11. Dansa Saja Sana Sendiri!

25.8K 3.1K 1K
                                    

EPILOG

Mataku menyapu ruangan di hadapanku. Aula Besar telah diubah menjadi ruangan yang sangat indah. Berbagai dekorasi menggantung di dinding. Musik yang mengalun menyebar ke seluruh penjuru ruangan.

Hari ini adalah hari diadakannya pesta penyambutan murid-murid dari Beauxbatons yang akan menjalani pertukaran pelajar selama satu semester ke depan. Beberapa anak kelas lima dari Hogwarts juga dikirimkan ke Beauxbatons (yah, namanya juga pertukaran pelajar). Sayangnya, mereka sudah pergi, jadi mereka tidak bisa menikmati pesta ini. Kasihan sekali.

"Hei," sapa Ginny sambil menepuk bahuku.

"Hai," balasku.

"Aku tadi melihat Draco," kata Ginny. "Di dekat meja makanan. Lebih baik, kau hampiri dia. Sebentar lagi waktunya berdansa!"

Ya, semua orang sepertinya sudah tahu bahwa aku dan Draco berkencan. Yah, kami sendiri tidak pernah benar-benar berkata kami berkencan. Hanya saja, semua orang sepertinya membuat kesimpulan mereka sendiri. Draco tidak ambil pusing, jadi untuk apa aku ambil pusing?

"Oke," kataku sambil tersenyum. Aku melambaikan tangan sekilas kepada Ginny kemudian berjalan menghampiri meja makanan. Benar saja, Draco Malfoy berdiri di sana, dengan tangan menggenggam sepotong kue dan tangan satunya lagi menggenggam segelas minuman.

"Hai." Aku berjalan mendekat ke arahnya.

"Jangan ajak bicara aku dulu." kata Draco dengan mulut masih yang masih terisi makanan. "Aku sedang makan."

Aku memutar kedua bola mataku. "Aku tahu. Aku punya mata."

Jadi, setelah Draco menghabiskan gigitan terakhir kuenya, ia bertanya, "Ada apa?"

"Sebentar lagi waktunya berdansa," kataku. Dan seperti kebetulan yang luar biasa di film-film yang sering ditonton oleh Mom dan Dad, lagu untuk berdansa tiba-tiba diputar. Orang-orang mulai berjalan berpasang-pasangan menuju bagian tengah ruangan.

"Jadi?" tanya Draco dengan malas.

"Ayo berdansa!"

"Aku malas," kata Draco. "Kau sajalah!"

Aku tidak bisa menahan kekecewaanku. "Bagaimana bisa aku berdansa sendiri?"

"Bisa."

"Baik!" Aku membalikkan tubuhku dengan sebal kemudian berjalan meninggalkan Draco. Dia kelewat menyebalkan untuk standar Draco Malfoy.

Aku baru berjalan beberapa langkah ketika tiba-tiba sepasang tangan memegang kedua bahuku dan membalik tubuhku, sehingga sekarang, aku berhadapan dengan si pemilik tangan—Draco Malfoy.

Aku membuka mulutku untuk memprotes, tapi sebelum aku bisa mengatakan apa pun, Draco menciumku. Draco Malfoy menicumku. Di hadapan semua orang!

Rasanya aku mau pingsan saja. Tapi tidak akan. Aku tidak akan pingsan sekarang.

Mungkin nanti. Entahlah.

Setelah beberapa saat, Draco akhirnya melepaskan diri. Ia bergumam, "Apa aku sudah cukup ketus, Hermione?"

Aku tidak bisa tidak tersenyum. "Menurutmu?"

Draco mengangkat bahunya. "Memangnya kau peduli?"

"Tidak juga."

"Bagus. Karena aku juga tidak." Setelah mengatakan itu, Draco kembali menciumku.

Mulai saat ini, aku tidak akan memaksa bayangan Draco untuk berDisapparate dari dalam kepalaku. Biar saja dia berApparate dan tidak pernah keluar lagi.

Yah, mungkin kadang-kadang dia harus keluar dari kepalaku. Karena tahu kan, Draco Malfoy tetap Draco Malfoy. Sampai kapan pun, dia akan tetap menyebalkan.[]

Apparate [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang