M10Cm Chapter I - Impression
Pict: Davika Hoorne -tapi waktu keluarnya Davika ndak pakai kacamata ya ^^-
◆◆◆
Davika menutup panggilan teleponnya yang tadi terhubung bersama Lee Donghae dan bergelung dengan selimutnya. Membenamkan wajahnya pada bantal. Meredam tangisnya. Kenapa? Kenapa harus seperti ini? Dia pikir Donghae mencintainya. Tapi, nyatanya. Semua itu karena wajahnya mirip dengan tunangan Donghae yang terbaring koma. Jika bukan karena Minerva yang bertanya padanya benar atau tidaknya dia menjalin kasih dengan Lee Donghae. Maka, dia pasti masih menjadi orang bodoh sekarang.
Tadi setelah mendengar penuturan Minerva tentang tunangan Donghae yang terbaring koma. Bahkan Minerva menunjukkan foto perempuan koma itu pada Davika. Wajahnya benar-benar mirip dengan Davika. Bedanya hanya perempuan itu lahir lebih dulu dari Davika. Perempuan itu berdarah Jepang. Dan perempuan bernama Nakaname Irene itu orang yang lebih dulu dicintai oleh Donghae. Bukankah terlalu banyak perbedaannya?
Davika menyeka airmatanya. Sudahlah cukup. Ini jauh lebih baik daripada terlanjur berjalan jauh. Davika juga belum bisa menghapus perasaannya pada laki-laki yang tidak boleh dicintainya. Davika menghela napasnya. Menyembulkan kepalanya keluar dari selimut. Sialan! Davika membutuhkan Caffein. Davika melirik jam pada ponselnya. Jam delapan malam. Jam yang masih diperbolehkan untuk keluar.
Davika turun dari tempat tidurnya dan berjalan ke walk in closet. Mencari baju dan memutuskan menggenakan dress berlengan panjang dengan motif bunga-bunga berwarna biru. Tidak lupa Satchel Bag Hermes blue. Davika tersenyum puas. Lalu dia mengambil flat shoes yang senada dengan dressnya. Ya, flat shoes bukan high heels. Davika lebih nyaman dengan sepatu tanpa hak itu ketimbang hak-hak runcing yang menjulang tinggi milik teman-temannya. Tapi, bukan berarti Davika tidak bisa memakainya. Davika bisa memakainya, hanya saja yang tidak lebih dari sepuluh centimeter.
◆◆◆
Porsche hitam milik Davika sudah terparkir dengan cantik di area parkir Starbucks. Davika berjalan masuk kedalam dengan anggunnya. Hari ini dia sendirian datang kesini. Perempuan itu menimang-nimang ponselnya berpikir untuk menghubungi salah satu dari temannya. Davika menimang antara Maria atau Rose, mengingat dia tidak mungkin menghubungi Queen, Minerva dan Joanna yang bisa saja semakin membuatnya menangis karena dia dikira terlalu percaya pada Donghae. Lalu Davika menggeleng pelan. Lebih baik tidak usah. Dia masih membutuhkan waktu sendiri.
"Cinnamon Dolce Frappuccino satu." Davika mengatakan pesanannya pada pelayan yang berdiri didepan mesin kasir.
"Caffé Americano satu." Davika menoleh dan mendapati laki-laki yang sering dia lihat dan temui. Tapi dia benar-benar tidak menyangka jika mereka akan bertemu disini.
"sendiri, Trevi?"
Trevian tersenyum kearah Davika dan menyerah Starbucks card miliknya. "seperti yang kau lihat."
"eh, kau membayariku?" Davika tersadar dari keterpesonaannya pada senyum Trevian dan kini pesanannya sudah dibayar oleh Trevian.
"kau seperti siapa saja yang membayar minuman untukmu. Tidak ingin memesan lagi?"
"Almond Croissant dua." Davika menjawab pertanyaan Trevian.
"Almond Croissant empat." Trevian menyebutkan pesanannya lalu kasir tersebut kembali mengulanginya.
Davika duduk dimeja pojok seperti biasanya dia kesini dengan teman-temannya. Sedangkan Trevian mengambil tempat didepannya. Dan seketika itu juga jantung Davika berdetak dengan tidak normal. Dan kini Davika tahu, jika dia tidak bisa melupakan Trevian begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss 10 Cm
Romance-Story about Davika- ❄SW Series 4❄ ✔Chapter 1-26END (UNPUBLISH❗ADA DI KARYAKARSA) Aku benci sepatu yang berhak lebih dari sepuluh centimeter. Itu adalah neraka! Kisah cintaku tidaklah mulus. Aku jatuh cinta pada Trevian dan aku sempat jatuh cinta p...