Aku hadirrrrr ... hahaha maaf lama hiatusnya.
Semoga masih ada yang mau baca tulisanku yang GAJE ini x_x
Selamat membaca, jgn lupa Voment.
Voment adalah semangatku menulis #kodekeras :'(
***
Berbeda dengan dulu. Hari-hariku dan Dara kini dipenuhi kebahagian. Kehadiran Arlan mampu mengisi kekosongan yang pernah aku rasakan.
Walaupun belum terlalu mengenalnya, aku tau, dia pria yang baik dan lembut. Terlihat dari caranya memperlakukan aku dan Dara. Semuanya terasa manis, hingga aku terus memikirkan kebersamaan yang kami lewati.
"Mbak! Ngelamun aja nih!" Aku menoleh. Lala berseru dengan wajah merengut.
"Iya, Mbak Mara senyum-senyum nggak jelas. Aku ngeri lihatnya." Kini giliran Lili yang ngomel. Aku terkekeh geli melihat tingkah mereka.
"Lah ... malah ketawa lagi! Tau situ lagi jatuh cinta," ejek Lala.
"Hu'umm ... kayak anak abegeh banget," tambah Lili.
"Ngiri aja sih kalian berdua, makanya cari pacar gih," balasku sukses membuat gadis kembar di depanku ini kesal.
"Nggak ada yang mau, gimana donk? Udah obral gila-gilaan masih aja nggak ada yang mau." Aku tertawa puas mendengar ucapan Lala. Dia jujur apa adanya.
"Apa yang diobral?"
Serentak kami bertiga menoleh. Arlan berjalan mendekati kami.
"Hati aku dan Lala, Mas. Sudah diobral masih aja nggak laku-laku," ceplos Lili sukses bikin Arlan tertawa dan aku terbahak lagi. Sedangkan wajah Lala memerah karena malu.
"Ihh Lili! Nggak pake asal nyeplos gitu juga kali!" protes Lala, Lili menanggapi dengan cengiran bodoh.
"Dara mana?" tanya Arlan setelah tawanya berhenti.
"Di dalam, nonton tv."
"Ada yang ingin aku bicarakan, ayo ke dalam."
"Oke. La, Li, Mbak ke dalam dulu yaa."
"Oke," jawab mereka serentak.
Aku mengikuti langkah Arlan ke dalam.
Dara langsung berlari menghampiri Arlan, begitu melihat kami ingin mendekatinya.
"Om ..." panggilnya, dan langsung meminta digendong.
"Dara! Kok manja gitu," protesku. Dara begitu manja kepada Arlan, membuatku sedikit tidak enak kepada pria itu.
"Dala kangen sama Om, Ma."
"Om kan baru pulang kerja, kasihan, capek." Aku memberi pengertian.
"Nggak pa-pa Mar."
"Mas sih, manjain Dara, nanti kebiasaan. Kan Dara sudah besar."
"Ya sudah, ayo kita duduk. Dara lanjut main ya." Arlan duduk di sofa yang tersedia, dan Dara sudah kembali bermain di tempatnya semula.
"Mau bicara apa?" tanyaku, ikut duduk di sebelahnya, agak sedikit berjarak.
"Akhir pekan ada acara?"
Aku sedikit berpikir sebelum menjawab, "nggak ada."
"Aku mau ngajak kamu ke acara pernikahan teman, mau?"
"Mmh ... gimana ya. Dara boleh ikut?" tanyaku ragu.
"Boleh."
"Oke, aku mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second WEDDING
RomansaMara Subandi gadis yang baru berusia duapuluh tahun harus menghadapi lika-liku rumah tangga yang berakhir pada perceraian dan mendapatkan status janda beranak diusianya yang begitu muda. Dalam pernikahan memang tidak selalu berjalan mulus, begitu pu...