Dika POVAku menemani Rara diruangannya. Rara sedang tertidur karena baru saja disuntikkan obat penenang oleh perawat. Sekitar 1 jam yang lalu, Rara sempat sadar dan mulai mengetahui keadaan matanya. Rara sangat sedih dan kecewa dengan apa yang menimpanya. Ia sempat berteriak dan melemparkan apapun yang ada disekitarnya. Aku yang menyaksikan itu semua hanya bisa terdiam dan sangat merasa bersalah. Sangat berharap Rara mau memaafkanku.
"Maafin gue Ra" ucapku lirih.
"Maafin gue, Vin. Gue belum bisa jalanin amanah lu dengan baik" batinku.
Author POV
Rara turun dari mobil dibantu oleh Dika dan Pak Sofyan. Namun ia langsung menepis tangan keduanya seakan dia berkata 'aku bisa sendiri'. Wajah Rara selalu murung semenjak Ia tidak bisa melihat. Rara memasuki rumahnya dan mengira-ngira dimana letak kamarnya dengan bantuan tongkat. Rara selalu menabrak benda-benda yang ada didepannya. Dika dan Pak Sofyan hanya memperhatikannya dari belakang.
Rara berhasil masuk ke kamarnya. Ia meraih kasur lalu duduk ditepi. Dika mengikutinya sampai kamar dan membawakan koper Rara. Sedangkan Pak Sofyan menunggu di depan pintu kamar Rara namun tetap memperhatikannya.
"Non Rara, mau makan?" tanya bik Sinah lembut saat masuk ke kamar Rara. Rara hanya menggelengkan kepalanya sambil matanya menatap lurus kedepan.
"Mau minum? Mau bibik bikinin jus?"
Rara hanya terdiam. Matanya tetap lurus kedepan.
"Mamah sama papah dimana?" ujarnya. Dika, bik Sinah dan Pak Sofyan saling menatap. Mereka bingung mau menjawab apa karena orang tua Rara sedang pergi ke Jepang untuk bisnis. Rara pasti akan sangat sedih jika mengetahui hal ini.
"Kenapa gak ada yang jawab? Apa aku sendirian?" tanya nya lagi. Bik Sinah berkaca-kaca melihat Rara seperti itu. Diapun menutup mulut tak mau salah bicara. Begitupun dengan Pak Sofyan.
"Dika?" ucap Rara lagi. Kini Dika refleks menjawab.
"Iya Ra"
"Kenapa gak jawab pertanyaan gue? Mamah sama papah kemana? Apa mereka dikamar?" tanya Rara. Dika membuang nafasnya kasar.
"Mereka ke Jepang Ra, ada kerjaan" jawab Dika jujur. Sebenarnya bisa saja Dika berbohong agar Rara tidak sedih nantinya. Namun Dika tidak mau memanfaatkan penyakit Rara itu. Dia akan selalu jujur walaupun Rara tidak bisa melihat apa-apa.
Rara hanya terdiam tanpa ekspresi saat mendengar jawaban Dika. Lama kelamaan, matanya berkaca-kaca dan menumpahkan tetesan air mata. Bik Sinah dan Pak Sofyan keluar dari kamar Rara karena merasa tidak tega pada majikannya itu. Dika mendekati Rara yang air matanya mulai berlinang. Saat Dika selangkah lagi menuju kasur Rara, Rara mengusirnya.
"Aku pengen sendiri dulu" ujarnya.
"Tapi Ra.."
"Please, siapapun itu, gue pengen sendiri."
Dika terpaksa keluar dari kamar Rara. Namun ia tidak menutup pintu kamarnya. Dika mengambil kursi dan duduk di pintu kamar Rara.
Dika mengamati Rara yang menangis. Matanya kosong kedepan sambil terus mengeluarkan air mata. Kepalanya tertunduk dan kini Rara mulai terisak. Dari wajahnya Ia terlihat sangat terpukul.
"Ap..apa.. Bisnis kalian lebih penting daripada aku?" ucapnya terisak.
Rara POV
Gelap. Kini semuanya gelap. Aku tak bisa melihat apapun. Duniaku kini telah gelap. Ditambah orang tuaku yang selalu mementingkan bisnisnya dari pada aku. Aku tak bisa lagi menahan bendungan air mata di kelopak mataku.
Aku menangis sejadi-jadinya. Memikirkan betapa malangnya hidupku. Diumurku yang baru 17 tahun aku sudah tidak bisa melihat indahnya dunia. Tidak bisa melihat keluargaku. Tidak bisa melihat teman-temanku. Dan, Alvin. Kini bagaimana caranya aku bisa mencarinya ke Belanda kalau pergi ke kamarku pun aku harus menggunakan tongkat. Ah. Andai aku tidak kecelakaan. Andai aku menuruti kata-kata Pak Sofyan yang waktu itu ingin mengantarku. Andai.
Dika POV
Rara terus menangis di atas ranjangnya. Aku sangat terpukul melihat Rara seperti itu. Aku harus segera memberitahu Alvin walau Alvin pasti akan sangat marah kepadaku. Aku meraih handphone dari saku, dan mencari kontak Alvin.
"Ya.. Halo vin" ucapku saat aku sudah ada di balkon.
"....."
"Rara vin"
"....."
"Di.. Dia kecelakaan"
***
Haiiiiiii. Jangan lupa vote sama comment nya yaaaaaaa.
Happy reading!❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Whats Our Relationship?
RomanceInikah akibat dari ke egoisan ku? Inikah hukuman untukku? Siang ini, seperti biasanya, aku ditinggal pulang oleh teman-temanku. Ya, untuk yang kesekian kalinya mereka melakukan hal itu padaku. Entah karena disengaja atau tidak, entah karena lupa pad...