Author POV"Saya akan bayar berapapun asal anak saya bisa melihat lagi" ucap Pak Dava.
"Iya dok, Rara anak saya satu-satunya...kami akan membayar semahal apapun biayanya asal anak kami bisa kembali normal" sambung Bu Via yang masih menangis. Kini mereka sedang duduk menghadap dokter diruangannya.
"Tapi ini bukan masalah uang, Pak.. Bu.."
"Lalu apa dok?apa yang harus kami lakukan?" tanya pak Dava.
"Donor mata hanya bisa dilakukan oleh orang yang sudah meninggal, atau lebih tepatnya... yang baru meninggal. Ini tidak bisa dibayar oleh uang pak.. Bu.. Ini masalah nyawa seseorang" jelas Dokter Robby, dokter yang menangani Rara.
Mendengar kalimat itu, orang tua Rara hanya bisa menangis meratapi nasib anaknya. Mereka bingung harus melakukan apa. Tentu kedua orang tua Rara tidak mau melihat gadis semata wayangnya itu buta untuk selamanya. Namun mereka juga tidak tahu bagaimana cara untuk membantu Rara. Mereka lalu keluar dari ruangan dokter dan menghampiri Risa.
"Dimana Dika?" tanya Pak Dava.
Risa hanya menggelengkan kepala tanda tak tahu. Pak Dava pun mengalihkan pandangannya dan menanyakan hal yang sama pada bik Sinah.
"Mas Dika lagi ada tugas kuliah tuan" jawab Bik Sinah.
"Harusnya dia gak pergi! Dia yang harusnya jagain Rara Pah" ucap Bu Via yang menangis.
"Sudahlah Ma, ini bukan salah Dika. Lebih baik sekarang kita berdoa agar Rara bisa sembuh" ucap Pak Dava menenangkan.
Dika POV
Aku segera membeli tiket kereta dan pulang ke Jakarta. Berharap tidak ada hal buruk yang menimpa Rara. Pak Sofyan baru saja memberi kabar bahwa Rara masuk rumah sakit. Aku tidak sempat bertanya banyak karena tiba-tiba ponselku kehabisan baterai. Sepanjang jalan aku hanya bisa berdoa agar Rara baik-baik saja. Karena kalau sampai Rara kenapa-kenapa, akulah satu-satunya orang yang harus disalahkan. Aku yang berkewajiban menjaga Rara. Andai saja aku tidak pergi, Rara pasti tidak akan masuk kerumah sakit seperti sekarang.
Akupun sampai di stasiun Jakarta dan langsung menyetop taksi. Memberitahukan alamat rumah sakit dan meminta agar kecepatan taksi untuk semaksimal mungkin.
###
"Apa tugas kuliah kamu itu lebih penting daripada menjaga anak saya?!" tegur Bu Via saat aku menghampiri mereka.
"Maafkan saya bu." jawabku sambil menundukkan kepala. Aku pantas diperlakukan seperti ini.
"Sudahlah Ma, bukan sepenuhnya salah Dika. Ini sudah takdir." ucap Pak Dava. Ia pun sesekali menatapku dan membawa Bu Via-yang tubuhnya mulai melemah-pergi.
"Kabari saya kalau ada informasi dari dokter" ucapnya sebelum pergi.
Aku hanya bisa mengangguk. Sangat merasa bersalah. Tak lama kemudian ada seorang laki-laki yang pernah kulihat disekolah Rara menghampiri.
"Bisa kita ngobrol?" ucapnya.
Aku hanya menaikkan alis dan mengikuti arah jalannya.
Kami berhenti di kantin. Lelaki ini mempersilahkanku untuk duduk.
"Lo siapanya Rara?" tanyaku.
"Gue Gaga. Temen sekolahnya." jawabnya santai.
"Terus ada urusan apa lo ajak gua kesini?"
"Lo bodyguard Rara. Lo harusnya bisa jagain Rara. Kalo emang lo gabisa jagain dia, mending lo pergi, gue yang bakal jagain Rara. Gue lebih becus jagain cewek"
Anjir. Apa maksud ini anak ngomong kaya gitu.
"Mending lo cabut. Gue bakal bayar lo sebesar gaji lo sebagai bodyguard Rara" ucapnya dan mulai membakar emosiku. Akupun mendapati baju kerahnya dan memukul perutnya. Ia meringis kesakitan dan suasana kantin mulai gaduh. Aku mengangkat kerahnya lagi.
"Denger, ini bukan soal uang. Gua gabutuh uang lo! Satu lagi, mending lo jauhin Rara. Lo gapantes buat dia" ucapku lalu melepaskan anak itu dan kembali ke ruang Rara.
***
Haiiiii. Ini partnya masih pendekkk. Ayo di vote sama comment!💕
Di kritik juga yaa soalnya masih belajar😊Happy reading!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Whats Our Relationship?
RomanceInikah akibat dari ke egoisan ku? Inikah hukuman untukku? Siang ini, seperti biasanya, aku ditinggal pulang oleh teman-temanku. Ya, untuk yang kesekian kalinya mereka melakukan hal itu padaku. Entah karena disengaja atau tidak, entah karena lupa pad...