"Bukannya kamu pengen dihubungin sama Miya, ya?" Kata-kata yang ada didalam hati itu benar-benar tidak sengaja aku lontarkan.
Baka, aku ngomong apasih?!, batinku
Ryota hanya terdiam, kebingungan.
...
Sesampaiku dirumah, aku langsung meletakkan tas ranselku dan merebahkan tubuhku diatas kasur. Fiuh, hari yang benar-benar melelahkan, padahal ini baru hari pertama masuk sekolah.
Tiba-tiba dipikiranku terlintas kejadian yang terjadi di dikereta dengan Ryota.
Aku benar-benar bodoh, tapi sumpah deh itu aku gak sengaja keceplosan, kalo sadar juga aku gak berani kali ngomong lancang begitu, gumamku dalam hati sambil menghela napas sedalam-dalamnya.
Kemudian akupun memejamkan mataku sebentar.
-
Cit... cuit... cuit...
Kicau burungpun terdengar ditelingaku, matahari sudah mulai terbit, ku dapati diriku yang masih memakai seragam sekolah kemarin."Ya ampun, ketiduran!" Ujarku terkejut.
Saat ku tengok jam weker warna biruku, jam sudah menunjukan pukul 5. Akupun segera mandi, ya, bersiap-siap berangkat sekolah.
"Ittekimasu", akupun pamit kepada ibu dan ayahku.
Setelah sampai stasiun, akupun melihat Ryota di dekat mesin minuman. Kemudian Ryota tak sengaja melihat ke arahku. Dia tersenyum. Uuhh, apa ini?
"Yuk", ajak Ryota sambil menghampiriku.
"Rumah kamu sebenarnya ada dimana sih?", ujarku yang sebenarnya bingung, doki-doki (degdeg-an) gak karuan dengan cuek.
Keretapun sudah datang, tapi kenapa Ryota gak naik atau gak mengajakku naik ya?
"Nanti saja ya, tunggu kereta berikutnya, 15 menit lagi, masih keburu kan? Sini", Ryotapun menyuruhku duduk disampingnya.
Dan aku harap dia tidak bisa mendengarkan debaran yang sangat kencang ini.
"Atsuko, jujur saja, dari semalam aku kepikiran kata-kata yang kamu ucapkan kemarin sebelum turun dari kereta", Ryota menunduk.
"Etto, bener-bener gak ada maksud apa-apa kok, maaf ya, Ryota, aku keceplosan", sahutku panik.
"Eeeeh? Benar begitu?"
"Iyaaa", sahutku dengan muka sangat merasa bersalah.
Suasanapun hening sebentar.
"Aku kira kamu cemburu, hehehe", bisik Ryota.
"Ge-er banget sih!", sanggahku.
Ryota hanya tertawa, tawa yang menghanyutkan perasaanku, lebih dalam.
Ntahlah itu hanya menggoda apa benar-benar dia berpikir begitu.
Tak terasa sudah 15 menit, keretapun datang, "Yuk, naik, Atsuko!", Ujar Ryota sambil menggegam erat tanganku.
Dia memang paling bisa membuatku tersipu.