~Detective 13~
Bom
MENDENGAR perkataan cewek itu, sontak seluruh anggota tim detektif ikut berdiri dan menghampiri mereka.
"Lo yakin?" tanya Dika, masih tidak yakin.
"Yakin!" geram Prilly pada Dika, kemudian melirik Ali sinis. "Dan gara-gara si Ali, gue jadi kehilangan dia."
"Tapi, apa buktinya?" tanya Misel.
Prilly berdecak. "Apa yang tadi belum cukup buat kalian jadiin bukti?"
Ali mengangguk pelan. "Iya juga, sih. Kalo misalkan si pelayan gak kerjasama sama penculiknya, buat apa dia kabur, coba?"
Semuanya mengangguk sambil bergumam kalimat, "Iya juga sih." dengan hampir bersaman.
Prilly berdecak gemas. "Kalo kalian ikutan curiga, ngapain masih diem aja, sih?!"
Para detektif mengerjap dan tergagap.
"Udah! Yang pasti, kita ke gerbong belakang dulu!"
Mendengar pertintah tersebut, tentu saja para detektif menurutinya. Semuanya berlari lurus kedepan, mengabaikan getaran kereta, terus berlari dan mencari keberadaan sang pelayan yang tadi berlari entah kemana.
Prilly masih saja merutuki kebegoan Ali dalam hati. Pasalnya, kalo saja Ali tidak menghalangi Prilly untuk berlari, cewek itu mungkin sudah menangkap basah pelayan itu. Kalau begini kan, bisa saja pelayan itu menyamar atau sejenisnya. Prilly berdecak memikirkan kemungkinan tersebut. Namun, secepat pemikiran itu datang, secepat itu pula pemikirannya hilang saat melihat koper yang dibawa pelayan tadi terlihat tergeletak dipojok gerbong. Prilly mempercepat laju larinya, di ikuti oleh para detektif.
Dan disana, ia dapat melihat seorang bocah yang tampak tertidur dengan jaket yang menyelimutinya, tepat disandingkan dengan koper tersebut.
Prilly mengerenyit heran, kemudian mengambil sapu tangan di saku celananya, dan mengambil koper itu. Ia lalu menggoyangkan kopernya sedikit. Sesuai dugaanya, koper itu kosong.
Para detektif yang lainnya memeriksa anak tersebut yang diduga adalah Michaelis Alvin. Ada yang aneh. Kenapa mereka seolah memberitahu keberadaan sang majikan?
Prilly menghela napas panjang dan berdecak. Ia kemudian kembali berlari ke gerbong selanjutnya, tanpa di sadari para detektif yang lain. Kecuali Ali, ia ikut berdecak melihat cewek itu kembali berlari. Khawatir akan keadaan Prilly, ia kemudian mengikuti Prilly yang sudah menjauh.
Cewek itu terus berlari tanpa memperdulikan orang-orang yang menatapnya heran. Matanya memincing ke segala arah. Prilly teksir, ia sudah berada dibeberapa gerbong terakhir. Dan saat mata Prilly menangkap adegan seorang lelaki yang membantu seorang wanita untuk melangkah ke gerbong lain, Prilly mengerenyit bingung. Itulah gerbong terakhirnya. Dan gerbong itu terlihat kosong selain dua insan tersebut.
Prilly mengencangkan laju larinya saat orang itu terlihat akan melepaskan gerbong kereta terakhir. "Tunggu!"
Mereka menatap serentak pada Prilly. Namun terlambat, gerbong itu sudah menciptakan jarak bagi gerbong yang lainnya.
Prilly yang sudah sampai disana, menatap mereka dengan sengit. "APA MAU KALIAN?! KENAPA KALIAN MISAHIN GERBONG INI?" teriaknya agar terdengar sampai pasangan itu. Suara laju kereta api dan juga suara angin yang berembus kencang membuat suasana menjadi menegangkan.
Si pelayan tersenyum sinis, dan mengandeng cowok yang ada disampingnya. "KETAHUILAH, DEK, DIDALAM GERBONG YANG SEDANG KAMU TEMPATI ITU TERDAPAT BOM YANG SUDAH KAMI RAKIT."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective✔
FanfictionMenceritakan tentang dua orang yang tidak pernah akur. Namun, suatu kasus membuat mereka harus bekerja sama. • • • "Kita kerja sama aja. Kalau gak mau, gue cari sendiri, dan semua yang terdaftar dalam hadiahnya, gue yang terima. " Cowok itu mengerut...