.

Prilly bangun dan berjalan gontai mengambil handuk lalu berjalan ke dalam kamar mandi. Pergi untuk bersiap-siap bekerja.

***

Hari ini Prilly datang tepat waktu, tak seperti kemarin yang membuatnya harus berkeringat karena berlari mengejar angkot dan juga mengejar waktu di mesin absen.

Pagi ini suasana cafè masih ramai, meskipun tak se-ramai kemarin yang penuh dan juga menyesakkan. Prilly berdiri di balik mesin kasir, seperti biasanya. Dengan kaos khas cafè us dan juga name tag yang tersemat di kaosnya. Dan juga make up tipis andalannya.

Hari beranjak siang, dan juga pengunjung berangsur-angsur menyepi, tak seramai tadi. Hari ini sungguh membosankan, Gritte tak ada menelpon ataupun sekedar mengirim pesan singkat seperti biasanya yang mana bisa membuat Prilly tersenyum tak jelas. Tapi hari ini tak ada sama sekali, membuat Prilly menghembuskan nafasnya jengah dan bosan.

"Harap semua pegawai berkumpul di ruang manager. Sekali lagi diberitahukan untuk para pegawai agar berkumpul di ruang manager, terima kasih." suara itu terdengar dari sound trek yang biasanya digunakan untuk melantunkan lagu-lagu masa kini yang di dengarkan kepada pengunjung yang berada di seluruh penjuru café.

Prilly cepat-cepat berlalu meninggalkan kasir untuk pergi ke ruang manager. Di lorong dapur Prilly bertemu Adros.

"Hai, Prill," sapa Adros, sambil menepuk pundak Prilly seperti biasanya.

"Hai, Ad," ujarnya sembari tersenyum, "Kira-kira bakalan ada apa ya?" tanyanya heran-heran.

Sambil berjalan mereka bercakap-cakap. "Mungkin masalah, mengenai kedatangan CEO yang bakalan datang ke sini, mungkin?" Adros mengedikan bahunya.

"Mungkin," jawab Prilly sekenannya.

Setibanya mereka di ruang manager, mereka langsung berbaris dengan pegawai-pegawai yang lainnya. Dan diantaranya ada yang berbisik-bisik cukup keras membuat orang-orang dapat mendengar apa yang mereka katakan, dan pastinya urusan CEO ini. Prilly dan Adros saling menatap, memandang heran pada partner kerja mereka.

"Selamat siang semua." sapa sang manager penuh wibawa.

"Selamat siang, Pak." jawab para pegawai serentak.

"Mungkin beberapa dari kalian mengetahui perihal tentang CEO utama yang akan menyurpei cafè ini." ucap Pak Soejodhono menjelaskan, "Dan hari ini adalah harinya. Dia akan datang tepat siang ini, dan saya harap semua bekerja maksimal dan juga sopan di depannya. Mengerti?"

"Ya, Pak." lagi-lagi jawaban serentak para pegawai.

"Baik, semua boleh kembali bekerja. Dan jangan lupa pesan saya untuk berlaku sopan saat bertugas hari ini. Mengerti?" Pak Soejodhono memberi peringatan sekali lagi. Dan lagi-lagi semua pegawai menjawab serentak.

Dengan itu semua pegawai bubar, kembali ke tempat kerja masing-masing. Saat Prilly ingin berbalik tiba-tiba saja Pak Soejodhono memanggilnya.

"Prilly?"

Prilly mengurungkan niatnya untuk kembali, dan kembali berbalik menghadap atasan separuh bayanya itu.

"Ya, ada apa, Pak?"

"Begini Prilly saya ingin meminta kamu untuk melayani CEO utama ini. Bagaimana?" Pak Soejodhono menautkan alisnya antara memohon dan menunggu jawaban Prilly.

"Tapi Pak, kenapa harus saya? Bukannya saya bekerja di bagian kasir dan menurut saya Valerie lebih menarik," Prilly menjawab sambil mendelik, membayangkan tampilan Valerie yang... Menor. Mungkin, sangat menor!

"Itu dia permasalahannya, Prilly. Saya tahu, kalau Valerie memang menarik. Tapi semua juga tahu, jika dandannya membuat kesan tidak sopan dan tidak pantas untuk seorang pelayan cafè biasa seperti kita. Dan menurut saya, kamu lebih baik dari dia. Mungkin kamu memang jarang atau mungkin tidak pernah berdandan, tapi meskipun begitu kamu tetap terlihat cantik dan menarik. Selain itu, pelayanan yang kamu berikan juga sopan di mata saya." jelas Pak Soejodhono.

"Baiklah, saya akan melakukannya, Pak. Ada yang bisa saya bantu lagi?"

"Tidak, terima kasih. Kamu boleh ke tempat kamu kembali,"

"Kalau begitu, saya permisi, Pak."

Prilly pergi meninggalkan ruangan management tersebut.

Hai, masih semangat baca?
Tunggu chapter berikutnya ya?

My Racer 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang