3. Pulang ke Rumah

19.5K 2.9K 463
                                    

Aku segera melompat turun dari kereta Thestral dan berlari menuju aula depan Hogwarts.

"Hermione! Pelan-pelan saja! Hogwarts tidak akan ke mana-mana," gerutu Ron. Tanpa perlu menoleh, aku tahu cowok itu sedang berlari-lari kecil mengejarku.

"Ya, aku tahu," sahutku sambil terus melangkah. "Hogwarts akan selalu ada untuk menyambut kita semua." Aku tidak yakin Ron bisa mendengar kata-kataku di tengah ramainya suasana sekarang, tapi aku senang mengatakannya. Masa bodoh soal ada yang mendengar atau tidak.

Aku melangkah melewati pintu dan seketika aku merasa tenang. Aula Depan tampak sama saja indahnya. Untung saja ketika Hogwarts diperbaiki, tidak ada orang bodoh yang berencana mengubah rupa Hogwarts. Enak saja. Tidak ada yang boleh mengubah rumahku. Aku tidak akan terima.

"Hai, Hermione." Luna berdiri di sebelahku.

Aku menoleh sambil tersenyum. "Hai."

"Ayo masuk ke Aula Besar. Aku tidak sabar mendengarkan pidato Profesor McGonagall," kata Luna. Ia meengamit lenganku kemudian melangkah menembus kerumunan menuju Aula Besar.

Ah, untungnya, Aula Besar masih tampak sama. Keempat meja asrama disusun menghadap meja guru yang di belakangnya terpampang dengan jelas lambang Hogwarts—huruf H besar di tengah yang diapit oleh singa Gryffindor, musang Hufflepuff, elang Ravenclaw dan ular Slytherin.

Aku tidak bisa tidak tersenyum senang.

"Aku akan ke meja Ravenclaw," kata Luna, menyela pikiranku. "Sampai jumpa!"

"Sampai jumpa," balasku. Luna tersenyum kemudian berlalu pergi.

Aku melangkah menuju meja panjang Gryffindor dan duduk di sebelah Ginny.

"Kau ke mana saja?" tanya Ginny. "Kenapa lama sekali?"

"Kurasa kau yang turun terlalu cepat," kataku.

Ginny tertawa kecil. "Di mana Harry dan Ron?"

Sebelum aku bisa menjawab, datanglah dua orang yang barusan ditanyakan oleh Ginny. Harry datang dengan santai dan duduk di sebelah Ginny. Sementara itu, Ron tampak kelelahan. Napasnya tersengal-sengal.

"Ada apa denganmu?" tanyaku sambil menatap Ron dengan heran,

Harry tertawa. "Ron mengira kau hilang, Hermione! Dia tadi berkeliling untuk mencarimu!"

Dadaku menghangat. Aku berusaha mati-matian untuk menahan senyum dan perutku. Kuharap aku tidak tampak kelewat senang.

Ron sendiri tampak merona. "Tidak!" sanggahnya. "Aku tadi mencari Lesslie."

Keinginanku untuk tersenyum hilang seketika. Sebelum aku bisa menanyakan siapa Lesslie, pintu Aula Besar terbuka lebar dan masuklah Hagrid. Ia berjalan dengan tegap dan raut wajah penuh kebanggaan. Di belakangnya, mengikuti sebarisan anak-anak kelas satu yang akan diseleksi.

"Oh! Aku suka sekali seleksi!" seru Ginny sambil tersenyum lebar. Harry tertawa lalu merangkulnya.

Entah kenapa, dadaku terasa sakit melihat mereka. Sial. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku.

Anak-anak itu dituntun ke depan meja guru. Kemudian, Hagrid melangkah pergi dan kembali dengan sebuah bangku berkaki empat. Ia meletakkan bangku tersebut di hadapan meja guru. Kemudian, ia meletakkan topi seleksi di atas bangku tersebut.

Aula Besar mendadak hening. Berpasang-pasang mata terpaku pada topi usang yang penuh tambalan itu. Kemudian, robekan di topi itu perlahan membuka dan jadilah mulut yang siap menyanyi.

Lebih dari seribu tahun lalu,
Waktu aku masih baru berkilap,
Ada empat penyihir terkenal,
Yang namanya kini masih diingat:

Gryffindor si gagah berani dari padang liar,
Gadis gunung Ravenclaw yang jelita,
Hufflepuff yang manis dari lembah luas,
Si pintar Slytherin dari tanah berawa.

Mereka berbagi keinginan, harapan, impian,
Mereka menetaskan rencana berani,
Untuk mendidik para penyihir muda,

Keempatnya menyumbangkan otak kepadaku,
Supaya aku bisa memilih bagi mereka,
Jadi pakailah aku dan kau akan kuberitahu,
Asrama mana yang cocok untukmu.

Mungkin kau sesuai untuk Gryffindor,
Tempat berkumpul mereka yang berhati berani dan jujur,
Keberanian, keuletan, dan kepahlawanan mereka,
Membuat nama Gryffindor mahsyur;

Mungkin juga Hufflepuff-lah tempatmu,
Bersama mereka yang adil dan setia,
Penghuni Hufflepuff sabar dan loyal,
Kerja keras bukan beban bagi mereka;

Atau siapa tahu di Ravenclaw,
Kalau kau cerdas dan mau belajar,
Ini tempat para bijak dan cendekia,
Ajang berkumpul mereka yang pintar;

Atau bisa juga di Slytherin,
Kau menemukan teman sehati,
Orang-orang licik ini menggunakan segala cara,
Untuk mendapatkan kepuasan pribadi.

Sekarang selipkan aku di atas telingamu,
Aku belum pernah keliru,
Aku akan mengintip benakmu,
Dan memberitahu di mana tempatmu!

Aula seolah-olah meledak ketika topi seleksi selesai bernyanyi. Aku tidak bisa tidak ikut bersorak. Kurasa lagu dari topi seleksi adalah lagu terhebat yang pernah kudengar.

Hagrid melangkah maju lalu berkata, "Bagi yang namanya kusebut, silakan maju, duduk di atas kursi, dan kenakan topi seleksi. Jika topi seleksi sudah menyebutkan asramamu, silakan bergabung di meja asramamu."

Hagrid membuka gulungan panjang perkamen dan mulai menyebutkan nama-nama calon penghuni Hogwarts.

[.]

Setelah proses seleksi selesai, Profesor McGonagall melangkah maju dan mulai berbicara. "Selamat datang di Hogwarts," katanya. Ia tersenyum. Aku tidak pernah melihat Profesor McGonagall sebahagia itu. "Aku tidak akan berlama-lama. Aku ingin berterima kasih kepada kalian semua yang telah memutuskan untuk belajar—atau kembali belajar di Sekolah Sihir Hogwarts. Akan ada banyak perbedaan di Hogwarts mulai sekarang. Namun, aku hanya akan memberitahu beberapa hal yang kurasa penting; Hutan di luar sekarang bukan lagi Hutan Terlarang. Kalian bisa datang dan pergi ke hutan sesuka kalian—para Centaurus sekarang merupakan teman kita. Tapi, mereka tetap saja perlu diwaspadai. Pesanku, jangan macam-macam dengan mereka, dan mereka tidak akan macam-macam dengan kalian—malah, mereka telah berjanji untuk melindungi kalian selama kalian di hutan.

"Perubahan lainnya adalah, perubahan tata ruang. Kalian mungkin akan menyadarinya besok, ketika kalian memulai pelajaran kalian. Sekarang, lebih baik bagi kita semua untuk menyantap makan malam dan setelah itu pergi tidur. Selamat makan dan selamat malam."

Kami semua bertepuk tangan. Profesor McGonagall tersenyum lalu kembali duduk. Makanan pun mulai bermunculan di meja kami.

Oh, tidak ada yang bisa menandingi makanan-makanan di Hogwarts.

Aku mengambil piring dan meletakkan beberapa makanan di atas piringku. Aku tidak bisa tidak tersenyum. Aku juga tidak bisa berhenti berbicara, tertawa, atau melontarkan lelucon kepada teman-temanku.

Bukan hanya aku, kurasa begitu pun semua orang. Aku bisa mendengar suara tawa di mana-mana. Aku juga bisa mendengar suara obrolan dan lelucon yang dilontarkan oleh ratusan bibir.

Aku bisa mendengar kebahagian.[]

Apparate [Dramione]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang