Kanojo wa daredesu ka?

121 16 5
                                    

"Apa... apaan sih kamu", ujarku ketus

Seperti biasa, Ryota hanya memberikan senyum yang dalam sekejap langsung meluluhkan hatiku.

...

Teeet... teeet...

Tak lama kemudian bel masuk istirahatpun berbunyi.

"Udah bel tuh, ke kelas yuk?", ajak Ryota.

Akupun hanya mengangguk.

Padahal tadi niat ke taman buat ngelepas beban pikiran karena cewek cantik itu, eh kok malah nambah-nambahin beban pikiranku ya? Sebenarnya siapa sih cowok gingsul itu? Kok sikapnya agak aneh ke Ryota, batinku yang tak bisa berhenti bertanya-tanya.

Akupun berjalan dibelakang mengikuti Ryota menuju kelas.

Setelah sampai dikelas, jam belajarpun dimulai, pertama-tama adalah perkenalan dengan wali kelas yang sekaligus mengajar sebagai guru Matematika.

Kemudian dilanjutkan dengan jam Bahasa Inggris, Biologi, dan yang terakhir adalah pelajaran Kesenian.

Teng... Teng... Teng...

Kelas hari inipun selesai.
Setelah mengucapkan salam, murid-murid yang termasuk akupun bersiap-siap untuk pulang.

Kelas hampir sepi, hanya tersisa dua orang perempuan, aku, dan Ryota.

"Ryo...", ujarku yang hendak mengajak Ryota pulang bareng. Namun, belum selesai aku bicara, gadis cantik itu muncul lagi.

"Ryooota-kun!", serunya dengan penuh semangat, kemudian iapun menghampiri Ryota.

Tchhh, panas, gerutuku dalam hati.

"Yuk, pulang", ajak gadis itu.

"Yuk, atsuko, kamu ikut kan?", Ryota menoleh kearahku dan tersenyum. Ah, jika saja aku dapat melihat wajahku sendiri, aku bersumpah, pasti wajahku sudah merah padam. Lagi-lagi dia berbuat seenaknya seperti itu.

Aku hanya mengangguk, bukan, bukan ini yang aku inginkan, aku MAU BANGET pulang sama Ryota, tapi, masa aku harus jadi nyamuk diantara mereka berdua. Tcchh, yang benar saja.

..

Diperjalanan pulang, sebelum sampai stasiun, mereka asik sekali ngobrol, sedangkan aku? Benar-benar kayak nyamuk, batinku sambil menyeringai sendiri.

"Jadi bagaimana keadaannya?", gadis itu bertanya dengan khawatir, padahal baru beberapa detik yang lalu mereka berdua asik tertawa.

"Baik-baik saja kok, Miya tidak perlu khawatir. Cewek seperti kamu nggak semudah itu untuk dilupakan.", hibur Ryota.

Heee?! Apa-apaan nih?! Ryota gombal?

"Yokatta (Syukurlah), aku akan menghubungimu lagi nanti malam, bolehkan?", kata gadis yang bernama Miya itu.

"Tentu saja", Ryota tampak tidak keberatan.

Setelah itu kami sampai stasiun, aku dan Ryota yang sama-sama naik kereta kearah Utarapun berpisah jalan dengan Miya yang letak rumahnya diarah Selatan.

"Jaa na (Dadah)", seru Miya tersenyum sambil masuk kedalam kereta arah selatan.

Sedangkan aku dan Ryota harus menunggu kereta arah utara kurang lebih 10 menit.

Hnnnnggg, ngo... ngomongin apa nih, aku... canggung.

Kemudian Ryota melihat ke arahku, "Atsuko, tidak apa-apa kan?".

Heee? Aku memang benar-benar keliatan canggung ya?, aku hanya terdiam. Diam, dan terus diam, hingga akhirnya keretapun datang.

"Yuk", ajak Ryota.

Didalam kereta, keretanya memang tidak terlalu penuh, namun tidak ada tempat lagi yang tersisa untuk duduk.

"Atsuko...", panggil Ryota.

"Heee?", sahutku terkejut.

"Aku boleh minta nomor kamu gak?"

Aku... gak percaya.

"Bo... boleh lah! +812xxxxxxxx", sahutku dengan cuek, padahal senang setengah mati. "Tapi, buat apa?"

"Hmmm, yah buat ngehubungin kamu lah", sahutnya santai.

"Bukannya kamu pengen dihubungin sama Miya, ya?" Kata-kata yang ada didalam hati itu benar-benar tidak sengaja aku lontarkan.

Baka, aku ngomong apasih?!, batinku

Ryota hanya terdiam, kebingungan.

Sesaat lagi kereta akan sampai di stasiun Ikebukuro. Syukurlah, sudah sampai stasiun tujuanku.

"Jaa na, Atsuko-chan, Mata Ashita (Sampai bertemu besok)", Ujar Ryota sambil tersenyum seolah tadi aku tak mengatakan apa-apa.

"J-Jaa", sahutku singkat.

When Spring Has ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang