Abaikan saja typo. Maaf kalau ceritanya gaje.
Soal pengadilan agama, surat cerai dll maaf kalo ngk sesuai, soalnya aku kurang paham yg begitu2, jdi kalo ada yg tau komen ya, kasih masukan. Sumpah aku ngk ngerti, mau riset ngk bisa, hp bermasalah, buka web, email ngk bisa. Ini ajh baru diservis juga. Hiksss butuh hp baru.
Selamat membaca ...
***
"Apa maksud, Mas?!" Aku bertanya seperti terpekik, bingung dengan maksud ucapannya.
"Karna kamu ..."
"Aku kenapa?" Dengan tidak sabar aku malah memotong ucapannya.
"Kamu maasih istri sah-ku."
Bagaikan ada godam raksasa tak kasat mata yang menghantam kepala, berdentum bahkan berdenyut-denyut tidak karuan. Apa maksud semua ini? Aku sungguh tidak bisa mencernanya. Tubuhku sedikit terhuyung, berita ini sangat mengejutkan. Syukur ada Arlan yang sempat menahan lenganku, hingga masih tetap berdiri.
"Apa maksudmu?!" Arlan yang sedari tadi diam akhirnya bersuara. Tanpa aba-aba -setelah mendudukanku di kursi- dia melangkah maju, menarik kerah baju Mas Rama dan memojokannya ke dinding.
"Mas Arlan!" pekikku kaget akan reaksinya yang tidak terduga. Napasnya tersengal-sengal, dadanya terlihat naik turun, dia terlihat sekali tidak bisa menahan emosinya.
"Kalian tau persis maksudku," ucap Mas Rama dengan senyum meremehkan, lalu menghempaskan tangan Arlan dari kerah bajunya.
"Tidak! Bukannya ..." Aku mencoba menyanggah apa yang diucapkan Mas Rama, namun cepat dia memotong ucapanku.
"Surat itu cuma rekayasa," ujar Mas Rama seolah tahu apa yang ingin aku ungkapkan. Bagaimana bisa rekayasa? Itu surat cerai yang resmi dia tanda tangani.
"Aku sengaja membuat surat cerai palsu itu," lanjutnya setelah melihat keterdiamanku. Ada apa ini? Sungguh membingungkan.
Surat cerai palsu?
"Tidak! Tidak mungkin!" Aku menatap raut wajahnya, mencari kebohongan yang coba dia tutupi. Namun, yang kudapatkan hanya raut wajah serius, menyiratkan keseriusan atas semua fakta yang dia ungkapkan.
"Mungkin saja, apa sih yang tidak bisa kuperbuat?" Ya, aku tahu! Dengan semua kekuasaan yang dia punya, pasti dia bisa melakukan apa saja yang dia inginkan.
Inginkan?
Untuk apa dia menginginkan dan melakukan semua itu? Bukankah dia sama sekali tidak menginginkan kehadiranku maupun Dara. Jadi apa maksud perbuatannya membuat surat cerai palsu tersebut?
"Kamu milikku, selamanya akan tetap jadi milikku!" Aku mendelik mendengar suaranya yang penuh penekanan.
"Tidak! Aku bukan milik Mas, kita sudah lama berakhir. Mas Rama tidak punya hak apa-apa lagi atas aku dan Dara! Mending Mas pulang sekarang!" sergahku penuh emosi, enak sekali dia mengklaim diriku sebagai miliknya. Ke mana saja dia dulu? Sedikit pun dia tidak peduli terhadapku dan Dara.
Mas Rama berdiri seraya terkekeh mendengar ucapanku.
"Ingat itu! Kamu masih istri sah-ku!" Setelah mengucapkan itu, Mas Rama barjalan keluar dari kediamanku. Aku menatap punggungnya yang sudah menjauh, kemudian menghilang dari balik pintu kaca toko.
"Mara." Aku mengalihkan tatapan mata ke Arlan. Dia menatapku dengan pandangan yang ... entahlah ... aku tidak mengerti. Semoga dia tidak berpikir macam-macam, dan mau mengerti dengan masalah yang sedang kuhadapi. Aku tahu Mas Rama bersungguh-sungguh akan ucapannya tentang surat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second WEDDING
RomanceMara Subandi gadis yang baru berusia duapuluh tahun harus menghadapi lika-liku rumah tangga yang berakhir pada perceraian dan mendapatkan status janda beranak diusianya yang begitu muda. Dalam pernikahan memang tidak selalu berjalan mulus, begitu pu...