-Alea Pov-
1 tahun berlalu..
Bukh...
Kututup bukuku lalu meletakkannya di meja, waktuku sudah kugunakan untuk belajar dan mengerjakan tugas kampus yang menumpuk. Capek? Tentu saja, tapi ini baru namanya 'perjuangan masa depan'
Sebentar lagi aku lulus, aku sudah mencatat rencana awalku. Aku akan membuat bukuku yang kuperkirakan 2 atau 3 bulan lagi akan selesai, lalu barulah aku akan melamar pekerjaan di perusahaan penerbit.
Aku belum cerita ya? Sudah 1 tahun Calum di London iya, dia benar-benar kuliah disana, dan kita LDR ran! Mungkin dalam waktu dekat ini ia akan pulang semoga saja.
Luke? Entah aku tak tahu dia dimana sekarang, aku cukup malas mengingat nya semenjak kejadian 1 tahun lalu yang membuat ku benar-benar muak, bingung, dan terkejut.
1 tahun lalu..
Setelah pertengkaran kami waktu itu aku sudah berjanji pada Calum untuk berhenti berhubungan dan menemui Luke, padahal kalau boleh jujur aku masih mau bertemu dia, sangat mau! tapi aku tidak mau membuatnya semakin kacau.
Kling..
From: Luke
Ku mohon temui aku di cafe saat kita bertemu waktu itu. Kenapa kau menghindar dariku Lea? Kita harus selesaikan ini, aku tidak mau kau terus pergi menjauh dariku. Kau harus datang aku tidak peduli!God. Baru saja aku bilang sudah berjanji pada Calum tapi pria tinggi itu benar-benar membuatku merasa bersalah. Aku menjauhinya tanpa alasan dan ya, aku salah juga kalau tentang itu. Haruskah ku temui dia?
Harus.
Tidak.
Harus.
Tidak.Iya harus saja! Kasian dia, aku harus menjelaskan semuanya agar dia tahu tentang alasanku menjauhinya dan maafkan aku Cal aku harus mengingkari janjiku kali ini.
Aku bergegas mengambil tas slempangku lalu mencari taksi dan pergi ke cafe itu.
***
Aku sudah sampai. Aku berjalan menghampiri pria yang kuyakini adalah Luke, ia duduk di bangku nomer 7.
"Hai."
Pria itu menoleh "Alea, duduklah. Aku senang kau datang. "
Kemudian aku duduk, suasana benar-benar canggung aku tidak suka seperti ini. "Sebenarnya ada apa Luke? "
"Kenapa kau menghindar dariku. "
Dia to the point sekali. "Karena Calum tidak suka aku bersamamu. " jujur lebih baik kan?
Luke melebarkan matanya, "Calum? Dia siapa? Apa hak nya melarangmu bersamaku. "
"Dia–pacarku jadi dia punya hak. "
"What the—? Wow aku tidak tahu kau punya pacar, aku sudah terlanjur berharap lebih padahal. " Luke tersenyum kecut, berharap lebih apa?
"Maksudmu. " aku menatapnya heran.
"Iya aku sudah terlanjur menyukaimu. Haha ini bodoh! "
Menyukaiku? Dia menyukaiku.
"Yaampun maafkan aku Luke aku tidak bermaksud mempermainkanmu. Sungguh. " Yatuhan aku benar-benar merasa bersalah padanya. Kenapa bisa serumit ini.
"Aku sudah terlanjur sakit Al. Tidak ada gunanya kau minta maaf! " ia berbicara dengan nada sedikit kasar, bahkan aku tidak pernah melihatnya seperti ini.
Aku menatapnya iba, aku harus bagaimana lagi. "Lalu aku harus apa? Aku benar-benar tidak bermaksud membuatmu jatuh Luke, ku kira kau tidak akan peduli jika aku punya pacar dan dari awal kita—kita hanya teman—kan. "
Luke mengangkat satu alisnya, wajahnya perlahan menampilkan seringaian. Dia bukan Luke yang ku kenal, " Dari awal aku tidak yakin untuk menganggapmu sebagai teman Al. Cara terbaik yang bisa kau lakukan untuk ku hanya—"
Ia mendekatkan mulutnya tepat di telingaku, berbicara pelan dan mulai berbisik,"Tinggalkan.Pacar.Sialanmu.Dan.Jadilah.Milikku. "
Aku membelalakkan mataku, mendorongnya menjauh. "Kau sudah gila Luke. Kau bukan Luke yang aku kenal. Brengsek, aku akan tetap memilih Calum bukan kau. " Lalu aku bangkit dari dudukku dan bergegas meninggalkan orang egois di depan mataku ini.
Samar ku lihat ia masih dengan seringaiannya yang menjijikan itu.
Ternyata dia tidak lebih dari sekedar menjijikan.Oke sudah cukup aku malas mengingatnya lagi, ku harap Tuhan tidak mempertemukan ku dengan nya lagi. Dia yang ku kira pria manis bisa berubah menjadi pria egois sedunia yang pernah ku kenal.
Aku tetap memilih Calum bukan dia dan selamanya akan begitu.
Semoga.
***
"Besok liburan musim dingin sudah dimulai aku akan memberi kalian sedikit tugas yang aku yakin kalian tidak keberatan—"
Penjelasan Mr.Ed harus terpotong karena ulah... dia, "Sedikit apapun itu yang namanya tugas di hari liburan tetap saja memberatkan. Huh kita semua lelah! " Michael si rambut biru yang sekarang sudah menjadi rambut merah jambu."Tutup mulutmu Clifford, tidak sopan sekali kau dengan dosenmu. " Mr.Ed mendelik kearah Michael dan dia hanya memutar bola matanya. Murid kurang ajar. "Okey ku lanjutkan aku akan memberi kalian tugas menulis kalimat motivasi, pujangga atau semacamnya sebanyak satu lembar kertas penuh. What ever apapun dengan tema kalian yang pasti setelah liburan semuanya harus mengumpulkan. "
Tugas sederhana tapi sulit. Sulitnya mencari inspirasi untuk temanya, ku harap otakku bisa diajak kerja sama karena aku ingin menyelesaikan tugas ini secepat mungkin.
"Pelajaran berakhir. Sampai bertemu kembali, nikmati liburan kalian. "
Aku mengangkat buku-buku ku lalu berjalan pergi keluar kelas. Di belakangku sudah ada 2 makhluk yang mengikutiku. 2 makhluk yang seperti tak punya tujuan hidupku dan selalu melarangku ini dan itu.
"Hei Al jangan cepat-cepat berjalanmu aku capek tahu. Hei. " Ashton meneriaki namaku disepanjang perjalanan, bodoh aku tidak peduli.
"Mike hentikan dia, aku terseret-seret karena berjalan terlalu cepat. "
Michael yang sedari tadi sibuk dengan handphone nya langsung menoleh ke arah Ashton, "Iya sebentar. Hei Alea berhenti kau, kami ini disuruh Calum untuk menjagamu. Kalau kau tidak berhenti akan ku gendong kau. Hei."
"Aku tidak takut pink " Aku berteriak keras tapi masih terus mempercepat kakiku.
"Awas ya kau. " Mike berlari mengejarku, aku juga berlari. Kenapa si Michael cepat sekali larinya.
Hap..
"Ha kena kau. Sudah kau diam saja. " Secepat kilat Mike mengangkat badanku ke bahunya, menggendong ku ala pengantin-pengantin. Sialan Michael.
"Mike kurang ajar kau turunkan aku Mike, mau membuatku malu tahu. Hei Ashton tolong aku. " Ashton yang berada dibelakang hanya cengir-cengir nggak jelas kayak orang gila.
"MICHAEL, ASHTON KALIAN AKAN HABIS SAAT CALUM PULANG NANTI."
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Hood And Hemmings // CAKE
FanfictionMereka adalah hal istimewa yang pernah aku punya. Memilih salah satu dari mereka itu mustahil. Dan aku tidak akan mau melakukan itu. Aku tahu ini egois. Tapi biarlah aku hanya ingin keduanya bukan yang satunya ataupun satunya lagi.