Sudah seminggu ini Raffa tidak bisa tidur nyenyak, bukan karena perusahaannya mengalami masalah atau ia bertengkar dengan keluarganya. Tetapi hanya karena satu panggilan "Daddy" dia dibuat uring-uringan setiap harinya. Ia bingung kenapa anak itu memanggilnya seperti itu.
Dia bukan seorang ayah dan juga dia belum menikah. Tidak mungkin kan dia menghamili anak orang terus ia tinggal begitu saja.
"Tunggu dulu apa jangan-jangan" ia berfikir sejenak sebelum seseorang masuk dan membuatnya semakin ingin menyekik orang yang ada di hadapannya itu.
"Darimana saja lo!" Bukan sapaan yang ramah tetapi kemarahan yang tidak tersalurkan seminggu ini akhirnya pecah juga.
"Wo, wo sabar kenapa gue disambut pake otot? Ada yang salah, bukankah kita menang tender." Ujar pria tersebut yang tak lain adalah Revon yang melangkah mendekat ke arah sahabatnya itu.
Raffa tidak memperdulikan Revon yang menatapnya bingung. Ia memejamkan mata sejenak menenangkan hatinya yg sudah ingin bertanya tentang bocah kecil yang sudah membuatnya putus asa untuk berfikir.
"Kenapa telfon gue gak lo angkat hah?!" walaupun nadanya tak semarah tadi tapi tatapan matanya masih menyiratkan keresahan yang begitu dalam.
Revon yang melihat itu mengerti bahwa sahabatnya itu sedang mengalami masalah pribadi, dan tentunya sebagai sahabat yang baik Revon menanyakannya.
"Whats wrong?" tanya Revon to the point.
"Siapa sebenarnya Angga?" pertanyaan yang membuat Revon mengernyit bingung, matanya menatap meneyelidik pada Raffa yang nampak menunggu jawabannya.
"Ponakan gue tepatnya sih ponakan Disa, kenapa?"
"Lo yakin? Bukannya Disa anak tunggal?" tanya Raffa menuntuy.
"Terus kalau anak tunggal dia gak boleh punya ponakan gitu?" Jawab Revon tenang melihat gelagat Raffa yang nampak kecewa dengan jawabannya.
"Kenapa?" Dan Raffa hanya menggelengkan kepalanya.
"Sudahlah, bagaimana kilang minyak di Aceh?" tanya Raffa mengalihkan topik yang membuat Revon semakin mengerutkan dahi melihat perubahan sahabatnya itu.
"Kita bisa tenang karena pipa yang kemarin sempet trouble sudah dibenerin, mangkanya lo gak bisa menghubungi gue seminggu ini karena gue ada di laut lepas. Ah gue gak tau Disa bakal ngamuk gimana padahal dua minggu lagi kami menikah." Curhat Revon yang hanya di tanggapi datar oleh Raffa.
"Kan bonusnya lo cuti sebulan," balas Raffa yang hanya diangguki oleh sahabatnya itu.
"Yah tapi sama aja kalau Disa ngambek sampeg acara H, bisa mati gue," yang membuat Raffa menggelengkan kepalanya melihat sifat Revon yang agak lebay itu.
"Sudahlah gue mau meeting lo bisa keluar kalau lo mau." Ujar Raffa yang mulai memilih proposal yang akan di bawanya. Revon yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.
"Sukses ya gue mau keluar dulu nemuin Disa dan Angga," seru Revon melewati Raffa yang berhenti melangkah ketika mendengar nama Angga di sebut.
"Ah sial," grutu Raffa dan kembali melanjutkan langkahnya.
***
"Angga ya ampun kenapa berantakan seperti ini!"
Aira sedikit histeris melihat ruang tv apartemen Disa sudah seperti terkena gempa bumi. Lihat saja mainan Angga ada dimana-mana apalagi lego yang berceceran membuat Aira mendengus siap mengomel.
"Angga mau ke Om Evon Nda,"
Angga tidak memperdulikan Bundanya yang sedang mengomel dan memungut mainan yang berantakan karena ulahnya. Merasa tidak diperhatikan Angga berdiri di atas sofa hitam.
"Bunda Angga mau ke Om Evon!!" rengek Rangga semakin keras. Yang membuat sang Bunda berhenti dan melihat ke arah anaknya itu.
"Tidak ada ke kantor Om Revon okey, sebelum Angga jadi anak yang baik, nurut sama Bunda gak rewel dan satu lagi minum susumu sekarang!" Ujarnya tegas. Angga memang sangat manja pada semua orang terutama pada Revon dan Disa.
Dan hal tersebut membuat Aira sedikit takut ketika dua sahabatnya itu sudah menikah dan memiliki anak, Angga akan merasa diabaikan karena bagaimanapun ia dan Angga adalah orang luar.
"I dont like milk Bunda!" Seru Angga keras kepala. Okey Aira harus lebih bersabar menanggapi bocah kecil di depannya itu.
"Baiklah jangan ikut Bunda dan Auntie D makan siang dengab om Evon!!" kata Aira meninggalkan Angga yang langsung meloncat mengejar sang Bunda yang sudah melenggang ke arah dapur. Dengan cepat bocah kecil itu memanjat kursi dan duduk nyaman sambil mengambil segelas susu yang ada di hadapannya.
"Eeuy" erang Angga ketika mencium bau susu putih dan dengan terpaksa ia menutup hidungnya dan mulai meneguknya dengan cepat segelas susu itu. Aira yang melihat itu hanya menggeleng pelan.
"Bunda," panggil Angga menunjukan gelas yang sudah kosong.
"Great sekarang bereskan mainanmu!" titah Aira yang langsung dijawab anggukan oleh Angga.
Aira membiasakan Angga untuk mandiri bukan manja seperti kebanyakan anak seusianya. Mungkin sangat keterlaluan menurut orang yang melihatnya, apalagi dia sempat bersitegang dengan Disa dalam mendidik anak itu. Tapi Aira melakukan hal tersebut untuk melindungi Angga sendiri. Melindungi dari Bundanya sendiri itu..
***
"Hallo ladies, and jagoan om." Kata seorang pria yang mengalihkan pembicaraan dua wanita yang terlihat sibuk berbicara, dan anak kecil yang duduk di depannya yang jg sibuk dengan mainannya.
"Om Evon!!" teriak Angga girang dan tanpa babibu bocah kecil itu langsung meloncat ke arah pria dewasa itu.
"Astaga kau bisa jatuh, sayang!" Ujar Disa marah melihat Angga yang hampir jatuh ketika melocat ke arah om kesayangannya itu.
Angga yang melihat itu hanya tertawa cekikikan tanpa memperdulikan sang Auntie yang sedang mengelus dada itu.
"Sudahlah sayang dia tidak apa-apa." Sela Revon cepat ketika Disa akan mengomel kembali.
"Sayang-sayang, masih ingat punya tunangan disini hah!" Seru Disa marah bukan pada bocah kecil yang sedang bermain dasi om nya itu, tetapi pada tunangannya yang sudah meringis melihat kemarahannya.
Aira yang melihat tersebut hanya tersenyum geli dan mencoba menenangkan sahabatnya itu.
"Sudahlah Dis gak enak dilihat orang." Aira mencoba menenangkan Disa yang siap menyembur murka pada sang kekasih yang tidak memberi kabar selama seminggu dan membuatnya khawatir bukan main.
"Maafin aku honey kamu tau sendiri kerjaanku sedang dirapel oleh Raffa untuk acara pernikahan kita." Revon menjelaskan sambil menatap tunangannya yang masih tidak mau menatapnya itu.
"Tapi bisakan, sms kalau gak bisa telfon. Heran deh jaman udah moderen, teknologo sudah canggih sms aja gak bisa!!" sebal Disa membuat Aira semakin menggelengkan.
"Sudah-sudah gue laper sebaiknya kita pesan makanan dulu." Aira menengahi perdebatan dua pasang kekasih itu. Sedangkan Angga sudah turun dari pangkuan Revon. Dan berjalan tanpa memperdulikan orang-orang dewasa itu.
"Loch dimana, Angga?" tanya Aira tidak melihat keberadaan anaknya di samping Revon. Disa dan Revon juga mulai melihat kesana kemari tapi tidak menemukan bocah kecil itu.
"Gue cari dulu kalian tetep disini." Revon bergerak cepat mencari keberadaan ponakannya itu.
"Om Faa!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Future In The Past
Chick-LitDendam dari seorang sahabat mengantarkan wanita cantik tak berdosa mengalami bencana dalam hidupnya. Diperkosa, memiliki anak yang tidak diinginkan hingga membuatnya gila. Dan tiba-tiba pria itu datang dengan segala ketidak tahuannya. Penasaran? H...