-3. Potongan Roti Keempat

20.3K 3.2K 630
                                    

"Ayo masuk." Mom memecah keheningan begitu Lucius dan Narcissa Malfoy tidak terlihat lagi. "Aku bisa membuat beberapa roti lapis madu kalau kau mau, em—Draco, ya?"

Draco menoleh lalu mengangguk kaku.

"Baiklah, aku akan membuatkan beberapa roti untukmu, Draco." Mom bergegas pergi ke dapur.

Dad mebalikkan tubuhnya, bersiap mengikuti Mom. "Aku akan ke ruang makan untuk menyelesaikan bacaan pagiku. Kalau kalian mau mengobrol, kusarankan jangan berdiri saja di pintu seperti ini. Aku tidak melarang kalian berdua duduk di sofa." Dad tertawa kecil kemudian berlalu pergi.

Hening. Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan kepada Draco. Atau apakah, aku harus berbicara pada Draco sama sekali.

"Kau tidak harus berbicara padaku kalau kau tidak mau. Karena aku juga tidak mau berbicara denganmu," kata Draco, seolah-olah bisa membaca pikiranku. Cowok itu menegakkan tubuhnya kemudian melangkahkan kakinya menuju ruang makan. "Aku tidak akan lama-lama berada di rumahmu. Tenang saja. Kementerian Sihir akan bekerja dengan cepat," katanya. Kemudian, cowok itu berlalu pergi.

Aku masih berdiri diam di depan pintu rumahku.

Aku benar-benar tidak percaya ini. Draco Malfoy berada di rumahku.

Tapi, ada cara untuk mengembalikan ingatan seseorang—sesuatu yang tidak pernah kupercayai sebelumnya. Jadi, kenapa tidak bisa ada Malfoy di rumahku?

Aku menghela napas kemudian menutup pintu.

[.]

Mom sudah membuat beberapa roti berlapis madu untuk Draco. Wanita itu sedang mendorong sepiring roti ke arah Draco ketika aku melangkah memasuki ruang makan.

"Makanlah," kata Mom kepada Draco. "Perjalanan dengan sapu terbang pasti membuatmu lelah."

Draco tidak berkata apa-apa. Bahkan tidak terima kasih. Dia hanya mengangkat tangannya untuk meraih garpu dan pisau, kemudian memotong-motong roti di hadapannya menjadi beberapa bagian dengan kaku.

Aku menarik kursi di sebelah Draco (aku terpaksa. Tidak ada kursi lain yang tersisa selain kursi di sebelah Draco), lalu duduk di atasnya.

"Kenapa kau tegang sekali, Nak?" Dad menyeruput kopinya sambil menatap Draco. "Santai sajalah, anggap saja ini rumahmu sendiri."

"Ini rumah Muggle. Bukan rumahku," kata Draco. Ia tidak mengangkat pandangan dari piringnya ketika mengatakan hal itu. Tapi nada bicaranya yang dingin dan merendahkan, benar-benar membuatku ingin memukul wajahnya seperti yang pernah kulakukan dulu.

"Jadi, apakah kau teman Hermione di sekolah?" tanya Mom. Wanita itu memandangi Draco dengan penasaran.

"Bukan," sahutku.

"Bukan?" tanya Dad. "Kalau begitu, bagaimana Draco bisa tahu alamat rumah kita?"

Kupikir keluarga Malfoy pasti mengetahuinya dari Kementerian Sihir.

"Kami—" aku melirik Draco. Cowok itu tampak tidak peduli. Dia memasukkan sepotong roti ke dalam mulutnya, dan tampak tidak menaruh perhatian sedikit pun pada percakapan kami.

"—saling mengenal," lanjutku. "Tapi kami tinggal di asrama yang berbeda."

Mom mengangguk-angguk. "Draco, kalau kau membutuhkan apa pun, katakan saja pada kami. Tidak usah sungkan."

"Aku tidak membutuhkan apa pun dari Muggle," gumam Draco pelan. Aku yang duduk di sebelahnya tentu bisa mendengar ucapan kurang ajarnya itu.

Aku menendang kaki Draco keras-keras. Draco mengernyit. Tapi tidak mengatakan apa-apa. Alih-alih, dia hanya melanjutkan memakan roti berlapis madu buatan Mom. Kalau aku tidak salah, dia sudah menambahkan potongan roti keempat ke dalam piringnya.

'Tidak membutuhkan apa pun' katanya?

Huh.[]

a.n
MAAF UPDATENYA MALEM-MALEM AKU LUPA UPDATE HHEHEHEHE

Apparate [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang