Dua minggu lagi aku akan menghadapi ujian nasional. Belum siap rasanya tapi mau bagaimana lagi, itu sudah waktunya. Hari-hariku hanya diisi dengan belajar dan belajar. Entah itu belajar dirumah, bimbel di sekolah, maupun les tambahan diluar. Ini semua ku lakukan agar mendapat hasil yang memuaskan. Karena apa?usaha tidak pernah membohongi hasil."Pagi non"sapa Bik Sinah ramah.
"Pagi juga bik, mamah sama papah gak pulang?" tanyaku dan langsung duduk di kursi meja makan. Santapan pagi ini sama seperti biasanya, roti dengan selai kacang dan susu cokelat. Aku tidak suka makanan berat untuk sarapan.
"Nggak non. Semalem pergi ke Singapura katanya. Gak tahu sampai kapan"
"Lagi?hfft. Aku mau berangkat bik" kataku tak bersemangat. Sudah tidak ada selera untuk melahap sarapanku.
"Dimakan du-"
"Dadah" ucapku memotong perkataan Bik Sinah dan keluar dari pintu rumah. Ini masih pagi, Ita dan Vina pasti belum datang untuk berangkat bersama.
"Pak Sofyan!" panggilku mengarah ke Pak Sofyan yang sedang menyiram tanaman.
"Iya non?"
"Kalo ada Ita sama Vina, bilangin aku udah duluan ya Pak. Aku berangkat"
"Ndak mau saya antar non?"
"Yaa elah Pak Sofyan, kaya baru kerja sama aku ajaaa. Sekolah aku kan deket Pak, lebay deh dianter segala" ucapku sambil tersenyum. Aku sudah terbiasa jalan kaki menuju sekolah. Jaraknya kira kira hanya 100 meter dari rumah. Walau kadang panas saat pulang sekolah dan aku harus menyebrang di jalan besar, tapi itu bukanlah sebuah masalah. Daripada harus membawa mobil atau diantar. Tapi kadang aku juga diantar Pak Sofyan. Pertama, jika sedang hujan besar. Tidak mungkin aku basah-basahan saat sedang belajar. Kedua, bila aku membawa tugas yang banyak atau berat. Dan ketiga, jika aku sudah terlambat. Hehehe.
"Hati hati non" ucap Pak Sofyan.
Kadang, aku merasa Bik Sinah dan Pak Sofyanlah orang tuaku. Mereka adalah sepasang suami istri yang sudah lama bekerja dirumahku. Bik Sinah yang selalu membantu pekerjaan rumah dan Pak Sofyan yang selalu mengantarku pergi dan membereskan taman. Sebenarnya ada satu lagi pekerja, yaitu Dika. Mas Dika. Satpam sekaligus bodyguard ku. Dia masih baru disini. Dua atau tiga hari yang lalu kalau tidak salah. Tapi aku tak pernah mau ditemani olehnya. Dia sangat dingin dan tak banyak bicara. Senyumpun hanya sesekali. Kutafsirkan umurnya baru 20an karena wajahnya masih sangat muda, tapi jangan salah, badannya sangat bagus dan kekar. Tapi aneh, pagi ini aku belum melihat dia. Biasanya sudah stand by di pos satpam dekat gerbang. Dasar pemalas!
Pagi ini jalanan masih sangat sepi. Aku beruntung karna tidak sesulit biasanya untuk menyebrang. Walaupun sudah disediakan zebracross didepan gerbang sekolah, tetap saja masih banyak motor dan mobil yang ngebut jika melewatinya. 5 atau 10 menit lagi mungkin jalanan sudah padat. Aku jadi ingin berangkat sepagi ini untuk hari hari berikutnya.
Tin.. Tin..
"Woy! Minggir!" suara itu datang dari belakangku saat aku baru saja masuk melewati gerbang sekolah. Beriringan dengan suara klakson tadi yang sangat mengagetkanku. Akupun menyisi ke taman sekolah.
"Biasa aja kali!" teriakku kesal. Pagi pagi sudah diberi sarapan klakson.
Mobil itupun maju dan dan berhenti tepat dihadapanku. Perlahan mobil itu membuka kaca dan memperlihatkan wajah sang pemiliknya padaku. Seorang laki laki yang baru kulihat wajahnya. Mungkin anak baru, atau mungkin memang aku tidak pernah melihat wajah itu. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Ia menutup kacanya lagi dan melajukan mobilnya menuju parkiran sekolah.
"Bukannya minta maaf!" teriakku, lagi. Tapi percuma saja karena laki laki itu tidak mungkin mendengarnya. Akupun langsung berjalan menuju kelas tanpa memperhatikan lebih lama pada mobil itu. Menyebalkan!
Aku meneruskan jalan menyusuri koridor sekolah. Langkahku terhenti saat aku tepat berada di depan kelas Alvin. Iya, Alvin. Tiba tiba aku sangat rindu padanya. Rindu yang sudah lama kudiamkan kini telah membara kembali. Gimana kabar kamu, vin? Gak kangen sama aku? Kenapa pergi gitu aja?
"Hfft" aku mendengus sebal pada diriku sendiri. Mengingat kebodohanku akan sikapku pada Alvin beberapa waktu lalu.
Aku melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal beberapa langkah lagi menuju kelas. Kelas masih sepi, sangat sepi malah. Belum ada satu anakpun yang sudah datang selain aku. Akupun menyimpan tas dan beranjak menuju loker dibelakang untuk mengambil beberapa buku yang sengaja ku tinggal. Bukan buku penting sih, hanya beberapa novel dan, dan memo milik Alvin. 'Ya ampun. Kenapa baru inget sekarang!'. Akupun segera meraih kursi dan menaikinya untuk membuka lokerku. Sedikit menyebalkan memang. Aku mendapat bagian loker yang paling atas dan tentu saja tinggi. Tidak bisa kucapai dengan tangan kosong. Eh, kaki kosong deng. Soalnya kaki-ku yang harus naik ke kursi. Hehehe.
Biasanya aku tidak perlu seribet ini karena aku selalu meminta Alvin untuk membantuku dalam urusan loker. Tapi sekarang? Walau sedikit takut, tapi tubuh mungilku ini harus bisa membuka loker agar aku bisa mengambil memo Alvin yang sempat tertinggal. Kuharap ada alamat tempat Om Fian kerja di Belanda pada memo itu.
"Yess!!" seruku saat melihat ada memo Alvin disana. Aku segera mengambilnya dan mengunci kembali lokerku dengan semangat. Aku membalikkan badan dan lupa kalau..
Brugggh ..
"Ra?lo gak papa?" tanya seseorang disampingku. Pandanganku sangat buram dan kepalaku terasa nyeri. Aku memfokuskan penglihatanku dan mendapatkan Ita sedang duduk memperhatikanku dengan khawatir.
"Gue kenapa ta?" ucapku lemas.
"Tadi lo pingsan dikelas. Ada cowo yang gendong lu kesini. Ganteng banget Ra!! Siapa sih?"
"Dih, elu malah nanya ke gue. Mana gue tau dodol" ucapku sambil mengelus dahiku. Sakit.
"Tapi beneran deh, Ra. Ganteng" ucapnya sambil menatap pintu UKS.
"Nyari siapa sih?"
"Nyari cowo yang tadi bantuin elu lah. Lu kalo liat juga pasti naksir, Ra. Percaya deh sama gue, dia ganteng bgt. Gue tuh kaya pernah liat Ra...tapi...dimana ya gue lupa" ucapnya.
"Udah ah. Nanti aja bahas itunya. Ambilin gue minum dong Ta, maaf."
Ita dengan cekatan mengambilkan gelas dan memencet tombol merah pada dispenser.
"By the way, kenapa tadi pagi lu berangkat duluan?udah gamau bareng sama gue dan Vina lagi atau gimana?huh?" tanyanya sebal sambil memberikan ku segelas air putih hangat.
"Ya elah baper banget lu, Ta. Sorry deh sorry. Tadi pagi gue lagi pengen berangkat pagi aja." jawabku setelah meminum air putih tadi.
"Oke oke. Alesan lu gue terima"
**
Lagi mood nulis bgt walau yang bacanya masih sedikit:'))
Gatau rame atau nggak. Semoga gak ngebosenin ya.
Vote sama commentnya please🙏Happy reading!❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Whats Our Relationship?
RomanceInikah akibat dari ke egoisan ku? Inikah hukuman untukku? Siang ini, seperti biasanya, aku ditinggal pulang oleh teman-temanku. Ya, untuk yang kesekian kalinya mereka melakukan hal itu padaku. Entah karena disengaja atau tidak, entah karena lupa pad...