Part 3 [Revisi]

1.2K 171 79
                                    

Author POV

Jam pelajaran telah selesai, Mrs. Allen seorang dosen itupun keluar dari ruang kelas tersebut. Sepeninggalnya Mrs. Allen, semua mahasiswa satu per satu mulai keluar untuk beristirahat.

Zidan yang hanya mahasiswa baru di tempat itu, hanya duduk dan asyik memainkan ponsel-nya di bangku kelasnya.

"Hei, Bro!" Zidan terlonjak kaget merasakan seorang menepuk pundaknya. Hampir saja ponsel nya jatuh ke lantai, karena mendengar teriakan orang tersebut.

Zidan mendengus kesal melihat orang yang mengagetkannya.

"Daniel, berhentilah menggangguku. Aku sedang sibuk," ujar Zidan kepada lelaki tersebut, namanya Daniel. Yang merupakan temannya di kampus ini.

Zidan dan Daniel sudah saling kenal sebelum masuk kampus tersebut, tepatnya saat mereka masih Mengayomi pendidikan menengah ke atas. Mereka dulu satu sekolah. Daniel merupakan senior Zidan waktu itu, dan mereka cukup dekat karena mengambil jurusan yang sama.

Zidan sendiri tidak menyangka bahwa akan bertemu Daniel di kampus ini dan sekelas dengannya.

Daniel juga tidak menyangka bahwa sekarang dia bertemu lagi dengan bocah ingusan itu, yang sekarang sudah terkenal sebagai pianis yang hebat seperti ayahnya. Daniel bangga melihat perkembangan Zidan saat ini. Semakin sukses dari biasanya.

"Ayo ke kantin, aku lapar." Daniel mengusap perutnya, tentu saja karena ini waktunya jam makan siang, dan Daniel harus segera mengisi kekosongan perutnya.

Tanpa mendengar jawaban Zidan, Daniel langsung menarik lengan Zidan dengan paksa. Zidan pun terangkat dari tempat duduknya dan langsung meronta karena ditarik Daniel.

"Daniel lepaskan! Kalau aku keluar dari kelas, aku bisa diserang mereka."

Zidan terus saja meronta memohon untuk melepaskannya, tapi Daniel tak mempedulikannya yang dipikirkan Daniel sekarang adalah perutnya. Yah, perutnya perlu pengisian jika tidak, mungkin Daniel akan mati sekarang saat ini juga.

Dia semakin kencang menarik Zidan, hingga orang-orang di sekitar situ memandang ke arah mereka.

"Tenanglah aku akan melindungimu, mereka juga tak akan memakanmu," ucap Daniel nyengir sambil terus menarik lengan Zidan.

Zidan menghela nafas kasar.
"Baiklah. Tapi, lepaskan aku. Orang-orang melihat kita, Daniel." Akhirnya Zidan menyerah dan pasrah untuk mengikuti Daniel.

Dengan segera Daniel melepaskan cekalan tangannya sambil tersenyum penuh kemenangan. Akhirnya Zidan mau menemaninya. Akhirnya juga Zidan bisa keluar dadi kelasnya, dan itu membuat Daniel tertawa. Zidan hanya berdecak sebal sambil terus mengumpat dalam hati.

Kennyta POV

Seperti biasa, kelas sunyi. Hanya aku dan beberapa mahasiswa lainnya. Tentu saja, semua orang sedang beristirahat karena saatnya jam makan siang. Aku duduk sambil membaca buku di bangku kelasku.

Mencoba fokus, namun tidak bisa karena aku terus kepikiran perkataan Coach Jeremy kemarin padaku. Dia bilang lihat saja besok, yah, tapi sampai hari ini aku tidak menemukan apa-apa.

Aku memalingkan wajahku, memandang keluar jendela. Memperhatikan keadaan dari sini. Cuaca hari ini agak mendung kurasa, terlihat gumpalan-gumpalan awan kumulus berwarna hitam di langit.

Padahal tadi, saat aku datang langit begitu cerah. Tetapi cuaca bisa saja berubah, 'kan? Dan mungkin akan hujan deras. Karena angin juga sudah mulai berhembus kencang di luar sana.

Tiba-tiba aku mengedikan bahu merasakan seseorang memengang pundakku.

Aku menoleh ke belakang, "Kennyta, ke kantin yuk?!"
Ternyata itu Sellena, dan di sampingnya ada gadis berambut ombre tentu saja itu Avril.

Legato and Staccato Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang