"Lo siapa?gue yang nganter Rara pulang." ucap Gaga dan mencoba mengangkat tubuhku tapi ditepis oleh lelaki itu."Gue yang bawa dia ke ruangan ini jadi gue juga yang harus bawa dia pulang" ucap Mas Dika. Jadi?Mas Dika yang bawa aku kesini?gimana bisa?
"Gak ngaruh apa apa. Mau lo atau siapapun yang bawa Rara kesini, tetep gue yang bakal bawa dia balik" ucap Gaga masih tidak mau kalah dan mendekat ke arahku tapi Mas Dika juga tidak diam. Dia menarik tubuh Gaga dan menyimpan kedua tangannya pada kerah seragam Gaga.
"Cukup" kataku lemas.
"Aku pulang sendiri aja"
Ada ketegangan disini. Iya. Rasanya ingin sekali aku pulang sendiri daripada melihat kedua orang ini saling menatap tajam satu sama lain seperti itu. Aku benci keributan. Aku berusaha mengangkat tubuhku dan dengan segera Mas Dika melepaskan tangannya dari Gaga dan mendekat ke arahku.
"Biar saya gendong" ucapnya tegas lalu mengangkat tubuhku. Aku terlalu lemas untuk membantah dan Gaga terlihat pasrah. Tak lama Ita dan Vina datang membawakan tas sekolahku dan menyerahkannya pada Mas Dika. Tangannya menggendongku juga membawakan tasku. Aku hanya tersenyum menatap wajah tampannya. Iya. Mas Dika memang tampan. Tapi sayang dia terlalu kaku.
Dia menggendongku sampai ke parkiran, tepatnya sampai ke mini cooperku dan menurunkanku dikursi penumpang. Tak lama Mas Dika pun duduk dan mengemudikan mobil.
"Maaf saya pakai mini cooper anda, tadi saya panik." katanya tanpa melihat ke arahku.
"Tadi mas yang bawa Rara ke UKS?" tanyaku penasaran. Aneh juga kan tiba tiba Mas Dika ada disekolah dan membawaku ke UKS.
Ia hanya mengangguk.
"Gimana bisa?"
"Itu sudah tugas saya untuk menjaga anda. Sejak saya menjadi bodyguard anda saya selalu mengikuti anda."
"Oh. Hmm, soal mobil, santai aja kali, mas. Lagian lo juga gak salah. Satu lagi, panggil aku Rara. Jangan anda" kataku karena merasa risih dengan panggilan Mas Dika.
"Kalau begitu, panggil saya juga Dika saja. Saya tidak setua itu"
"Baiklah." ucapku.
Aku mulai sedikit nyaman dengan Mas Dika, eh, Dika. Ternyata dia tidak terlalu kaku seperti yang ku bayangkan. Setelah kutanya, ternyata dia baru berumur 19 tahun dan dia juga seorang mahasiswa di salah satu Univ negeri di Jakarta. Salut! Kufikir dia bekerja menjadi bodyguard karena tidak kuliah. Taunya kerjaan ini untuk membantu membayar kuliahnya.
"Loh, kok lurus?belok Dik, jalan kerumah itu belok" protesku saat Dika salah jalan.
"Saya tau, tapi kita harus ke Rumah Sakit dulu untuk mengecek keadaan kamu. Saya takut terjadi apa apa. Bentar lagi kan kamu UN" ucapnya santai.
"Lebay banget sih!gue gapapa kali"
####
Aku keluar dari ruang pemeriksaan dan diikuti oleh Dika. Sebal rasanya harus disuntik hanya karena jatuh dari kursi. Aku paling anti sama yang namanya ke dokter, apalagi disuntik. Aku duduk dikursi ruang tunggu dan Dika pergi ke tempat antrean obat. Tak lama dia sudah datang kembali dan mengajakku pulang.
"Lain kali hati hati" ucapnya saat kami baru saja naik ke mobil. Kini dia menatap wajahku. Aku yang sedikit blushing hanya mengangguk menjawab perkataanya. 'Kok gue baper?'
"Terus makan yang bener, inget apa yang dibilang dokter tadi." katanya. Kini tanpa melihat ke arahku karena dia sudah mulai mengemudikan mobil. Mobil kami keluar dari rumah sakit dan pulang menuju rumah.
"Makasih Dik" ucapku saat kami sudah sampai rumah. Hanya dibalas dengan senyuman oleh Dika. Akupun berjalan menuju kamar. Tubuhku lebih enak dari yang tadi. Mungkin ini efek dari suntikkan.
"Ra" panggil Dika saat aku baru saja menaiki satu anak tangga. Aku menoleh ke belakang dan mendapati Dika sedang jalan mendekatiku.
"Ini, memo ini punya kamu bukan?"
Memo Alvin!
"Iya!!!lo nemu dimana?"ucapku semangat saat memo itu sudah ada ditanganku.
"Tadi, pas mau angkat kamu pas pingsan"
"Makasih banyak, Dik!" ucapku kegirangan lalu segera menuju kamar.
***
Sedih banget belum ada yang vote:(
Tapi udh pgn nulis lg aja ini tangannya.-.
Seneng deh udh ada 100an yg baca wkwkwkwk. Makasih yaa!!!! *lebay*
Jgn lupa vote sama comment😍Happy reading!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Whats Our Relationship?
RomanceInikah akibat dari ke egoisan ku? Inikah hukuman untukku? Siang ini, seperti biasanya, aku ditinggal pulang oleh teman-temanku. Ya, untuk yang kesekian kalinya mereka melakukan hal itu padaku. Entah karena disengaja atau tidak, entah karena lupa pad...