~Detective 8~
First Day Meet
"GUE gak tau kenapa kalian biasa nyimpulin kalau gue adalah pembunuhnya. Tapi beneran, gue itu gak bisa buat ngebunuh karna gue punya trauma. Dan bener juga kata Ali gue bisa aja bayar orang. Tapi, gue bener-bener gak melakukan itu."
"Gue gak percaya."
"Oh god, Li! Gue tau kita sering berantem. Tapi plis, gue bener-bener gak ngebunuh."
"Kalau gitu, buktiin!"
"Gimana caranya?!"
"Cari pembunuhnya."
"Oke. Itu gampang. Gue seselsaiin itu sendiri. Tapi, hadiahnya buat gue, ya! Predikatnya juga."
"Gak bisa gitu, dong! Ini misi kita, dan lo adalah tersangka."
"Ya ..., tapi, gue bukan terdakwa."
"Tetep aja, kalo lo udah selesaiin misi ini, predikat tetep jadi milik kita."
"Ih! Gak bisa gitu dong. Kalau gitu, gue yang rugi."
"Terserah. Gue gak peduli."
"Ih. Yaudah gak usah."
"Dan lo mengakui kalau lo adalah terdakwa."
Prilly menatap Ali tajam. Cowok itu masih saja bersidekap dan tersenyum miring padanya. Prilly kemudian menggebrak meja dan membanting tubuhnya pada kursi. "Kita kerja sama aja. Kalau gak mau, gue cari sendiri, dan semua yang terdaftar dalam hadiahnya, gue yang terima."
Ali mengerutkan alisnya dan menurunkan tangannya yang bersidekap. Saat akan membuka mulut, Dika mengintrupsi.
"Oke. Kalau gitu, kita kerja sama."
"Gue setuju!" Seru Misel.
Vandra mengangguk, Mila mengedikan bahu, begitupun dengan Excel.
Ali menatap teman-temannya dengan tatapan tidak percaya, sedangkan Prilly tersenyum miring sambil bersidekap dada. Ali pun mengembuskan napas panjang, pasrah. "Oke."
Prilly tersenyum mendengar perkataan tersebut. "Kalau gitu, kalian ikut gue!"
***
Para detektif --kecuali Ali-- berdecak kagum saat memasuki markas detektif milik Prilly.
Prilly entah kemana. Ia tadi sudah berlari terlebih dahulu dan meninggalkan para detektif yang masih mengagumi ruangan tersebut.
Di ruangan tersebut, ada berbagai macam alat penyamaran dari profesi pekerjaan di Indonesia dan negara lainnya.
Pakaian perawat dan dokter, seragam petugas polisi, seragam sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah, badut dari berbagai taman hiburan dan juga jalanan, baju pengemis, sampai seragam dinas pun ada di dalam ruangan ini.
Mereka mengelilingi semuanya. Bahkan, senjata mainan seperti pedang katana didesain dengan sangat mirip dengan aslinya.
Mila berdecak melihat pedang yang berkilau tersebut. "Sumpahnya keren banget –aw!"
Seruan kagum Mila terpotong saat ia menggenggam pedang katananya dan malah mengeluarkan darah segar dari sayatan jarinya.
Adegan tersebut membuat mereka bertukar pandang satu sama lain.
Pedang itu asli.
"Woah!" Excel berseru sambil tertawa kagum saat mengetahui bahwa pedang samurai tersebut asli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective✔
FanfictionMenceritakan tentang dua orang yang tidak pernah akur. Namun, suatu kasus membuat mereka harus bekerja sama. • • • "Kita kerja sama aja. Kalau gak mau, gue cari sendiri, dan semua yang terdaftar dalam hadiahnya, gue yang terima. " Cowok itu mengerut...