Enam.

82 4 0
                                    

Hari ini sekolahku mengadakan doa bersama. Doa untuk meminta kemudahan agar angkatanku bisa menyelesaikan soal Ujian Nasional dengan lancar. Senin besok, aku dan teman teman seangkatanku akan mulai berperang dengan soal ujian. Semoga saja angkatan kami lulus 100%. Aamiin.

Setelah meminta maaf pada semua guru yang mengajar disekolah ini, kami dipersilahkan untuk pulang dan dipesankan agar menjaga diri baik-baik menuju hari penentuan itu. Akupun beranjak pulang meninggalkan sekolah bersama Ita dan Vina.

"Gak kerasa ya" ucap Vina memecah keheningan. Diantara kami memang belum ada percakapan semenjak keluar dari gerbang sekolah. Ini tentu saja tidak seperti biasanya. Hari-hari sebelumnya kami tidak pernah sesepi ini.

"Iya. Semoga kita berhasil ya gengs" ucap Ita semangat. Aku hanya bisa tersenyum melihat kedua temanku ini. Alvin. Apa dia Ujian juga ya senin besok?

"Ra?"

Dibelanda dia sekolah biasa atau home schooling ya?

"Rara!!" teriak Vina dan Ita mengagetkan. Membuyarkan pikiranku tentang Alvin.

"Ih apasih, bikin gue kaget aja" ucapku kesal.

"Lagian lu daritadi gue panggil malah diem. Lagi jalan mah jangan bengong, Ra!" kata Vina kesal, juga.

"Iya iya maaf. Gue inget Alvin"

"Lupain aja sih Ra, toh dia juga gak mikirin lo" kata Vina yang membuatku kesal. Gak mungkin. Alvin pasti mikirin aku.

"Ih apasih lo" kesalku.

"Udah udah ah gengs, gausah bahas yang gak ada" ucap Ita yang juga membuatku kesal. 'Alvin masih ada! Dia cuma jauh aja dari kita!' gerutuku dalam hati.

"Ohiya Ra. Mas Dika kok gak mantau lu ke sekolah sih hari ini?" tanya Ita mengalihkan pembicaraan.

"Dia lagi observasi, tugas kuliah sih katanya. Di desa apa gitu gue lupa" kataku santai.

"Udah gak kerja di lo lagi?" sambung Vina

"Masih. Dia cuma minta izin semingguan kok ke gue. Minggu depan juga udah balik katanya" jelasku. Kemarin sore Dika pamit pergi untuk tugas kuliah. Dia minta maaf karena tidak bisa menjagaku saat Ujian Nasional nanti dan janji bakal pulang tepat waktu. Jadi mulai hari ini sampai seminggu kedepan dia gak bisa memantauku ke sekolah seperti biasanya. Aku sih malah seneng Dika gak mantau, jadi gak malu sama temen temen yang lain. Udah SMA masih aja dipantau. Tapi sedih juga karena gak ada teman ngobrol saat makan malam, hehe. Semenjak dia bekerja menjadi bodyguardku, aku memintanya untuk selalu makan malam bersama dirumah. Kecuali kalau aku sedang ada janji diluar. Hehe. Sebelumnya aku juga sudah meminta Bik Sinah dan Pak Sofyan untuk makan malam bersamaku dirumah, namun mereka selalu menolaknya karena merasa tidak enak (katanya) dengan mamah papah.

"Dia udah punya pacar apa belum sih, Ra?" tanya Vina sedikit membuatku kaget.

"Dih, naksir lu?" tanya Ita yang juga kaget sepertinya.

"Tau lu. Lu kan udah ada doi, siapa tu kemaren namanya Ta?" sambungku mengingat baru saja kemarin Vina curhat tentang seseorang padaku dan Ita.

"Yee gue nanya doang kalii." jawab Vina sambil cengengesan.

"Syukur deh" ucap Ita santai. Lah? Kenapa deh Ita?

"Lo suka sama Mas Dika, Ta?" tanya Vina penasaran.

"Awalnya sih iya. Secara dia ganteng banget gitu kan. Sekarang gue udah nyadar ah, mau mundur aja" jawab Ita.

"Nyadar kalau?" tanyaku.

"Dih. Jadi elo gak nyadar Ra?" jawabnya yang malah membuatku semakin penasaran.

"Kenapa jadi gue?"

Whats Our Relationship?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang