Aira Putri Aditya

16.8K 1.2K 19
                                    

''Aira, apa sebelumnya kita pernah bertemu?''

''Hmm?'' Aira menatap Raffa tak mengerti dengan pertanyaan pria tadi. "Maksutmu?"

''Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? '' Raffa mengulang kembali pertanyaannya dan menatap tepat pada manik mata Aira.

''Sepertinya tidak'' Aira menggeleng pelan sambil berfikir apa dia pernah bertemu atau mengenal Raffa. Dan memang ia tak pernah bertemu maupun mengenal pria di depannya ini. ''Kenapa? '' tanyanya kemudian yang hanya dijawab gelengan pelan dari Raffa.

"Apakah dia salah orang." Batin Raffa tanpa mengalihkan pandangan pada wanita cantik itu.

Malam itu Raffa tidak dapat tidur kembali, tatapan mata Aira membuat pria tampan itu mencoba mengingat apa yang pernah terjadi di masa lalunya. ''Sial!!'' umpatnya frustasi dengan cepat Raffa menekan ponselnya menghubungi entah siapa.

''Dion gue butuh bantuan lo untuk mencari info seseorang, fotonya gue akan kirim lewat email, gue tunggu secepatnya.'' Putus Raffa cepat sambil mengerang frustasi. Perasaan gelisah dan frustasi merayap minikam hatinya, apa yang salah dengan dirinya tepatnya setelah ia melihat mata coklat sendu milik Aira.

''Ada apa dengan gue!! Astaga.''

***

Seminggu berlalu, Aira yang disibukan dengan keperluan pernikahan sahabatnya sedang duduk manis sambil menceklis semua persiapan yang ada. Dua hari lagi Disa akan menikah dan itu membuatnya merasa berat untuk melepaskan sahabat sejatinya itu. Hidupnya selama ini hanya bergantung pada Disa, tidak ada orang tua hanya Disa sebagai malaikat hidupnya. Dan sekarang dia hanya bisa ikhlas dan mencoba belajar mandiri dengan malaikat kecilnya yang sedari tadi menatap sendu pada dirinya.

''Nda es krim ya, Nda.'' Rayunya untuk kebeberapa kalinya, dan ditanggapai gelengan sempurna dari Aira. Hal tersebut membuat Angga kembali mengerucutkan bibirnya semakin maju. Aira yang melihat itu hanya tersenyum geli dan mengelus kepala Angga dengan sayang.

''Angga mau tenggorakannya gatel lagi?'' tanya Aira sabar yang langsung dijawab gelengan dari bocah kecil itu. ''Jadi no es krim, hanya yogurt saja okey.'' Ujar Aira sambil mengangkat bocah kecil itu ke pangkuannya.

''Tapi Angga mau itu, Bunda.'' Masih keras kepala bocah kecil itu menunjuk ke arah anak kecil yang sedang menikmati es krim ukuran jumbo dan hal itu membuat Aira dongkol setengah mati. Bagaimana tidak, ketika ia sedang melarang Angga untuk makan es krim dan ternyata dirinya sendiri yang membawa anak itu ke cafe yang penuh dengan es krim.

''Sini Bunda suapin pastanya.'' Aira mengalihkan pandangan anaknya yang masih menatap penuh ke arah es krim. Dengan terpaksa Angga menerima sodoran pasta yang di berikan Bundanya. Dan tidak beberapa lama seorang pria berkacamata menghampiri ibu dan anak yang sedang menyantap makan siangnya.

''Maaf telat, Hai jagoan Papap.'' Sapa sorang pria yang tidak lain Randi yang membuat Angga mengalihkan tatapannya dan melompat kegirangan ke arahnya. Aira yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya.

''Long time, you know. Angga sampai bosen menunggumu.'' Jawab Aira keki bagaimana tidak ia harus menunggu lebih dari satu jam. Randi yang melihat itu hanya terkekeh geli sambil menggelitik badan bocah yang sekarang sudah terlentang di sofa cafe.

''Banyak pasien Aya jadi telat deh,''

''Sudahlah ini bajunya, ingat jangan sampai telat atau Disa akan marah sama kamu!!'' ingat Aira yang di jawab anggukan malas dari pria dihadapannya itu.

''Iya bawel, lagian kenapa yang jadi groommaid's nya bukan aku aja sih, kan kita serasi Ay.''

''Gak tau tu Disa aku udah tanya eh dia bilang kalau jika kamu tidak cocok menjadi groommaid's Revon, jadi temennya Revon yang kemarin itu deh yang jadi groommaid' nya.'' Jelas Aira sambil membantu Angga duduk kembali di sampingnya.

''Raffa?'' tanya Randi memastikan yang dijawab anggukan oleh Aira.

''Iya Raffa, kenapa? '' tanya Aira penasaran karena raut wajah Randi yang santai berubah menjadi serius.

''Tidak, tidak apa-apa'' ujar Randi pelan sambil menengok ke arah Angga yang sedang menyender santai pada lengan Bundanya.

***

Ditempat lain dua pria dewasa duduk terdiam melihat sebuah amplop bewarna coklat di atas meja. Raffa masih diam, dan pria di depannya nampak membaca segala reaksi dari sahabatnya itu.

''Ini data yang lo minta, dan hasilnya bisa lo baca sendiri.'' Kata pria itu sambil mendorong pelan amplop bewarna coklat, ke arah Raffa yang nampak tak berkutik sedari tadi. Setelah menghela nafas panjang, Raffa mengambil dan membuka amplop yang memperlihatkan sebuah data dan beberapa foto tentang orang yang yang beberapa hari ini menjadi pusat pikirannya.

''Aira Aditya, 27 tahun anak pertama dari pemilik ASHA group? '' Raffa terkejut dengan apa yang ia baca, matanya menatap tepat ke arah Dion seolah meminta penjelasan lebih lanjut.

''Aira meman putri dari pak Aditya, dan tidak pernah diketahui banyak orang mungkin sedikit yang tahu tentang Aira.'' Jelas Dion dan hal tersebut membuat Raffa semakin mengernyit heran.

''Dia tinggal di New York selama empat tahun dan menjadi orang tua tunggal, maksutnya dia hamil tanpa ada yang bertanggung jawab begitu?'' tanya Raffa penasaran entah mengapa ia menjadi sedikit sensitif jika menyangkut tentang Aira.

Dari apa yang ia lihat Aira bukan tipikal wanita sembarangan yang akan dengan mudahnya berbagi ranjang dengan pria lain. Jadi tidak mungkin ia memiliki anak di luar nikah tetapi apa yang dibaca selanjutnya membuat mulutnya terbungkam.

''Jadi Angga adalah anak kandung Aira? Sulit dipercaya.'' Raffa dan Dion terdiam sambil mencerna situasi. Dion mulai beraspekulasi tentang hubungan Aira dan Raffa.

''Siapa pria itu?'' tanya Raffa sambil menyentak data yang sedang ia baca ke meja di depannya. Dion mengernyit heran melihat perubahan sikap Raffa.

''Apa lo tertarik dengan wanita ini?'' Dion tidak menjawab melainkan mengungkapkan apa yang sedari tadi menjadi pertanyaan dalam benaknya. Dan hal tersebut membuat Raffa terkejut.

''Maksut lo?''

''Gue tau lo Raff, lo gak mungkin sampai menyuruh gue nyelidikin seseorang apalagi wanita kalau lo gak tertarik. Dan juga dari yang gue lihat lo sepertinya sedang mencari sesuatu yang lo sendiri gak yakin tentang apa.'' Kata-kata Dion tepat mengenai apa yang dipikirkan oleh Raffa.

''Gue gak tau, gue penasaran dengan dia.'' Jujur Raffa karena ia pun bingung dengan apa yang ia lakukan sendiri.

''Penasaran, dengan menyelidiki dia. Jangan bilang Revon tidak tau lo nyelidikin sahabat dari calon istrinya.'' Kata Dion tidak percaya, karena bagaimanapun jika Revon tau ia dan Raffa diam-diam menyelidiki orang terdekatnya maka ia akan habis.

''Gue harap lo gak bilang semua ini pada Revon.'' Raffa berdiri dan berjalan ke arah meja kerjanya. ''Apakah lo bisa mengetes DNA Angga? '' kata-kata Raffa tersebut menyentak Dion yang akan pergi dari ruangan tersebut, dengan pandang tajam Dion mengahmpiri Raffa yang menatap ia dengan serius.

''Apa lo pernah nidurin dan hamilin Aira hingga lo nyuruh gue tes DNA anaknya!!'' tanya Dion dingin, matanya menatap tajam pada pri yang menjadi sahabatnya itu.

''Gue hanya memastikan bahwa Angga anak gue apa bukan!!'' jawab Raffa tak kalah dingin hal itu membuat dirinya terdiam karena perkataan yang baru ia lontarkan. ''Tidak mungkin... tidak mungkin jika Angga,'' batin Raffa mulai bertanya pada dirinya sendiri kenapa ia sangat yakin jika Angga adalah anaknya.

Future In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang