-Musim dingin, 2016-
[Soonyoung POV]
"Kondisinya sampai saat ini masih stabil. Hanya saja, saya masih belum tahu sampai kapan Kwon Soonyoung-ssi akan terbaring seperti ini."
Samar-samar kudengar suara yang asing memasukki indera pendengaranku. Kondisi yang masih stabil? Memangnya aku kenapa? Dan-- terbaring? Memangnya aku sedang ada dimana?
Ah. Aku ingat. Saat aku menggantung salju buatan untuk Seul, aku menginjak ranting yang salah dan terjatuh. Jadi, sekarang aku berada di rumah sakit?
"Sampai kapan kami harus bersabar menunggu Soonyoung sadar, dok?"
Aku mengenal suara ini. Itu suara eomma. Dia terisak. Tapi... kenapa?
Sial! Aku benar-benar ingin membuka mataku. Tapi kenapa tubuh dan mata ini terasa berat? Bahkan untuk menggerakkan jariku agar mereka tahu aku mendengar mereka, disini.
"Saya belum bisa memastikannya. Tapi kami akan berusaha semampu kami. Anda pasti ingat 'kan, dia bisa melewati masa kritisnya dengan luka separah itu. Dia benar-benar anak yang kuat, Nyonya Kwon."
Kudengar eomma makin terisak. Dan tak lama, suara appa terdengar sedang mencoba menenangkan eomma.
Sebegitu parahnya 'kah lukaku sampai eomma terisak? Dan berapa jam aku tidak sadarkan diri?
"Saya permisi."
Dan itu adalah kata-kata terakhir dari suara asing yang tak kuketahui, sebelum suara deritan pintu terdengar. Mungkin saja, orang asing yang ku tebak adalah dokter itu telah keluar dari kamar rawatku.
Argh! Kenapa mata ini masih belum bisa kubuka juga? Ayolah! Kumohon terbuka. Aku ingin menanyakan semua kejanggalan yang ada dibenak ini pada keluargaku.
Apa yang terjadi sehabis aku terjatuh, apa yang terjadi selama aku tidak ada, dan yang terpenting bagaimana keadaan Seul selama aku tak sadarkan diri?
Ya. Seul. Han Seul, sahabatku. Aku merindukannya. Rasanya sudah lama sekali aku tak melihat wajah dan mendengar suaranya. Apakah ia masih mengingatku? Apakah ia masih berada di kota ini?
"So-Soonyoung-ah?"
Suara Eomma adalah suara pertama yang kudengar ketika yang ada dipenglihatanku bukanlah latar dengan suasana gelap lagi. Melainkan latar dengan suasana kabur serta wajah seseorang yang mengahalangi pandanganku akan langit-langit suatu ruangan.
Perlahan, latar kabur yang aku lihat berubah menjadi wajah Eomma. Wajah wanita paruh baya yang kini dipenuhi air mata, tengah menatapku tak percaya.
"Soonyoung-ah.. Soonyoung-ah.. Ka-ka-kau sudah sadar, nak?"
Eomma bertanya dengan suara bergetar. Lalu perlahan, ia mulai mengusap wajahku lembut sebelum menoleh kearah Appa yang kini berdiri tak jauh darinya.
"Ye-yeobo, to-tolong panggilkan dokter. So-so-soonyoung... Soonyoung sudah sadar!"
Ku lirik Appa yang kini tengah memandangku dan Eomma secara bergantian dengan tatapan terkejut. Lalu dengan cepat, Appa mengangguk dan pergi meninggalkanku dan Eomma untuk memanggil dokter, sepertinya.
"Soonyoung-ah, kau baik-baik saja nak? Apa ada yang sakit?"
Eomma bertanya padaku dengan nada panik. Dan aku hanya bisa membalasnya dengan gelengan. Tubuhku sama sekali tak terasa sakit. Hanya terasa sangat pegal.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Snow ✔
Fiksi Penggemar"Han Seul, sahabat kecilku pernah bilang padaku bahwa ia ingin ada seseorang yang menyatakan cinta padanya disaat hari bersalju. Ketika aku tanya kenapa, Seul menjawab bahwa ia berfikir itu sangat romantis. Saling menautkan jemari, dan berbagi peluk...