~Detective 11~

6.8K 751 17
                                    

~Detective 11~

Filosofi Lubang

RUANGAN itu terpenuhi dengan tubuh berdiri tegapnya para detektif, juga para tim detekssage. Tak lama, suara langkah kaki dua manusia terdengar, membuat beberapa mata melirik kearah pintu ruangan tersebut.

Ruangan ini bisa disebut sebuah aula berukuran mini dengan desain klasik dipadukan dengan desain kuno yang mencolok. Disetiap sisi tembok terdapat meja dan kotak yang berisikan senjata-senjata yang dimiliki oleh perguruan takwondo ini.

Prilly datang dari arah pintu dengan seragam taekwondo nya. Dibelakangnya, terdapat seorang pria paruh baya yang memiliki bahu tegas dan juga berwibawa. Mereka berjalan beriringan sampai Prilly berbaris sendirian diujung, dan pria paruh baya tersebut berdiri didepan mereka.

Pria paruh baya itu tersenyum menatap mereka satu persatu. "Saya dengar dari anak saya, kalian ini kawannya Prilly yang akan mengikuti pelatihan taekwondo disini. Benar?"

"Benar!" jawab para detektif serentak.

Pria paruh baya yang diketahui adalah Ayah Prilly itu tersenyum kearah para detektif. "Perkenalkan, saya ayah Prilly, pemilik perguruan ini. Kalian akan dilatih setiap hari disini dengan berbagai gerakan yang sudah menjadi turun temurun perguruan ini. Kalian hanya diperbolehkan menggunakan katana atau senjata lainnya hanya pada saat latihan atau melakukan pekerjaan yang mengharuskan menggunakan senjata tersebut. Jika kalian memerlukan bantuan, kalian bisa mengandalkan Prilly, Ken, Randy, dan Rendy. Apa sudah jelas? Ada yang ingin kalian tanyakan?"

Satu tangan kanan milik Mila teracung ke atas. Setelah mendapatkan anggukan dari Ayah Prilly, Mila menurunkan tangannya. "Apa senjata itu ilegal?"

Ayah Prilly tersenyum kecil. "Tentu saja legal. Menurut kalian, apa untungnya saya membeli barang ilegal? Barang-barang yang terdapat disini, semua senjata, dari pisau sampai pistol, itu adalah senjata legal. Saya sudah mendapatkan izin. Ada lagi yang akan kalian tanyakan?"

Prilly tersenyum kecil atas jawaban ayahnya, juga pertanyaan temannya. Tidak heran sih jika Mila mempertanyakan hal tersebut. Karna, senjata-senjata tersebut memang harus menggunakan izin yang resmi, juga tidak sembarang orang dapat membelinya dengan mudah. Tapi ..., ayah Prilly bukanlah termasuk orang yang sulit untuk mendapatkannya.

Tangan kanan milik Ali yang kini teracung. Sama seperti Mila, Ali menurunkan tangannya setelah mendapatkan anggukan dari Ayah Prilly. "Kenapa nama perguruan ini 'Hole', dan ...," jeda, Ali menyimpitkan matanya menatap wajah Ayah Prilly. "Nama bapak siapa? Sepertinya, saya pernah melihat wajah bapak."

Ayah Prilly tersenyum kecil. "Saya tau kenapa kamu bertanya dua hal itu. Pertama, kamu pasti berpikir bahwa nama tersebut adalah nama yang tidak nyambung dengan nama perguruan ini, bukan?" tanyanya, membuat Ali mengangguk. Ayah Prilly kembali tersenyum kecil, dan menatap anaknya yang cemberut. "Untuk itu, kamu tanya saja pada anak saya. Dan untuk nama saya ..., saya adalah Keneth Mathei Latuconsina."

Hening. Setelah hening yang lama itu, suara tarikan napas dari para detektif terdengar.

Prilly mengerjap, kemudian mengerutkan alis menatap para detektif yang seperti kaget akan hal tersebut.

"Bapak," Ali mulai bersuara, "Bapak bukannya detektif ya? Julukan anda ..., 'the lord of detective'. Pemimpin seluruh detektif Indonesia, tuannya seluruh detektif yang ada, dan ..., dikabarkan udah meninggal karna jatuh ke dalam air terjun. Dan sekarang ..., kenapa ada disini?"

Prilly membeku. Begitu pun ayahnya. Dunia seakan terhenti bagi Prilly. Matanya yang kosong menatap lurus kedepan. Apa ini? Masih berlanjut? Sampai kapan ini berakhir?

Detective✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang