Kupejamkan mata ketika ingatanku akan hal tersebut berakhir. Kueratkan dekapanku pada figura hitam dan komik itu. Meskipun udara dingin, aku merasa kehangatan yang nyata. Juga aku merasa kehadiran kamu.
Tidak terasa, Farhan. Satu tahun sudah aku jalani hidup tanpa kamu. Tanpa segala sesuatu tentang kamu. Hidupku masih sama seperti setahun sebelumnya. Terasa ... hampa.
Ohya, kemarin malam, aku berhasil menyelesaikan petualangan Kazuki Natsume di dalam dunia baru, bertemu makhluk supranatural, dan tidak pernah ia pikirkan sebelumnya.
Kamu ingat, Han? Kita pernah berjanji untuk berdiskusi selama berjam-jam membahas cerita dalam komik ini. Namun kurasa, janji itu hanya akan menjadi sebuah angan-angan karena tidak akan ditepati.
Tapi tidak apa. Meskipun aku sempat galau berhari-hari, merenung di dalam kamar menghabiskan beberapa stok cokelat, setidaknya aku masih bisa merasakan sisa-sisa kehangatan yang pernah kamu berikan.
Sekarang aku baru memahami maksud dari kalimat yang pernah kamu ucapkan satu tahun yang lalu. Kamu bilang, 'Meskipun bintang menghilang meninggalkan bulan sendirian, bulan nggak akan merasa sendiri karena bulan akan bersama dengan sinar-sinar yang ditinggalkan bintang sebelum mereka menghilang'.
Sekarang aku benar-benar paham. Kamu adalah bintang dan aku adalah bulan. Meskipun kamu menghilang meninggalkanku sendirian, aku tidak benar-benar merasa sendiri karena aku masih merasakan kenyamanan yang kamu tinggalkan sebelum menghilang.
Percayalah, saat ini aku sudah benar-benar merelakannya. Merelakan kepergianmu yang tidak akan kembali lagi. Karena aku percaya, Tuhan akan mempertemukan kita lagi. Suatu saat nanti.
Akhir-akhir ini aku merasa lelah, Han. Aku tidak mengerti karena hal apa.
Kuhirup nafas dalam-dalam. Gerimis telah berhenti sejak aku bernostalgia tadi. Kupejamkan mata, merasakan terpaan angin yang mengenai permukaan wajah.
Tenang. Aku merasa sangat tenang.
Perlahan, kubuka pejaman mataku. Namun tiba-tiba kurasakan bahwa aku tengah berdiri. Dan ketika kulihat, sudah tak ada lagi kursi roda yang membantuku. Aku juga tidak tahu sejak kapan kuberpindah tempat.
Akhirnya kubalikan tubuhku untuk mengetahui di mana aku berada. Namun yang pertama kulihat adalah seseorang yang berdiri tak jauh di hadapanku. Laki-laki dengan mata almond tengah menatapku teduh, serta senyum manisnya yang terlukis di sana. Kubalas senyum manisnya itu.
Kami saling berjalan menghampiri, hingga akhirnya, ketika kami hanya berpisah satu langkah, kami terdiam. Saling menatap, lalu kami berpelukan. Aku merasakan kehangatan itu. Kehangatan yang aku rasakan satu tahun lalu.
Seseorang itu ... kamu.
"Tuhan telah menyatukan kita, takdir kita adalah bersama dan bersatu, bukan?"
E N D
***
a/n
Finally! Akhirnya selesai jugaaa :D
Dengan menggunakan Sistem Kebut Semalam otomatis ide juga apa adanya :') tapi akhirnya cerita ini tamat juga ketika deadline. Terharu nih :'')
BIG THANKS TO
indrindahsr, rakapratama, summertriangel, Nnrlxs, RynTha, femylaa, wicksn yang namanya di pake di cerita ini walau aku belum izin._. Maapin yhaaa. Dan untuk Kak eniristiani yang udah bikinin aku cover ini. Makasiii^^
I dedicated this story for all members ReadersWritersClub
Love,
Anjani.
KAMU SEDANG MEMBACA
When He Went
Teen FictionKarena yang bisa kudengar sekarang hanyalah deru dalam kepalaku, lolongan tanpa kata sementara kamu menghilang dan aku berusaha merelakannya. ----- Event 6 bulan ReadersWritersClub