[ Author POV ]
"Jadi kau pindah dari Daegu ke sini sejak tiga tahun lalu?" Soonyoung bertanya sambil menatap tajam lelaki itu. Seolah berusaha menyelidiki lelaki yang kini sedang duduk di depannya.
Lelaki itu mengangguk sambil menopang dagunya. "Itu setahun sejak kau mengalami kecelakaan jatuh dari pohon itu. Benarkan?"
Mata Soonyoung membelalak. "Ba-bagaimana kau bisa tahu?"
Lelaki didepannya mengangkat kedua alisnya. "Tanpa perlu ku jawab, kau pasti sudah tahu jawabannya, Kwon Soonyoung."
Soonyoung mengerutkan kening. "Seul 'kah?"
Lelaki itu mengangguk. "Sebelum kau sadar, Seul selalu mengajakku untuk menjengukmu," ia tersenyum. "Oh-- Aku belum memperkenalkan diriku," ia menghentikan kegiatan menopang dagunya.
"Aku Choi Seungcheol."
"Kurasa aku tidak perlu mengenalkan diri lagi. Kau sudah menyebut namaku tadi."
Seungcheol tertawa. "Baiklah, baiklah. Itu tidak masalah. Aku hanya berharap kita bisa jadi teman baik setelah ini."
Soonyoung mendecih sambil membuang pandangannya. "Tidak usah sok ramah padaku."
Seungcheol mengangkat kedua alisnya. "Aku hanya berusaha bersikap senatural mungkin."
Soonyoung mendegus kesal. Lalu tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Ditatapnya Seungcheol tajam.
"Apa?" Seungcheol akhirnya bertanya setelah beberapa detik keduanya diselimuti hening.
"Kau benar-benar pacar Han Seul?"
Seungcheol hanya mengangguk.
"Apa..." Soonyoung menjeda kalimatnya sejenak. Membuat alis Seungcheol berkerut. "Waktu kau menyatakan cinta padanya salju sedang turun?"
Seungcheol hanya terkekeh sembari mengusap tengkuknya. "Tidak ada salju sama sekali," jawabnya. "Waktu itu hari sangat mendung. Lalu sehabis aku menyatakan cinta, hujan langsung turun dengan derasnya."
Soonyoung mendengus geli. "Kalian memang tidak direstui," sahutnya puas.
Seungcheol yang hendak menyahut ucapan Soonyoung menghentikan niatnya begitu melihat Seul yang datang dengan tiga gelas kopi berisi caramel macchiato pesanan Seungcheol, hot americano pesanan Soonyoung, Carribean coffe dan beberapa buah donat pesanan Seul.
"Maaf menunggu lama," ia langsung saja mengambil tempat duduk di samping Seungcheol. Membuat Soonyoung memajukan bibirnya.
"Ah, Gomawo Seul-ah. Maaf merepotkanmu," Seungcheol langsung saja mengambil gelas berisi caramel macchiato miliknya, lalu menyeruputnya.
"Ah tidak. Harusnya aku yang minta maaf karena tiba-tiba mengajakmu kesini."
"Ngg.." Soonyoung membealakkan matanya begitu melihat donat yang dibawa Seul. Lalu dengan cepat ia mengarahkan pandangannya ke arah sahabat kecilnya itu.
"Cuma makan itu?" Soonyoung bertanya.
"Eh?" Seul menoleh kearah Soonyoung.
"Kau makan sedikit sekali."
"Sedikit? Bi-biasanya memang begini."
"Biasanya sampai sepuluh porsi."
Wajah gadis itu memerah.
"Eh? Masa? Sepuluh porsi?" Seungcheol bertanya antusias.
"Ti-tidak kok!"
"Oh. Karena di depan pacar, jadi sok imut, ya."
Seul membelalakkan matanya. Lalu menggebrak meja didepannya. "Pa-pabo! Apa yang kau katakan?!"
Soonyoung mengangkat kedua alisnya. "Padahal kau lebih manis jika makannya banyak."
"Yak! Kau Kwon--"
Dan belum selesai Han Seul menyelesaikan kata-katanya, perutnya sudah terdengar berbunyi. Cukup keras, sehingga membuat Seungcheol mendengar bunyi perut Seul.
Seungcheol tertawa. Soonyoung mendengus.
"Apa kubilang," sahut Soonyoung.
"Kalau begitu aku juga akan memesan lagi," Seungcheol bangkit dari duduknya.
"Eh, tapi--"
"Kebetulan aku juga kepalaran." ia memotong ucapan Seul sambil mengelus puncak kepala gadis itu. Kemudian irisnya mengarah ke arah Soonyoung.
"Kau bagaimana?" tanyanya. "Mau pesan sesuatu?"
Soonyoung menggeleng. "Tidak. Aku tidak lapar."
Lelaki itu mengangkat tinggi alisnya. "Baiklah..." sahutnya sambil berlalu meninggalkan Soonyoung dan Seul.
Hening.
Tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Seul sibuk menundukkan kepalanya, dan Soonyoung sibuk menopang dagu sembari menatap orang yang berlalu lalang di jalan depan kafe.
"Mian.."
Suara Seul membuat Soonyoung menoleh.
"Padahal waktu itu aku kesana..."
Soonyoung menghentikan kegiatan menopang dagunya. Lalu menghela nafas.
"Jadi... kau melihat salju buatanku?"
Seul mengangguk. "Sehabis aku pulang dari rumah sakit, aku kembali datang ke tempat itu dan menarik talinya," mata gadis itu mulai berkaca.
Soonyoung terdiam. Menunggu Han Seul menyelesaikan kata-katanya.
"Aku yakin bahwa kau akan segera sadar. Jadi kuputuskan untuk menunggumu. Tapi-- Mianhae. Aku--"
"Seul-ah..." panggil Soonyoung. "Aku tak menyuruhmu untuk menungguku."
Seul mengangkat kepalanya ketika mendengar ucapan Soonyoung.
"Aku yang seenaknya jatuh dari pohon dan tak sadarkan diri selama empat tahun tanpa sempat menyatakan perasaanku," Soonyoung tersenyum sembari menatap mata Seul lembut.
"Jadi, ini bukan salahmu."
Seul terdiam memandangi Soonyoung. Air matanya yang sudah tak bisa dibendung lagi membuatnya menetes membasahi pipi mulus gadis itu.
"Tapi aku menyesal," Soonyoung menggerakkan tangannya ke puncak kepala Seul.
"Jadi aku akan mengambilmu kembali dan aku akan membuatmu menyukaiku," Soonyoung berujar sambil mengelus kepala gadis itu lembut. Mengarahkan tangannya yang bebas untuk mengusap air mata Seul.
"Ku pastikan aku akan menang dari si Choi Seungcheol itu...."
---
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fallen Snow ✔
Fiksi Penggemar"Han Seul, sahabat kecilku pernah bilang padaku bahwa ia ingin ada seseorang yang menyatakan cinta padanya disaat hari bersalju. Ketika aku tanya kenapa, Seul menjawab bahwa ia berfikir itu sangat romantis. Saling menautkan jemari, dan berbagi peluk...