1. Prolog

198 13 4
                                    

Pagi hari yang biasa. Matahari sudah siap menampakkan diri,siap tersenyum pada setiap insan. Sepertinya hari ini menjadi hari yang cerah. Semua orang pasti akan senang akan cuaca yang mendukung ini,terkecuali sosok gadis remaja yang masih asik berpetualang di alam mimpinya-Adelle Kathylane.

KRIINGGGG

Shit!

Adelle mematikan iblis bulat berangka itu-alarm. Dengan langkah gontai Ia menuruni tangga rumahnya. Bertujuan ke kamar mandi sekedar menyegarkan diri.

"Kamu ini!sudah jam berapa ini?!cepat jalannya!jangan lamban!" Oceh Nathalie Kathylane,Ibu Adelle.

Reaksi Adelle hanya diam. Tak ada usaha untuk sekedar menentang atau membela diri. Karena dia tahu,semua pembelaan itu akan sia-sia dan membuang tenaganya. Dan,lagi pula...

Tak akan ada yang membela ku
Seorang pun tak akan ada.

————————————————————

Adelle berjalan menuju meja makan. Ia hanya duduk memperhatikan kakaknya-Virnest Kathylane- yang sibuk menikmati hidangan.

Mereka berbincang-bincang dengan aura semangat,terkecuali Adelle. Dia bahkan tak berani bersuara di tengah keriuhan meja makan itu.

"Ya sudah. Ayo Virnest!Ayah antar kamu ke sekolah" ajak Ayah Adelle- Jordan Kathylane.

"Oke deh,Yah. Aku siap-siap"

"...."

Lagi-lagi Adelle hanya diam. Tak berani mengeluarkan sepatah kata pun.

"Kamu ngapain masih di sini? Cepat berangkat!"usir Ayahnya.

Hanya anggukan yang bisa Adelle lakukan. Ia berangkat ke sekolah.

Sendirian.

Sudah menjadi makanan sehari-hari bahwa Adelle diperlakukan seperti ini di keluarganya. Bahkan walau sudah terbiasa dengan perlakuan semena dari orang tuanya tetap saja.

Adelle juga seorang manusia.

Ia butuh perhatian.

Adelle menangis terisak selama perjalanan ke sekolah. Ia mengecilkan volume suara nya agar tak ada yang mendengar.

Batin nya sudah terlalu sakit diperlakukan seperti ini.
Memang,yang namanya 'pilih kasih' itu menyakitkan.

————————————————————

Adelle memasuki ruang kelas nya, kelas X-4. Berbeda dengan sebelumnya,Adelle menghapus air matanya dan bergabung dengan teman-temannya.

Siklus mengerikan inilah yang ia lakukan bertahun-tahun.

"Oi Adelle!dengar kabar nggak? Ada murid baru hari ini!" Heboh Gadis dengan rambut terurai se-punggung dan poni depan yang di miringkan-Syllva Alfrandes.

"Itu belum tentu benar,Syllva. Kalaupun benar mungkin tidak masuk ke kelas ini" balas pria dengar gestur memperbaiki letak kacamatanya-Johanes Jackvie.

"Tapi aku berharap dia masuk ke kelas ini." Harap seorang pria yang memiliki tahi lalat tepat di bawah matanya-Jonathan Jackvie.

Adelle mengernyitkan dahi. Heran dengan tingkah laku temannya.

"Lihat aja sih nantinya. Ada atau tidak. Masuk ke kelas kita atau tidak" jelas Adelle. Temannya mengangguk setuju.

"Selamat pagi!"

Suara itu..

"Oh! Jun ! Pagi juga!" Syllva melambaikan tangannya kepada sosok pria yang baru saja memasuki ruang kelas.

Endless CryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang