~Detective 14~

6.5K 790 15
                                    

~Detective 14~

Michaelis Alvin

RUANGAN base camp tim detekssage dipenuhi dengan embusan napas panjang yang tak lain adalah dari Prilly dan para detektif.

Ken datang dari dapur dengan gelasnya sambil melihat mereka heran. "Kalian abis ngapain sampe pada kecapean gitu?"

Semua melirik Ken dengan mata letih mereka masing-masing.

"Gue abis ngelepasin gerbong." kata Prilly dengan suara lemahnya dan juga suara embusan napas letihnya.

Ken mengangkat sebelah alisnya, bingung. "Gerbong? Gerbong kereta, maksud lo?"

Prilly mengangguk lemah. "Iya," katanya, kemudian mendengus. "Gue dijebak sama mereka tadi. Mereka minta bantuan sama gue, tapi mereka gak percaya sama gue. Dan akhirnya pelayan itu gak ketangkep. Salah satu alasannya, karna dia." tunjuknya pada Ali.

Ali mengangkat kepalanya yang tadi ia sandarkan disandaran sofa. Matanya yang letih itu menatap kearah Prilly yang duduk tepat disofa hadapannya. "Yang penting sekarang bukan itu. Gue pengen tanya dua hal dulu sama lo. Yang pertama, kenapa lo bisa nyimpulin kalo si penculiknya kerja sama bareng si pelayan? Yang kedua, gimana cara lo ngelepasin gerbong itu?"

Prilly mengembuskan napas panjang, dan membenarkan duduknya dengan tegap. Seketika itu, wajah letihnya berubah menjadi serius. "Yang pertama, harusnya kalian tau kenapa yang disuruh buat ngasih uang tebusan adalah pelayannya, bukan keluarganya sendiri. Seperti yang kalian bilang, penjagaan disekolah itu ketat, dan gak mungkin mereka bobol dengan mudah kalo gak ada orang dalem. Hmm, ini juga bisa jadi petunjuk buat kita untuk nemuin pembunuhnya Yashinta. Yang kedua, bukan gue yang lepasin gerbong itu, sebenernya. Tapi, Pak Ustadz. Gue cuma nyari barang-barang buat bikin gerbong itu lepas."

"Dan ...," kata Ali sambil menelan ludah karna perkataan Prilly yang terdengar gampang itu membuatnya merasa bodoh. "Darimana lo dapet barang-barangnya?"

Prilly terdiam sebentar, terlihat berpikir. "Kalian mungkin gak pernah ngelakuin yang namanya 'observasi keadaan'." katanya, "Sebagai detektif, gue harus tau sekeliling gue --yang mungkin aja orang-orang disana pada kerjasama. Kalian tau? Penjahat itu bisa timbul dari yang masih anak-anak, sampai ke lansia. Maka dari itu, gue selalu observasi keadaan. Waktu gue observasi sekitar, gue ngeliat dua orang remaja, satu pedagang spirtus, dan Ustadz sama jemaahnya.

"Yang diliat bukan status mereka sebagai 'siapa', tapi, bagaimana mereka berperilaku dan juga apa aja yang bikin mereka terasa ganjil. Disitu, gue mencurigai tiga orang, dua remaja itu, dan juga Pak Ustadz. Kenapa gue curiga sama remaja biasa? Kalo kalian nanya gitu, mungkin gue bakal langsung suruh kalian liat dengan mata kepala kalian sendiri. Si dua remaja ini kan mau masuk gerbong kereta dan pindah kota, tapi, mereka gak bawa tas atau barang bawaan apapun. Maka dari itu, gue nyimpulin kalo mereka adalah copet. Gue dapet korek api dan piso dari mereka, dan spirtus dari tukangnya.

"Dan, kenapa gue curiga sama Pak Ustadz? Karna, kalian pikir, deh, mana ada ustadz yang punya tato? Oh, ya, satu lagi. Misalkan kalian tanya, kenapa gue malah minta bantuan sama ustadz itu padahal gue curiga sama dia? Tentunya, karna tato itu juga gue minta bantuan dia. Kalian tau komplotan kembang api? Kalo gak tau, komplotan itu adalah komplotan penentang era modern, dan mereka membuat bom untuk memusnahkan gedung berguna. Mereka sok bener dan selalu aja nganggep bangunan-bangunan yang ada didunia ini seluruhnya menjerumuskan manusia.

"Kalian mungkin gak tau, karna memang komplotan ini dirahasiain namanya sama negara. Yang masyarakat tau, bangunan di Indonesia ini dibom sama teroris. Tapi, ya juga sih. Bisa dibilang mereka ini teroris jenius dan selalu berpikiran dengan logika. Trus, kenapa gue minta bantuan sama mantan teroris? Hey, gue gak bisa ngejinakin bom rakitan dengan pro! Bisa jadi, semua penghuni gerbong mati duluan sebelum waktunya. Dan, kenapa gue percaya gitu aja sama mantan teroris itu? Ya tentunya, gue pancing dulu kejujuran Pak Ustadz. Kalo dia bohong, mungkin gue gak jadi minta bantuannya, dan kalo dia jujur, ya ..., gue lakuin hal yang tadi. Kalian bingung gak sih sama penjelasan gue?"

Detective✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang