Mata itu

18.6K 1.2K 13
                                    

''PAPAP!! ''

''Hai jagoan'' sapa pria tampan dengan senyum riangnya mengambil alih gendongan Angga pada Revon.

''Miss me boy? '' yang dijawab ciuman brutal dari Angga. Sedangkan empat orang dewasa yang melihatnya hanya terkekeh geli. Melihat itu Randi lalu duduk di sebelah Aira yg hanya tersenyum tipis.

''Hai sayang, long time no see and i really miss you.'' Katanya sambil mengecup singkat pipi Aira. Dan membuat tiga orang lainnya hanya menggeleng pelan melihat adegan itu. Disisi lain Raffa memandang tidak suka dengan kehadiran dari pria tersebut.

''Oh really??'' jawab Aira pura-pura terkejut dan di jawab senyum genit oleh pria di sampingnya.

''Please, gak usah sok mesrah di depan kita okey.'' Ujar Disa yang dihadiahi pelototan tajam oleh Randi. Sedangkan Aira hanya terkikik geli. ''Jangan bilang kau masih cemburu padaku honey.'' Tanya Randi pada Disa yang membuang muka sebal dan mengundang tawa Aira.

''Shut up your mouth!! '' balas Disa sengit yang mendapat tatapan sengit dari tunangannya. Aira yang mendengar itu langsung menatap tajam ke arah Disa.

''Words, Disa!!!'' ujar Aira tajam. Disa yang melihat itu meminta maaf lewat matanya karena mengatakan hal yang kurang baik di depan bocah lugu nan pintar meniru seperti Angga.

''Om es krim??'' ucapan polos Angga pada Raffa membuat semua mata beralih ke arah bocah kecil yang sedang berusaha menyendok es krim dan memberikan kepada orang yang sedari tadi hanya diam melihat kelakuan disekitarnya. Raffa yang melihat itu tersenyum lalu mengangguk dan membantu tangan mungil itu untuk mendekat ke mulutnya.

''Oreo?? '' tanya Raffa takjub karena rasa es krim itu sama dengan kesukaanya dan dijawab anggukan cepat oleh Angga.

''Enakkan, Angga suka rasa oleo om.'' Jawabnya cadel sambil menyuapkan kembali es krim ke dalam mulut mungilnya. Merasa diperhatikan Raffa menyudahi interaksi dengan Angga yang sudah kembali sibuk dengan es krim oreonya.

''Siapa?'' tanya Randi yang baru menyadari ada orang asing diantara mereka.

''Raffa, temenya Revon.'' Raffa memperknalkan diri sambil mengulurkan tangan pada Randi yang langsung ditanggapi baik oleh pria di depannya.

''Randi, Papapnya Angga.'' Jawabnya singkat.

***

Malam kian larut tapi Raffa masih setia duduk di sofa apartemenya, ada hal yang menurutnya salah dengan kejadian makan siang tadi tapi apa. Tentang wanita tadi Aira apa mungkin karena itu, tapi hati dan pikirannya menolak bahwa bukan itu yang menjadi masalahnya. Angga atau pria asing yang bernama Randi tadi, tapi mengapa? dan hal itulah membuatnya frustasi hingga saat ini.

Di tempat lain Aira sedang menidurkan Angga yang malam ini sedikit rewel akibat tenggorokannya yang mulai gatal akibat es krim, padahal sudah ia memperingati tapi namanya anak-anak dan di dukung Randi, Aira pun mengalah dengan membiarkan bocah berumur 3 tahun itu menghabiskan dua cup es krim.

''Malam kesayangan Bunda.'' Aira mencium puncak kepala Angga dengan penuh kasih sayang.

''Sudah tidur? '' tanya Disa ketika melihat Aira yang keluar dari kamar tamu apartementnya. Aira mengambil tempat duduk di sebelah Disa yang sedang sibuk melihat undangan pernikahannya.

''Iya walaupun harus merengek minta di garuk tenggorokannya tapi gimana caranya coba?'' jelas Aira dan membuat sahabatnya itu terkekeh geli.

''Dasar Angga dia itu terlalu cerdas apa gimana sih Ay, selalu aja yang gak masuk akal buat kita itu jadi bahan pertanyaan buat dia.'' Grutu Disa yang membuat Aira setuju.

''Entahlah gue juga kadang heran baru tiga tahun lo dia masih panjang perjalanan untuk pertanyaan teraneh lainnya.'' Dan membuat dua wanita cantik tersebut terkekeh geli. ''Eh gimana baju gue udah kan? untuk bridesmaid'snya lo gue pasangin sama Raffa ya Ay.''

''Kog dengan Raffa, bukan dengan bang Randi? '' tanya Aira pada Disa yang masih sibuk dengan undangan di atas meja.

''Gue gak mau ya tu manusia bermulut nyinyir jadi bridesmaid's di pernikahan gue Ay, lagian Raffa lebih cocok dari pada dia untuk berdampingan dengan lo.'' Jelas Disa keki yang, membuat Aira hanya terkekeh geli.

''Lagian Dis udah mau nikah juga masih sebel aja sama dia, inget udah ada Revon sekarang.'' Aira mengingatkan yang hanya dijawab dengusan sebal oleh Disa.

''Iya, gak usah diingetin juga tau, lagian juga lo pake undang dia segala.''

''Ya gimana lagi kan dia soulmate gue Dis,''

''Soulmate yang sering diselingkuhin sama wanita di luar sana.'' Sindir Disa tajam yang hanya mendapatkan gelengan kepala oleh Aira.

''Udah ah, ngomong sama lo gak ada ujungnya. Jadi mending gue tidur aja.'' Kata Aira sambil beranjak meninggalkan Disa yang menggurtu di belakangnya.

''Oh ya Ay besok temenin gue sama Revon fitting baju ya, sekalian punya Angga juga.''

''Okey, selamat malam Disa,'' Jawab Aira sebelum menghilang di balik pintu.

"Selamat malam, Aya."

***

Ke esokan harinya Aira dan Disa sudah berada di sebuah butik mewah di salah satu mall di Jakarta pusat, dengan Angga yang masih saja menggrutu dengan tenggorokannya. Sedangkan Disa masih sibuk menggrutu dengan ponsel yang menempel pada telingannya.

''Bagaimana? '' tanya Aira setelah Disa mengakhiri panggilannya.

''Mereka sudah di parkiran menuju kemari.''

''Nda gatel ini, hiks.'' Rengek Angga sambil terus menggaruk tenggorakannya yang sudah memerah.

''Jangan digaruk sayang merah tu kan lehernya.'' Tegur Aira sambil menjauhkan tangan mungil anaknya. Tapi Angga seolah sangat keras kepala, dengan tangan yang kembali akan menyentuh lehernya.

''Maaf telat.'' Kata seseorang yang tak lain Revon dengan pakaian formalnya dan dikuti Raffa di belakangnya.

''Lama banget sih kamu.'' Sebal Disa dan langsung mendorong Revon ke arah kamar ganti, sedangkan Raffa masih berdiri di samping Aira yang menimang Angga. Setelah kepergian calon pasangan pengantin itu Raffa melihat Aira yang nampak kesusahan dengan Angga yang kedengaran merengek di telingannya.

''Hai Aira, kenapa Angga?'' sapa Raffa dan membuat Aira yang sedari tadi melupakan keberadaan pria itu tersenyum menyapanya.

''Hai, biasa agak rewel aja.'' Jawab Aira sambil terus mengelus punggung bocah itu.

''Hai, Angga.'' Raffa menya Angga yang merebahkan kepala di pundak Bundanya, menoleh pada dirinya.

''Om Fa? '' panggil Angga parau dan membuat Raffa meringis perih mendengarnya.

''Angga sakit?'' tanya Raffa yang menyambut uluran tangan Angga yang minta di gendong padahal Aira sudah melarangnya.

''Tidak apa-apa Ai, sini sama om.'' Raffa dengan ceketan mengambil alih Angga dari Aira dan membawa bocah itu kepelukanya.

''Gatel om.'' Adu Angga yang akan menggaruk kembali lehernya tetapi ditangkap langsung oleh Aira.

''Jangan digaruk Angga!!'' seru Aira dan hal tersebut tidak luput dari perhatian Raffa. ''Radangnya sedang kambuh, jadi rewel begini.'' Jelas Aira menjawab tatapan yang dijawab anggukan paham oleh Raffa. Dan tiba-tiba, ketika dua mata itu menatap tepat pada bola matanya. Jantung Raffa seakan berhenti sejenak, yah ternyata mata itu yang tadi malam membuatnya frustasi memikirkan apa yang salah dengan dirinya. Hingga tanpa menunggu lama lagi, kata-kata itu meluncur dari bibir Raffa.

''Aira, apa sebelumnya kita pernah bertemu?''

Future In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang